NUTRISI TANAMAN TINGKAT
TINGGI
Oleh
: Dr. Endang Sufiadi, Ir., MS.
Dosen Tetap Fakultas Pertanian
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
WINAYA MUKTI
2018
I.
PENDAHULUAN
Pengaruh yang menguntungkan
dari penambahan unsur hara ke dalam
tanah untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman telah diketahui sejak lebih dari 2000 tahun. Pada 150 tahun yang lalu masih terjadi silang
pendapat tentang fungsi unsur hara sebagai nutrisi bagi pertumbuhan
tanaman. Nutrisi tanaman dinyatakan sebagai
disiplin ilmu sejak Justus von Liebig (1803-1873) menyimpulkan
tentang kegunaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Pernyataan ini telah memacu penggunaan pupuk
mineral. Pada akhir abad 15 terutama di Eropah terjadi penggunaan kalium, fosfor, dan
kemudian nitrogen anorganik secara besar-besaran dalam pertanian termasuk
hortikultura untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman.
Liebig menyimpulkan bahwa
unsur hara nitrogen, sulfur, fosfor, kali-um, kalsium, magnesium, silikon,
natrium dan besi esensial bagi
pertum-buhan tanaman. Kesimpulannya
lebih banyak diperoleh melalui observasi
dan spekulasi daripada melalui
percobaan. Akan tetapi berdasarkan
pene-muan ini, maka pada akhir abad ke
15 penelitian mengenai nutrisi tanaman berkembang lebih luas. Sejak itu dan ditambah dengan hasil
penelitian-penelitian mengenai kehadiran dan komposisi hara berbagai spesies tanaman yang tumbuh pada berbagai tanah
merupakan titik awal pada abad tersebut
yang menyatakan bahwa kehadiran dan atau konsentrasi unsur hara dalam tanaman
merupakan kriteria keesensialannya.
Kultur air dan pasir
kemudian digunakan untuk meneliti esensialitas unsur hara dan dipelajari
perilakunya dalam metabolisme tanaman.
Pene-litian seperti ini kemudian
mendorong berkembangnya analisis kimia, dan estimasi nutrisi. Pada dekade tersebut ditemukan unsur hara
mikro esensial seperti pada Tabel 1.
Pernyatan tentang unsur hara esensial (nutrisi)
diajukan oleh Arnon dan Stout (1939).
Mereka minyimpulkan bahwa untuk menentukan bahwa suatu unsur hara
termasuk esensial harus memenuhi tiga kriteria sbb:
1. Tanpa unsur hara ini tanaman
tidak dapat mencapai siklus hidupnya secara lengkap.
2. Fungsi unsur hara
tersebut tidak dapat digantikan oleh unsur hara lain.
3. Unsur tersebut harus turut serta dalam metabolisme
tanaman, misalnya sebagai komponen
enzim, atau dibutuhkan dalam tahap
metabolisme tertentu seperti pada reaksi
enzim.
Tabel 1.
Penemuan Unsur Hara Mikro
Elemen Tahun Penemu
Besi 1860 J. Sachs
Mangan 1922 J. S. McHague
Boron 1923 K. Warington
Seng 1926 A. L.
Sommer and C.B. Lipman
Tembaga 1931 C. B.
Lipman dan G. MacKinney
Molibdenum 1938 D. I. Arnon dan P. R.
Stout
Klor 1954 T. C. Broyer, et. al.
Berdasarkan definisi
tersebut maka unsur hara yang dapat mengkom-pensasi pengaruh racun
unsur hara lain, atau mengganti
unsur hara lain da-lam fungsi tertentu seperti perbaikan tekanan osmotik, tidak termasuk esensial tapi dapat disebut sebagai unsur hara “berfaedah”.
Unsur hara Na dan Si melimpah dalam biosfer, esensialitas kedua unsur ini terbukti hanya
untuk beberapa spesies tumbuhan tingkat tinggi.
Untuk membuat generalisasi dalam membahas unsur
hara mana yang esensial bagi pertumbuhan tanaman dirasakan masih sulit. Kiranya agak membantu jika tumbuhan tingkat
tinggi dan tumbuhan tingkat rendah dibe-dakan seperti pada Tabel 2. Banyak
unsur mikro yang dominan sebagai bagian molekul enzim sehingga esensial dalam jumlah kecil. Lain halnya dengan unsur hara makro yang
merupakan komponen pembentuk bahan organik seperti protein dan asam
nukleat.
Tabel 2. Esensialitas unsur hara untuk tumbuhan
tingkat tinggi dan
rendah
Klasifikasi Unsur T T T T T R
Unsur
makro N, P, S, K, Mg, Ca + + (kecuali Ca
untukFungi)
Unsur
mikro Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo,
Cl + + (kecuali B
untukFungi)
Unsur
mikro Na, Si, Co, ± ±
Unsur
berfaedah I, V - ±
Perbedaan fungsi
kedua kelas unsur hara ini ditunjukkan
oleh konsentrasinya dalam bagian
pucuk seperti tertera pada Tabel 3.
Nilai rata-rata konsentrasi unsur hara ini berbeda-beda tergantung
kepada spesies tanaman, umur tanaman, dan konsentrasi unsur hara lain dalam
tanaman. Konsentrasi unsur hara mikro
yang paling rendah ditunjukkan oleh unsur Mo sebesar 0,1 ppm, dan yang paling
tinggi konsentrasinya adalah besi dan kor yaitu mencapai 100 ppm. Dengan demikian tampak bahwa di antara unsur
mikro saja terdapat perbedaan kebutuhan tanaman dengan perbedaan konsentrasi 1
: 1000. Di antara unsur hara makro yang
paling rendah konsentrasinya adalah sulfur (0,1 %) dan yang paling tinggi
adalah nitrogen (1,5 %) atau 1 : 15.
Perbedaan konsentrasi unsur mikro dengan unsur makro yang paling jauh
adalah Mo dengan N yaitu 1: 1.000.000, dan yang paling dekat adalah klor dengan
sulfur yaitu 1 : 10. Tinggi-rendahnya
konsentrasi unsur hara dalam tanaman berkaitan dengan faedah unsur yang bersangkutan serta penyebaran tempat dipergunakannya (site of utility).
Tabel 3. Rata-rata Konsentrasi Unsur Hara dalam Bahan
Kering
Pucuk yang
Mencukupi Pertumbuhan Tanaman
Unsur/atom µmol/g mg/kg % Jumlah atom
berat kering (ppm) relatif
Molybdenum Mo
0.001 0.1 - 1
Copper Cu 0.10 6 - 100
Zinc Zn
0.30 20 - 300
Manganese Mn
1.0 50 - 1.000
Iron Fe 2.0 100 - 2.000
Boron Bo 2.0 20 - 2.000
Chloride Cl 3.0 100 - 3.000
Sulfur S 30 - 0,1 30.000
Phosphorus P
60 - 0,2 60.000
Magnesium Mg
80 - 0,2 80.000
Calcium Ca
125 - 0,5 125.000
Potassium K
250 - 1,0 250.000
Nitrogen N
1.000 -
1,5 1.000.000
II. MEKANISME PENYERAPAN UNSUR HARA
Pada
umumnya terdapat perbedaan yang sangat besar antara konsentrasi nutrisi dalam tanah dengan konsentrasi nutrisi yang diperlukan tanaman.
Meskipun demikian biasanya substrat mengandung banyak unsur yang tidak
diperlukan tanaman, sehingga mekanisme penyerapan nutrisi tanaman harus bersifat selektif.
Dari hasil penelitian
ternyata bahwa konsentrasi ion dalam cairan sel akar umumnya lebih tinggi
dibandingakan dengan dalam larutan di luar sel.
Ini sering terjadi pada kasus N, P, dan K. Misalnya pada sel akar jagung
terdapat 160 mM K, 3 mM Ca, 6 mM P; padahal dalam larutan hanya 0,14 mM K, 0,94 mM Ca, 0,06 mM P. Pada sel akar kacang terdapat 84 mM K, 10 mM
Ca, 12 mM P, dan pada larutan tanahnya terdapat
0,67 mM K, 0,59 mM Ca, dan 0,09 mM P.
Perbedaan ini bervariasi, apalagi dibandingkan dengan nutrisi pada
tumbuhan rendah. Kondisi ini menunjukkan
karakteristik penyerapan ion sebagai berikut :
1.
Selektivitas. Suatu unsur
diserap secara istimewa lebih banyak, sedang-
kan unsur
lain lebih sedikit malah ditolak
2. Akumulasi. Konsentrasi ion dalam larutan sel lebih
tinggi daripada di bagian luar sel.
3. Genotipe. Terdapat perbedaan yang nyata di antara spesies tanaman dalam
menyerap ion
2.1. Jalan Aliran Larutan
dari Luar ke Dalam Akar
1. Melalui Ruang Bebas
(Free Space)
Larutan yang memiliki berat
molekul rendah seperti ion, asam orga-nik, dan asam amino mengalir dengan
proses difusi dan aliran masa tanpa dihambat oleh sel rizodermal. Larutan ini masuk ke dalam akar melalui
proses pasif tanpa aktivitas metabolik.
Jaringan akar yang dapat dilewati secara bebas (free space) sekitar 10 % dari total volume akar muda. Difusi
larutan ke dalam ruang bebas tergantung kepada konsentrasi larutan, dan formasi
bulu akar. Jika konsentrasi larutan
rendah dan bulu akar jarang, maka penye-rapan K dan P terbatas. Dinding sel primer mengandung selulose,
hemiselulose (termasuk pektin) dan glikoprotein. Jaringan ini memiliki pori-pori yang disebut
permukaan interfibrilar dan intermicelar dengan ukuran yang
berbeda-beda. Ukuran pori ini < 5 nm,
dibandingkan dengan sukrose 1 nm; K+
0,66 nm, dan Ca 2+ 0,82 nm, jadi ukuran ion-ion lebih kecil daripada
pori-pori jaringan sel akar. Pada ruang
bebas akar grup karboksil (R-COO-) bertindak sebagai tempat
pertukaran kation. Kation-kation dapat
terakumulasi sedangkan anion bertindak sebagai lawannya, seperti disajikan pada
Gambar 1.
kation + anion tidak berdifusi
+
+
anion
pori makro
pori mikro DFS WFS
Gambar 1. Skema sistem pori DFS (Donnan Free Space)
dan WFS (Water Free Space)
Pada WFS (Water Free
Space) ion-ion dapat lewat dengan bebas
me-lalui pori makro sedangkan pada DFS (Donnan Free Space) terjadi penye-rapan
ion melalui proses pertukaran kation dan repulsi anion. Spesies tanaman memilki Kapasitas Tukar
kation yang berbeda-beda tergantung kepada kandungan tempat pertukaran kation
pada dinding selnya. Misalnya KTK
(me/100 g berat kering) gandum 23, jagung 29, kacang 54, tomat 62.
2. Lintasan
Melalui Sitoplasma dan Vakuola
Selektivitas penyerapan
kation dan anion terdapat pada membran sel.
Plasma membran merupakan barikade yang efektif melawan difusi larutan
baik ke dalam sitoplasma (influx)
maupun dari sitoplasma ke dalam dinding sel (exflux). Barikade lain yang
melawan difusi adalah tonoplas (membran vakuola). Pada sel yang telah mengalami diferensiasi
penuh, vakuola lebih dari 90 % volume
sel dan merupakan tempat akumulasi ion.
Dari penelitian diketahui bahwa sebagian besar Ca2+
(Ca45) terkum-pul (influx)
dalam 30 menit, dan masih siap dapat tukar (exflux) yang bera-da pada lokasi AFS (Apparent Free
Space). Beda lagi dengan ion K+,
ter-nyata hanya sedikit K+ (K42) yang dapat tukar selama 30 menit, karena sebagian besar K+ telah diangkut
melalui membran ke dalam sitoplasma dan vakuola (inner space).
Kemampuan biomembran untuk transport larutan dan
peredarannya dalam tanaman tergantung kepada komposisi kimia membran dan
struktur molekulnya.
2.2. Komposisi dan
Struktur Membran
Membran sel terdiri atas
bagian-bagian seperti yang tertera pada Gambar 2.
Gambar 2. Model Biomembran (Albert, dkk, 1989)
Model ini dikemukakan oleh
Branton (1969) dan Singer (1972), terdiri dari suatu matriks protein dan dua
lapisan fosfolipid yang memiliki kepala hidrofilik bermuatan (amino, fosfat,
dan karboksil) mengarah ke per-mukaan membran.
Molekul protein melekat pada permukaan membran de-ngan ikatan elektrostatik (protein ekstrinsik). Protein lain terintegrasi ke dalam membran
(protein intrinsik) atau membentuk kanal
protein (protein transport). Kanal ini dapat
disebut pori hidrofilik tempat berlalunya larut-an polar seperti ion.
2.3. Transport Larutan Melalui Membran
1. Transport dengan Perantaraan Karier
Membran yang lengkap
merupakan barikade yang efektif terhadap lintasan ion dan molekul tidak
bermuatan. Di lain fihak juga merupakan
tempat selektivitas dan transport melawan perbedaan konsentrasi larutan. Telah disepakati bersama bahwa selektivitas
dan akumulasi memerlukan tempat pengikat yang spesifik yang disebut Carriers yang terikat kepada ion
seperti kalium dan molekul tanpa muatan dan mengangkutnya melalui membran
seperti pada Gambar 3 A. Keikutsertaan
ATP dalam transport ion dengan perantara karier pertama dikemukakan oleh Fisher
(1970). Dalam mempelajari penyerapan K+ oleh akar berbagai spesies tanaman, ditemui korelasi
yang nyata antara penyerapan K+
dengan aktivitas ATP-ase. Transport dengan aktivasi karier seperti dikemukakan pada Gambar 3 B.
2. Transport
Aktip dan Fasip (Pompa Elektrogenik)
Pada keadaan larutan
terkumpul pada bagian luar membran, maka ter-jadi difusi dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi rendah melalui membran
yang terjadi tanpa energi (Gambar 4).
Ini disebut transport “downhill”
(pengangkutan menurun) melalui membran yang dalam hukum termodina-mika disebut
transport pasif. Transport ini berupa difusi melalui bagian lipid dengan
pertolongan karier atau melalui pori-pori berair.
Gambar
3. Model transport ion pada membran
dengan perantara
karier (A) dan gabungan antara
sumber energi (fosforilasi
oksidatif) dengan transport ion (B)
2. Transport Aktip dan Fasip (Pompa Elektrogenik)
+
- membran inner space
uphill
o o
Free
energi 0
- o
charge
Difusi
o o o o o melalui lipid
o o
o o o berasosiasi dengan karier
o o
o o o melalui pori berair
- - downhill
Gambar 4. Model transport larutan
secara aktif (“uphill”) dan pasif
(“downhill”) melalui membran.
Sebaliknya, transport melawan perbedaan energi potensial (“uphill”) harus dirangkaikan dengan
mekanisme suplai energi, ada “pompa” di dalam membran.
Pompa elektrogenik pada
transport aktif di antaranya adalah H+-ATP-ase, Ca2+ATP-ase, dan Na+,K+-ATP-ase. Transport satu ion disebut monoport atau
uniport, transport dua ion searah
disebut symport dan transport dua ion berlawanan disebut antiport (Gambar 5).
Gambar 5. Skema Diagram fungsi Protein Karier sebagai
Uniports, Symports, dan Antiports.
2.4. Karakteristik
Penyerapan Ion oleh Akar
Di samping dinamika membran
dalam transport ion, ternyata diameter
ion dan valensinya menentukan tingkat serapannya oleh akar tanaman. Pada konsentrasi yang sama, ion K (radius
0,33 nm) diserap lebih banyak dibandingkan dengan Na (radius 0,36 nm). Bagian dari membran terutama fosfo dan sulfo
lipid serta protein memiliki gugus muatan listrik tempat ion
berin-teraksi. Kekuatan interaksi
meningkat seperti pada order berikut ini
Molekul tak bermuatan < Cat+.An-
< Cat2+.An2- < Cat3+.An3-
Sebaliknya tingkat penyerapan order
tersebut menurun. Untuk menyerap ion
atau larutan melawan perbedaan konsentrasi membutuhkan energi baik langsung
maupun tidak langsung. Energi utama pada
sel yang tidak berfotosintesis seperti sel akar adalah dari respirasi. Oleh karena itu faktor-faktor yang
mempengaruhi respirasi akan mempengaruhi penyerapan dan akumulasi ion, misalnya
oksigen, temperatur, karbohidrat, dan cahaya.
Penurunan tekanan oksigen
menyebabkabkan berkurangnya serapan ion
seperti kalium dan fosfat, lebih-lebih pada tekanan oksigen yang sangat
rendah. Proses kimia sngat dipengaruhi
temperatur. Kenaikan temperatur
10º C reaksi kimia
naik dua kali lipat (Q10 =
2). Pada reaksi enzim diketa-hi bahwa Q10 > 2. Karbohidrat merupakan sumber energi utama
dalam respirasi. Pada akar dan jaringan
tidak berfotosintesis lainnya, pada keada-an suplai karbohidrat dari “source”
(daun) menjadi pembatas, terdapat kore-lasi yang nyata antara serapan ion
dengan kandungan karbohidrat. Pada sel
dan jaringan fotosintesis terdapat korelasi yang nyata antara cahaya,
fotosintesis dan penyerapan ion.
Interaksi antar ion dalam
proses penyerapan dapat berupa kompetisi atau sinergisme. Kompetisi berarti suatu ion menghambat
penyerapan ion lain, dan ini berkaitan dengan valensi dan diameternya. Meskipun demikian terjadi pula kompetisi
antar ion meskipun diameter dan valensinya sama, misalnya serapan K42 menurun setengahnya jika K+
ditambahkan pada larutan di luar akar sebanyak konsentrasi K42. Kompetisi dalam penyerapan K+ dan
ion lain oleh NH4+ terjadi karena kompetisi terhadap
muatan negatif dalam sel, jadi pada hubungan kation-anion. Penyerapan ion Mn2- dan Ca2+
juga berkompetisi dengan Mg2+.
Kompetisi ini sangat kuat sehingga terjadi kahat Mg pada tanaman yang
dipupuk dengan K dan Ca dosis tinggi.
Kompetisi antara ion H+
dengan kation lain dan antara ion OH- de-ngan anion lain merupakan
kejadian yang penting sekali untuk nutrisi tanaman. Di daerah humid tropik di mana pH tanah
umumnya < 7, kompetisi ion H+ dengan kation lebih
penting daripada ion OH- dengan anion. Peningkatan konsentrasi H+ ditambah
kekurangan Ca2+, maka penyerapan K+ turun drastis di
bawah pH 4, dan akan menyebabkan kehilangan K dari perakaran.
Sinergisme dalam penyerapan
ion merupakan akibat meningkatnya aktivitas
metabolisme dalam akar setelah terjadi suplai nutrisi (pemupukan).
Contoh yang baik tentang sinergisme ion ialah bahwa Ca2+ menstimulasi
penyerapan kation dan anion, yang pertama kali ditemukan oleh Viets (1944) yang
kemudian diketahui sebagai VIETS EFFECT. Stimulasi serapan K+ oleh Ca2+
meningkat dengan penurunan pH, menunjukkan bahwa Ca2+ melawan efek
negatif konsentrasi ion H+ terhadap penyerapan K+. Stimulasi ini akan menurun jika pH
meningkat dan akan menghambat penyerapan
K+, kemung-kinan karena terjadi kompetisi ion. Transisi stimulasi dan penghambatan ini tidak
pas terjadi pada pH tertentu tergantung spesies tanaman, dan juga ter-gantung
kepada konsentrasi ion lain.
2.5. Penyerapan Ion Sepanjang Akar
Tingkat serapan ion
berbeda-beda pada zone akar yang berbeda. Pada bagian ujung akar dengan sel ber
vakuola kecil berbeda dengan di bagian
pangkal yang vakuolanya telah besar. KTK
bagian ujung akar lebih tinggi
dengan selektivitas K+/Na+ yang lebih tinggi
pula. Tiga faktor yang mem-pengaruhi
perbedaan penyerapan ini yaitu (1) peningkatan pembentukan suberin pada
rizodermis, (2) pembentukan endodermis sekunder dan tertier yang dapat
menghambat transportasi radial ke dalam stele, dan (3) degenerasi sel kortek dan pembentukan lorong
dalam kortek (aerenchyma).
Terdapat dua jalan paralel
untuk perpindahan larutan melalui kortek menuju stele. Pertama melalui permukaan luar sel
(extracellular space), atau apoplast (dinding sel dan permukaan luar sel),
dan yang kedua dari sel ke sel dalam
simplas melalui plasmodesmata yang
menembus vakuola (Gambar 6).
kortek
root
hair
stele
symplastic
xylem
phloem
apoplastic
endodermis
epidermis casparian strip
Gambar 6. Bagian Potongan Melintang Akar Jagung Memperlihat-
Kan Transport Ion
Secara Simplastik dan Apoplastik
Transport melalui jalur apoplas berakhir di
endodermis pada casparian strip pada
dinding sel endodermis. Casparian strip
bersuberin sehingga merupakan barikade terhadap transport ion dari kortek ke
dalam stele. Ternyata pada barikade
terdapat bagian bocor (leaky). Bocoran pada
sel apikal terjadi pada sel yang belum berdiferensiasi sempurna, dan
bocoran pada bagian basal terdapat pada tempat penetrasi akar lateral pada
endodermis. Pada tempat inilah
berlangsung transport ion dan larutan dari kortek ke stele dan transpor
fotosintat dari stele ke kortek.
2.6 Mekanisme
Pelepasan Ion ke dalam Xylem
Setelah melalui transport
radial pada jalur simplas ke dalam stele, ion-ion dilepaskan ke dalam
xylem. Meskipun pembuluh xylem pada sel
apikal banyak mengandung sitoplasma,
akan tetapi sebagian besar pembu-luh xylem tidak memiliki sitoplasma dan
didominasi oleh permukaan apoplas. Oleh
karena itu jalur transportasi simplas dari kortek dan stele ditranfer ke dalam
jalur apoplas di dalam xylem. Fermeabilitas
membran sel lebih besar terhadap air dibandingkan de-ngan ion. Pelepasan ion ke dalam apoplas stele
meningkatkan tekanan os-
motik dan tekanan air, oleh karena itu pengaliran air dari luar ke dalam
menjadi meningkat. Akibat aliran air ini
maka tekanan osmotik dan tekanan air menurun kembali, sedangkan tekanan
hidrostatik atau tekanan turgor pada individu sel meningkat. Tekanan hidrostatik
pada stele meningkatkan volume aliran larutan (air, ion, molekul) dalam
pembuluh xylem menuju pucuk. Karena “tekanan
akar“ ini suatu saat akan keluar
butiran air dari ujung dan pinggiran daun. Proses ini disebut gutasi.
Pelepasan ion ke dalam xylem
ini paling tidak harus melalui satu atau dua tahap transport aktif melalui
membran. Oleh karena itu tekanan akar
tergantung kepada faktor eksternal dan faktor internal sama halnya dengan akumulasi ion dalam
jaringan akar.
III. TRANSPORT JARAK JAUH MELALUI XYLEM DAN PHLOEM
Transportasi larutan unsur
hara dan bahan organik berbobot molekul rendah terjadi dalam sistem pembuluh
yaitu pembuluh kayu (xylem) dan pembuluh tapis (phloem), di mana air bertindak sebagai bahan
pengangkut.
Transport dari akar ke pucuk
terjadi terutama pada pembuluh kayu.
Transport ini didorong oleh perbedaan tekanan hidrostatik (tekanan akar)
dan oleh perbedaan potensial air.
Perbedaan potensial air pada akar dan pucuk biasanya besar
selama seharian pada waktu stomata membuka mengikuti urutan sebagai
berikut: atmosfir >> sel daun >
cairan xylem > sel akar > larutan di luar akar. Oleh karena itu aliran larutan dari akar ke
pucuk merupa-kan aliran searah
xylem phloem
X P Beda lagi dengan
transport pada pembuluh
ayak merupakan transport dua arah.
Arah transport ditentukan oleh
keperluan
nutrisi pada organ atau jaringan
tanaman,
jadi merupakan transport dari sumber (so-
urce) ke tempat penyimpanan (sink).
Di dalam akar, unsur hara dapat masuk ke
dalam pembuluh ayak (phloem) sehingga
dapat
diangkut ke dua arah, ke pucuk atau
ke ujung akar (Gambar 7).
ujung akar
Gambar 7. Arah Transport Unsur Hara pada Akar
3.1 Transport pada Pembuluh Kayu
Meskipun transport larutan
melalui pembuluh kayu didominasi oleh aliran masa sepanjang pembuluh tak hidup
(apoplas), namun terjadi interaksi antara larutan dengan dinding sel sepanjang
pembuluh tersebut. Interaksi yang
terjadi di antaranya adsorpsi tukar pada kation polivalen, reabsorpsi unsur
hara, dan pelepasan (ekskresi) senyawa
organik oleh sel hidup di sekitarnya (parenhima xylem, dan phloem).
Besarnya air yang memasuki
sel akar dan yang diangkut sampai pucuk dapat ditentukan dengan besarnya
tekanan akar dan besarnya respirasi.
Peningkatan transpirasi dapat meningkatkan penyerapan dan translokasi
unsur hara dalam xylem. Pengaruh
transpirasi terhadap penyerapan dan translokasi ion tersebut tergantung kepada
umur tanaman, panjang hari, konsentrasi
larutan medium, konsentrasi larutan di
bagian dalam, dan tipe mineral.
Distribusi nutrisi pada bagian pucuk tergantung kepada tingkat transpirasi (ml/g
berat kering per hari) dan lamanya transpirasi (berkaitan dengan umur organ
tanaman).
3.2 Transport Melalui Phloem
Transport melalui phloem
berlangsung dalam sel-sel hidup. Phloem
merupakan kompleks yang terdiri dari berbagai tipe sel: bagian pipa saring-an,
sel kompanion dan sel parenhima.
Individu elemen pipa saringan ber-sambung-sambung pada ujungnya dalam
rangkaian yang panjang membentuk pipa saluran yang di dalamnya terdapat
lembaran saringan. Sel pipa saring-an
ini berisi lapisan sitoplasma yang tipis membentuk benang-benang antar sel yang
disebut Protein-P menembus pori-pori antar sel pipa.Pipa saringan ini merupakan
bagian utama dari sistem pembuluh ayak (phloem) dalam transport larutan. Sistem ini sama halnya dengan transport dalam
simplas melalui plasmodesdmata.
Transport melalui phloem
terjadi dua arah dari “source” ke “sink”.
Pada tanaman hijau, source adalah tempat memuat fotosintat yaitu pada daun, dan sink adalah tempat
membongkar muatan fotosintat yaitu akar, ujung pucuk, buah, dan biji. Yang menjadi source unsur hara pada sistem
transport dua arah ini adalah (a)
apoplas stele dalam akar, (b) xylem pada batang dan daun, dan (c) jaringan
daun. Sedangkan yang menjadi sink terutama ujung pucuk, buah dan biji.
Dalam ikatan pembuluh,
phloem dan xylem hanya dipisahkan oleh beberapa sel saja. Dalam pengaturan transport jarak jauh,
pergantian larutan pada kedua sistem pembuluh ini sangat penting. Perbedaan konsentrasi nutrisi terjadi pada
pucuk, akar dan larutan sekitar akar.
Pada tingkat perbedaan konsentrasi tertentu akan terjadi transfer larutan dari phloem ke xylem berupa downhill, atau bocoran (leakage)
melalui membran plasma pada pipa pembuluh ayak.
Sebaliknya untuk kebanyakan larutan organik dan anorganik suatu
trtansfer dari xylem ke phloem merupakan transport uphill melawan perbedaan
konsentrasi yang sangat besar, jadi merupakan proses transport aktif. Transfer unsur hara seperti ini terjadi
sepanjang saluran dari akar ke pucuk.
Batang tanaman merupakan bagian yang penting dalam hal transfer dari
xylem ke phloem ini, dan pada umumnya melalui sel transfer seperti pada Gambar
8.
P X
P
X
Daun
T
Gambar 8. Transport
jarak jauh dalam Xylem (X) dan Phloem (P)
dan Sel Transfer
(T) dari Xylem ke Phloem
Transfer dari xylem ke dalam phloem ini memegang
peranan penting dalam pemenuhan nutrisi tanaman, karena transport xylem saja
terkonsen-trasi menuju bagian yang tinggi transpirasinya (daun), yang
kadang-kadang bukan merupakan pengguna nutrisi yang tinggi. Dalam batang gramine seperti serealia, bagian
buku merupakan tempat transfer nutrisi yang intensif dari xylem ke phloem
seperti untuk unsur kalium.
Transport melalui xylem atau
phloem untuk nutrisi tanaman tergantung kepada beberapa faktor, termasuk macam
unsur hara dan fase perkembangan organ tanaman.
Nitrat tidak ditemukan pada eksudat phloem, dengan demikian transportnya
melalui xylem. Nitrogen dalam bentuk
reduksinya ditransportasi melalui phloem (misalnya asam amino). Sebagian besar kalsium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan organ
tanaman ditransportasi melalui
xylem.
Selama daun berkembang,
pemasukan kalium terjadi baik melalui xy-lem maupun phloem. Pemasukan kalium menurun pada daun yang
matang, dan terjadi pengeluaran kalium pada fase lewat matang, menjadi phloem eksport.
Nutrisi yang mobil (termasuk nitrogen tereduksi)
diretranslokasi dari pucuk ke akar meskipun pada waktu yang sama akar mendapat
suplai unsur ini dari larutan tanah.
Sebagian nitrogen tersebut suatu saat ditransportasikan lagi ke bagian
pucuk. Simpson at. al. (1982) menemukan suplai nitrat melalui xylem
ke pucuk 100%; dan > 79% diretranslokasi ke dalam phloem sebagai nitrogen
tereduksi dan kembali ke akar, dari yang
79% ini sekitar 21% diinkorporasi ke dalam jaringan akar dan sisanya
diretranslokasi ke dalam xylem kembali lagi ke pucuk. Ini terjadi karena adanya keterbatasan
kebutuhan akar akan nitrogen
tereduksi.
Retranslokasi kalium dari
pucuk ke akar dapat lebih dari 20% dari transport akar ke pucuk, dan mungkin
jumlah ini relatif berkaitan dengan fungsi kalium sebagai ion lawan (counterion) untuk transport nitrat dalam xylem (cation-anion balance). Model sirkulasi K dalam tanaman disajikan
pada Gambar 9 (berdasarkan Model Kirby dan Knight, 1977).
CO2
PEP NH3
K+
K Malat K+ NO3- BAGIAN
ATAS
TANAMAN
Phloem Xylem
K Malat KNO3
Malat
Piruvat
AKAR
HCO3-
K+ K+
NO3- NO3-
LARUTAN TANAH
Gambar 9. Model Sirkulasi Kalium Antara Akar dan
Pucuk
Berkaitan dengan Transport
Nitrat dan Malat
IV. PENYERAPAN UNSUR HARA OLEH DAUN
DAN BAGIAN ATAS TANAMAN LAINNYA
4.1 Penyarapan Gas melalui Stomata
Pada tanaman terestrial,
stomata merupakan tempat pertukaran udara (CO2 dan O2)
dengan atmosfer. Nutrisi tanaman dalam
bentuk gas seperti SO2, NH3, dan NOx memasuki daun melalui stomata.
4.2 Penyerapan
Larutan
Pada tumbuhan air, daun
merupakan tempat penyerapan nutrisi tanaman sedangkan pada terestrial
penyerapan larutan hara oleh permukaan daun dan bagian tanaman lainnya
terhambat oleh sel epidermis. Dinding
ini dilapisi lilin, dan cutin dan mengandung pectin, hemiselulose dan selulose. Terdapat sedikit gradien dari struktur bagian
luar dinding sel yang hidrofobik ke bagian dalam yang hidrofilik. Fungsi utama lapisan permukaan yang
hidrofobik ialah untuk melindungi daun dari kehilangan air yang terlalu banyak
karena transpirasi, dan juga kehilangan larutan organik dan anorganik karena
pencucian oleh hujan.
Pergerakan larutan melewati
lapisan kutikula terjadi dalam rongga (kanal), dan disebut ectodesmata, yang bersifat nonplasmatik dan bertindak sebagai jalan
untuk transpirasi kutikula atau transpirasi peristomata, yang tersebar pada
permukaan sistem dinding sel daun, di antara sel guard dengan sel
tetangganya. Terdapat korelasi positif
antara penyebaran stomata dengan intensitas penyerapan unsur hara dari
penyemprotan melalui daun.
Perbedaan resistensi terhadap penetrasi larutan pada berbagai bagian
kutikula dapat dilihat pada Gambar 10.
Penetrasi larutan secara langsung dari permukaan
daun melalui stoma-ta yang terbuka
memegang peranan penting, karena lapisan kutikula (bagian dalam
kutikula) selalu menutupi permukaan sel guard dalam rongga stomata. Oleh karena itu tingkat penyerapan ion dari foliar sprays lebih besar pada malam
hari ketika stomata menutup daripada siang hari waktu stomata terbuka.
permukaan daun peristomata
ektodesmata
kutikula
G
G
dinding sel
Gambar 10. Skema
Penetrasi Larutan Melalui Lapisan
Kutikula pada Sel Epidermis Daun
Sel-sel daun seperti halnya sel-sel akar menyerap
unsur hara melalui apo-plas. Dengan
demikian dipengaruhi pula oleh faktor luar seperti konsentrasi unsur hara dan
valensi, juga temperatur, dan oleh faktor dalam seperti akti-vitas
metabolisme. Pada konsentrasi tertentu
ternyata penyerapan unsur hara pada daun lebih rendah dibandingkan dengan pada
akar, hal ini terjadi karena ada lapisan kutikula pada daun yang membatasi
difusi unsur hara ke dalam membran plasma sebagai tempat penyerapan. Ketebalan kutikula ini berbeda-beda pada spesies tanaman dan juga dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan tumbuh, misalnya tanaman yang ternaungi berbeda
dibanding-kan dengan yang tidak ternaungi.
Penyerapan unsur hara
melalui daun dipengaruhi pula oleh umur,
makin tua penyerapannya makin sedikit, dikarenakan menurunnya aktivitas
metabolisme pada daun tua dan meningkatnya permeabilitas membran serta
bertambah tebalnya lapisan kutikula.
Cahaya mempengaruhi
penyerapan melalui daun berkaitan dengan transpirasi sehingga pada waktu terang
benderang butiran semprot pada per-mukaan daun cepat mengering.
4.3 Aplikasi
Unsur Hara Melalui Daun
Penyemprotan unsur hara melalui daun lebih cepat
dapat mensuplai hara bagi tanaman dari pada melalui akar. Beberapa masalah yang dihadapi pada cara ini
adalah :
1. Tingkat penetrasi yang rendah terutama pada daun
berkutikula tebal (mi-
salnya jeruk dan kopi.
2. Hanyut pada permukaan hidrofobik
3. Tercuci oleh air hujan
4. Cairan semprot cepat kering
5. Translokasi yang terbatas seperti terjadi pada Ca terutama pada daun tua.
6. Hanya sedikit unsur hara yang dapat diaplikasikan pada satu kali
penyemprotan (rata-rata 1% x 400
l/ha; kecuali Urea dapat 10%).
7. Merusak daun (nekrosis atau “terbakar”).
Kerusakan daun akibat
konsentrasi larutan yang tinggi merupakan problema terutama yang timbul akibat ketidak
seimbangan nutrisi secara lokal pada
jaringan daun daripada akibat efek osmotik seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh Aplikasi Urea dan Sukrose terhadap
Kerusakan Daun Kedelai
Perlakuan (mg/cm2) Bagian daun yang
rusak
Urea Sukrose (% dari total
luas daun)
159
0
0
478
0
25
478 909
15
478 2726
3
Pada konsentrasi urea yang tinggi kerusakan daun lebih besar tapi dapat
ditanggulangi dengan cara langsung disemprot sukrose. Cara ini dapat meningkatkan tekanan osmotik
pada penyemprotan melalui daun.
Kerusakan daun akan
berkurang jika larutan semprot memiliki pH rendah. Penambahan surfactan berbahan dasar silika
dapat mengurangi kerusakan daun dan sekaligus meningkatkan efisiensi
penyemprotan, terutama pada daun yang memiliki lapisan kutikula tipis (Horesh
dan Levy, 1981). Aplikasi pupuk melalui daun memiliki faedah yang nyata pada kondisi sebagai berikut.
(1) Rendahnya ketersediaan unsur
hara dalam tanah
Pada tanah kapur
ketersediaan Fe sangat rendah dan defisiensi Fe sangat meluas. Aplikasi Fe melalui daun akan sangat efisien
daripada apli-kasi melalui tanah karena mahalnya Fe-chelate, dan ini merupakan suatu metode untuk
menanggulangi toksisitas Mn. Pada tanah
dengan pH tinggi dan banyak mengandung bahan organik, kahat Mn dapat
ditanggulangi dengan baik melalui aplikasi Mn pada daun.
(2) Kekeringan pada Top Soil
Di daerah semiarid rendahnya
air tersedia pada top soil menyebab-kan
berkurangnya ketersediaan unsur hara selama musim bertanam meru-pakan
gejala yang umum. Meskipun air tersedia
masih terdapat dalam sub-soil, namun
nutrisi tanaman menjadi faktor pembatas.
Pada keadaan ini ap-likasi pupuk melalui daun lebih efektif daripada
melalui tanah.
(3) Berkurangnya aktivitas akar pada
fase reproduktif.
Adanya kompetisi pengguna karbohidrat, aktivitas akar dan juga
pe-nyerapan nutrisi melalui akar berkurang pada fase reproduktif. Aplikasi melalui daun akan dapat
mengkonpensasi kekurangan ini.
(4) Meningkatkan Kandungan Protein
pada Biji Serealia
Pada serealia seperti
gandum, kandungan protein biji untuk keperluan tertentu seperti pembuatan roti
dan makanan ternak dapat ditingkatkan dengan jalan aplikasi nitrogen melalui
daun pada akhir fase pertumbuhan.
Nitrogen yang diaplikasikan pada
fase ini dengan cepat dapat ditransloka-sikan dari daun dan ditransportasi ke biji yang sedang
berkembang.
(5) Meningkatkan
kandungan kalsium pada buah
Mobilitas Ca pada phloem
rendah, sehingga penyemprotan Ca melalui daun kurang efektif, dan harus
dilakukan berulang-ulang. Rasa pahit
pada apel ternyata dapat dihilangkan dengan beberapa kali aplikasi Ca melalui penyemprotan
daun, terutama jika penyemprotan dilakukan juga secara lang-sung terhadap kulit
buah apel yang sedang tumbuh.
4.4. Pencucian Unsur Hara dari Daun
Pencucian dapat
didefinisikan sebagai terlepasnya suatu senyawa dari bagian atas tanaman akibat
aktivitas cairan seperti hujan, irigasi, embun, dan kabut. Senyawa tersebut terlepas karena (a) ekskresi
yang aktif ke bagian permukaan, (b)
ekskresi oleh gutasi (tekanan akar), (c) hilang dari permukaan daun yang
terganggu, atau (d) tercuci dari apoplas
pada jaringan daun.
Pencucian dari daun dan
bagian lain tanaman bagian atas ada manfaatnya bagi ekosistem dan bagi tanaman
yang bersangkutan, terutama pada tanaman tahunan. Pencucian unsur hara mikro pada tanaman yang
memperoleh suplai berlebihan dapat mengurangi keracunan pada tanaman
bersangkutan.
Di daerah hutan hujan
tropis pencucian unsur hara dari
daun/bagian atas tanaman cukup besar, misalnya kalium 100-200 kg/ha/th,
nitrogen 12-60 kg/ha/th, magnesium 18-45 kg/ha/th, kalsium 25-29 kg/ha/th, dan
fosfor 4-10 kg/ha/th. Unsur hara yang
tercuci ini kemudian tersedia lagi bagi tanaman bersangkutan atau bagi tanaman
lain di dekatnya atau bagi pertumbuhan tanaman baru, jadi penting sekali dalam
resiklus unsur hara dalam ekosistem.
V. HUBUNGAN SOURCE-SINK DAN HASIL
Lebih dari 90 % bahan kering
tanaman terdiri dari bahan organik se-perti selulose, pati, lemak, dan
protein. Total produksi bahan kering tanaman (hasil
biologis/biological yield) berhubungan dengan fotosintesis yang
merupakan proses utama dalam sintesis senyawa organik oleh tanaman hijau. Hasil
tanaman didefinisikan sebagai produksi bahan kering organ tanaman sesuai dengan
tujuan penanaman dan panen tanaman (seperti biji dan umbi). Pada banyak tanaman tidak semua bagian tanaman
menjadi hasil panen akan tetapi hanya beberapa bagian saja dari bahan kering
sebagai hasil panen utama, dan disebut indeks panen/harvest index. Oleh karena
itu pemilahan fotosintat dan hubungan source-sink serta yang mengontrol mekanismenya merupakan hal yang penting dalam produksi
tanaman.
Fiksasi dan reduksi CO2
dalam proses fotosintesis berlangsung dengan dua macam lintasan, yaitu lintasan
C3 dan C4. Pada
lintasan C3 (Calvin, dkk. 1950) CO2 diinkorporasi
(diasimilasi) oleh karboksilasi dari ribulose bisfosfat (RuBp), suatu senyawa C5. Pada akhir reaksi dihasilkan dua senyawa C3
yaitu fosfogliserat (PGA). Enzim
RuBpkarboksilase sebagai perantara reaksi ini diaktivasi dengan Mg2+.
Lintasan C4 pertama kali ditemukan oleh Hatch dan Slack (1970). Pada lintasan ini fosfo enol piruvat (PEP)
bertindak sebagai penerima CO2 membentuk oksaloasetat yang kemudian direduksi jadi malat (C4).
Pada spesies C3 stimulasi cahaya bukan hanya pada
inkorporasi CO2 akan tetapi juga pada pelepasan CO2.,
suatu proses yang didukung oleh kehadiran O2. Efflux CO2 yang didorong cahaya (fotorespirasi)
berlang-sung terus diertai influx neto CO2. Pada temperatur yang tinggi, tingkat efflux
CO2 meningkat relatif terhadap tingkat influx, sehingga terjadi
penurunan fotosintesis neto. Bowes dan
Ogren (1972) menemukan bahwa RuBp karboksilase dapat bereaksi dengan O2 jadi
bertindak sebagai oksigenase (RuBp oksigenase).
Reaksinya tergantung kepada imbangan CO2 dan O2 yang berkompetisi dalam tempat reaksi
karboksilasi. Oleh karena itu
fotorespirasi distimulasi oleh konsentrasi CO2 yang rendah, dan ini
merupakan konsekuensi utama fiksasi CO2 pada waktu terang. Pada reaksi oksigenase senyawa C5 RuBp dipecah menjadi 3
PGA (C3) dan glikolat yang merupakan senyawa pertama untuk lintasan
glikolat. Glikolat dilepaskan ke dalam
sitoplasma dan ditransfer ke suatu
mikrobodi (peroksisome) di mana glikolat bertindak sebagai aseptor NH3
membentuk asam amino glisin. Setelah translokasi glisin ke dalam
mitokondria, dua molekul glisin tersebut dipadu menjadi asam amino serin
sementara itu CO2 terus dilepaskan (fotorespirasi).
Pada jaringan tanaman yang
tidak hijau seperti akar, biji dan umbi atau
pada jaringan hijau diwaktu gelap, dekomposisi karbohidrat untuk
respirasi merupakan sumber enerji utama
yang diperlukan dalam proses-proses yang memerlukan enerji seperti
sintesis dan transportasi. Tahap utama
respirasi adalah reaksi dekarboksilasi piruvat
dan asam organik dalam silklus
Krebs dan oksidasi NADH. Pelepasan
elektron secara downhill dari donor NADH ke aseptor O2
berlangsung dalam rantai pernapasan pada membran mitokondria dan mensuplai
energi yang diper-lukan dalam sintesis ATP (fosforilasi oksidatif).
5.1 Transport Asimilat pada Phloem
(1) Pemuatan Asimilat ke dalam Phloem
Dalam daun muda yang masih
berkembang, sebagian besar atau seluruh asimilat yang diproduksi selama
fotosintesis (fotosintat) dipergu-nakan untuk pertumbuhan dan suplai
energi. Dengan demikian pada permulaan
pertumbuhan dedaunan hijau, seperti halnya
jaringan tidak hijau bertindak sebagai
sink dan memerlukan suplai asimilat yang disuplai dari source melalui
phloem. Source utama asimilat adalah
dedaunan yang telah berkembang penuh.
Tahap pertama dalam
mensuplai daun muda dengan asimilat dari daun penghasil asimilat (source)
adalah transport jarak dekat dari sel individu daun ke ikatan pembuluh. Meskipun transport simplastik mungkin
penting, transport dalam apoplas jaringan mesofil lebih dominan (Geiger, 1975). Dalam apoplas dekat tulang daun halus
konsentrasi sukrose yang relatif tinggi telah dideteksi. Misalnya sekitar 20 mM dalam daun bit
gula, dan sekitar 7 mM dalam daun
jagung. Sukrose lebih banyak dilepas ke
dalam apoplas dengan bocoran sepanjang adanya perbedaan konsentrasi. Sebaliknya transport ke dalam tabung ayak
harus secara aktif, selama transport tersebut ke arah melawan perbedaan
konsentrasi. Konsentrasi sukrose dalam
cairan phloem sangat tinggi, dapat mencapai kisaran 100-200 mM. Transport uphill (pemuatan) sukrose pada phloem terutama terjadi pada tulang
daun halus (minor) di mana sel transfer memegang peranan penting. Proses ini sama halnya dengan pemuatan unsur hara pada phloem.
Pemuatan sukrose pada phloem
tergantung pH dan diduga keras seba-gai suatu sucrose-H+ cotransport pada plasma membran dari elemen ayak sel
tabung (Giakuinta, 1977; Malek dan Baker, 1977; Komor, et al., 1977) Berdasarkan observasi tersebut telah
dikembangkan model pemuatan phloem seperti pada Gambar 11.
Gambar
11. Skema Model Pemuatan Sukrose pada
Phloem
Pada model ini kotransport sukrose dan H+
ke dalam tabung ayak menggunakan perantara sistem karier pada plasma membran
ayak sel tabung. Kotransport ini
didorong oleh pompa proton elektrogenik (H+-effaunlux
pump) yang menyerupai ikatan membran ATP-ase. Pompa ini sama seperti pompa H+-efflux pada membran sel akar. Pada kedua kasus ini pompa tersebut membentuk
perbedaan pH dan potensi listrik menembus plasma membran. Dalam tabung ayak didapati potensial negatif
-155 mV (Wright dan Fisher 1981), dan pH berbeda 2 unit antara cairan
phloem (7,5-8,5) dan apoplas (5,5-6,5)
pada jaringan daun. Dengan demikian terbentuklah gradien elektrokimia proton
melewati membran. Perpindahan proton
sepanjang gradien ini dari apoplas ke dalam sel tabung ayak disertai dengan
transport sukrose bermedia karier.
(2) Mekanisme Transport pada Phloem
Tingkat dan arah aliran
larutan dalam tabung ayak terutama ditentukan oleh suplai fotosintat oleh source
dan jumlah yang dibutuhkan pada sink.
Mùnch (1930) mengemukakan hipotesis aliran tekanan
berdasarkan prinsip osmometer. Dia
menyatakan bahwa larutan seperti sukrose
terkon-sentrasi pada phloem daun dan air mengucur ke dalam phloem membentuk
tekanan internal positip, tekanan ini mendorong aliran masa dalam phloem ke tempat yang tekanan
positipnya rendah akibat pengeluaran cairan dari phloem. Tingkat dan arah
aliran ini berhubungan dengan pemindahan larutan dari phloem yaitu karena
pengeluaran atau pembongkaran muatan phloem pada sink. Tipe aliran masa yang
didorong tekanan pada phloem berbeda dengan yang terjadi pada xylem (tekanan
akar) dalam tiga hal yang yaitu :
(a) Senyawa organik
merupakan larutan yang dominan pada cairan phloem,
(b) Transport terjadi pada sel hidup (tabung ayak), dan
(c) pembongkaran muatan (unloading)
larutan pada sink memegang peranan
penting.
Pada tanaman yang cukup pupuk K ternyata konsentrasi
K dan tekanan osmotik cairan phloem dan juga tingkat volume aliran lebih tinggi
dari pada tanaman yang diberi K
rendah. Suplai K yang tinggi (1.0 mM
dibandingkan dengan suplai yang rendah 0,4 mM) meningkatkan transport
dalam phloem sekitar dua kali lipat. Terdapat beberapa alasan mengenai peningkatan
volume aliran oleh K, termasuk tingginya tingkat sintesis sukrose, tingginya
tingkat pelepasan ke dalam apoplas,
meningkatkan pemuatan pada phloem, atau pengaruh langsung K terhadap
tekanan osmotik dalam tabung ayak.
Meskipun ditentang oleh teori transport aktif melalui bagian ayak sel
tabung, tapi tekanan aliran masih lebih banyak diterima sebagai mekanisme
transport phloem.
(3) Pembongkaran Muatan Phloem dan Penyimpanan Sukrose
Banyak gejala yang tidak
langsung menunjukkan keterlibatan suatu
proses aktif dalam pembongkaran muatan phloem pada sink (Bell dan Patrick,
1985). Pelepasan pasif atau bocoran
larutan dari tabung ayak harus ada
fasilitasnya, yaitu peningkatan fermeabilitas membran plasma pada tabung ayak
tersebut. Fitohormon asam absisik (ABA) ikut terlibat dalam pelepasan sukrose,
di mana ABA dengan konsentrasi rendah dapat meningkatkan tingkat efflux sukrose
dari jaringan phloem.
Pelepasan sukrose ke dalam
apoplas pada jaringan sink terjadi oleh perbedaan konsentrasi akibat adanya
konsumsi sukrose selama pertumbuhan (growth
sink) dan adanya penyimpanan sukrose
(storage sink) baik dalam bentuk
sukrose (pada bit) maupun pati (pada biji serealia atau ubi). Akumu-lasi sukrose dalam bit distimulasi oleh
K+. Setelah isolasi pun
vakuola sel penyimpanan dapat memperbaiki kapasitas akumulasi sukrosenya. Akumulasi ini tergantung kepada Mg2+
dan dstimulasi oleh K+. Hal
ini menunjukkan bahwa ikatan membran Mg-ATPase
seperti tertera pada Gambar 11 bertang-gungjawab dalam transport sukrose
ke dalam vakuola sel penyimpanan.
5.2 Perubahan
dalam Hubungan Sink-Source
(1) Pengaruh
Kematangan Daun terhadap Fungsi Source
Selama siklus hidupnya tiap
daun mengalami perubahan fungsinya dari sink menjadi source baik untuk unsur
hara maupun fotosintat. Untuk unsur
hara, perubahan ini berkorelasi dengan perubahan transport jarak jauh dalam
phloem dan xylem. Transport jarak jauh
gula seperti sukrose berkurang dalam phloem, dan perubahan dari sink kepada
source pada masing-masing helai daun diatur dengan perubahan pembongkaran
muatan phloem (import) ke pemuatan phloem (export). Pada tanaman bit terjadi
transisi pada sekitar pertengahan kapasitas fotosintesis neto atau pada 40-50%
perkembangan daun.
Selama pematangan daun,
perubahan utama terjadi dalam inkorporasi carbon ke dalam gula.
(2) Senescence pada Daun
Pada permulaan senescence
daun tingkat fotosintesis dan eksport gula dari daun menurun, sementara itu fermeabilitas membran
meningkat.
Sejalan dengan terjadinya perubahan ini enzim proteolitik seperti protease
yang tersimpan pada vakuola dilepas ke dalam sitoplasma dan mempercepat
pecahnya protein dalam sitoplasma dan
kloroplas. Penurunan kandungan klorofil
(klorosis) merupakan gejala senescence
yang nampak. Komposisi cairan phloem
daun senescence berubah, konsentrasi gula menurun, nitrogen organik berbobot
molekul rendah dan unsur hara mobil pada phloem meningkat.
5.3 Peranan Fitohormon dalam Pengaturan
Sink-Source
Fitohormon memegang peranan
penting dalam pengaturan pertum-buhan dan perkembangan tanaman tingkat
tinggi. Pengaruhnya terlihat pada
hubungan source dan sink dan hasil tanaman.
Sintesis dan kerja fitohormon
dipengaruhi lingkungan termasuk suplai unsur hara. Perlu difahami bahwa beberapa pengaruh unsur
hara terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman tampaknya lebih banyak disebabkan oleh pengaruhnya terhadap
keseim-bangan fitohormon dalam tanaman.
Fitohormon ditranslokasikan baik dalam phloem maupun xylem. Arah transportasinya tergantung kepada tipe
fitohormon (terbentuk di akar atau di pucuk) dan fase perkembangan
tanaman. Tiap fitohormon memiliki
spektrum yang luas, fitohormon yang sama dapat mengatur banyak proses
tergantung kepada konsentrasi dan kondisi tempat bekerjanya.
Fitohormon yang diketahui
penting adalah Cytokinins (CYT), gibbe-rellins (GA), auxins
(IAA) dan absisic acid (ABA). Sudah
menjadi tendensi umum bahwa CYT, IAA dan GA meningkatkan aktivitas proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sedangkan kerja ABA berpe-ngaruh
antagonis. ABA cepat terbentuk sebagai
response tanaman terhadap kekurangan air atau nitrogen. Salah satu kerja ABA adalah meningkatkan
fermeabilitas membran (seperti penutupan stomata), berlangsung sangat cepat.
Peningkatan aktivitas sink
pada tempat aplikasi fitohormon telah
diteliti dalam jangka panjang, salah satu hasilnya seperti disajikan pada
Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh Penyemprotan terhadap Pertumbuhan
Wortel
berat
kering/tanaman (gram)
Penyemprotan Pupus Akar
Total Ratio pupus/akar
H2O 3,2 10,9 14,1 0,29
Kinetin 7,3 8,8 16,1 0,83
GA 9,9 5,7 15,6 1,74
CCC 2,8 10,8 13,6 0,26
Penyemprotan daun dengan kinetin, terutama GA
meningkatkan pertumbuhan tanaman bagian atas wortel, tapi tidak demikian pada
akar. Ini merupakan contoh kompetisi
sink antara bagian atas tanaman dan akar
serta pengaruh fitohormon terhadap kekuatan sink jaringan atau organ
tanaman. CCC (chlorocholin clorida)
menekan pertumbuhan tanaman bagian atas (pupus), tapi tidak demikian pada
bagian akar. Ini menunjukkan kekuatan sink
pada bagian akar sebagai tempat penyimpanan (storage roots).
5.4 Pengaruh
Source dan Sink terhadap Laju Pertumbuhan dan Hasil
Laju pertumbuhan pucuk,
buah, dan organ penyimpanan dapat dibatasi baik oleh suplai asimilat dari
daun-daun source (source limitation)
atau oleh pembatasan sink itu sendiri (sink
limitation). Pembatasan sink
berhubungan dengan rendahnya pelepasan dari phloem, pembelahan sel, sel
penyimpanan jumlahnya sedikit, atau berkurangnya laju konsversi asimilat
(misalnya gula ke pati).
Pembatasan laju pertumbuhan
oleh source atau sink tergantung kepada faktor lingkungan yang mempengaruhi
laju fotosintesis. Faktor lain yang berpengaruh terhadap pembatasan source-sink
adalah ukuran source (luas daun) hubungannya dengan luas sink (jumlah biji atau
ubi per tanaman). Pembuangan 25% daun
sangat berpengaruh terhadap hasil jagung (Barnet dan Pearce, 1983).
Pada beberapa tanaman
terjadi kompetisi terhadap fotosintat.
Sink terbesar adalah akar, pucuk, organ reproduktif, akar tempat penyimpanan dan ubi.
Pada fase reproduktif, buah, biji dan organ penyimpanan merupakan sink
yang dominan. Pada keadaan keterbatasan
sink kompetisi ditunjukkan oleh
menurunnya laju pertumbuhan pada sink lainnya.
Kompetisi antara organ reproduktif dengan akar merupakan hal yang
penting dalam penyerapan unsur hara dan air.
Pembuangan beberapa spikelet pada bulir gandum (mengurangi ukuran sink)
meningkatkan kandungan nitrogen biji tapi tidak berpengaruh terhadap berat biji
(Jenner, 1980). Tanaman buah-buahan yang
sedang berbuah lebat lebih sensitif terhadap kekurangan air dan unsur hara.
VI RESPONSE HASIL TERHADAP UNSUR HARA
Manakala suplai atau
ketersediaan faktor tumbuh seperti cahaya, CO2, air, dan unsur hara
meningkat, laju pertumbuhan dan hasil tanaman meningkat meskipun dengan
peningkatan yang menurun. Untuk unsur
hara hubungan ini diformulasikan secara matematis oleh Mitscherlich sebagai LAW OF DEMINISHING YIELD INCREMENT
(Mitscherlich, 1954; Boguslawski, 1958).
Berdasarkan hukum ini curve response hasil untuk unsur hara tertentu
bersifat asymptotic; jika suplai satu unsur hara (atau faktor tumbuh)
meningkat, unsur hara lainnya (atau
faktor tumbuh) atau potensi genetik tanaman menjadi faktor pembatas. Bentuk kurva response hasil untuk unsur hara
disajikan pada Gambar 12.
Hasil relatif (%)
100 unsur mikro fosfor
Nitrogen
50
0
Suplai Unsur Hara (misal kg/ha)
Gambar 12. Kurve Response Hasil untuk Nitrogen,
Fosfor dan Unsur
Mikro
Kemiringan ketiga kurva
tersebut berbeda. Unsur hara mikro
bentuk-nya lebih curam, fosfor dan
nitrogen lebih mendatar, jika suplai unsur hara diberikan dalam satuan berat
yang sama. Kemiringan kurve menandakan
perbedaan penerimaan tanaman terhadap masing-masing hara tersebut.
Suatu contoh efek interaksi
antara unsur hara terhadap hasil tanaman dikemukakan pada Gambar 13. Pada taraf kalium yang lebih rendah, respons
terhadap peningkatan nitrogen ternyata rendah, dan pada taraf nitrogen yang
tinggi terjadi penurunan hasil yang besar.
Meskipun demi-kian pada kondisi lapangan penurunan hasil karena kelebihan
unsur hara tidak begitu berat.
Terdapat perbedaan kurve
response hasil antara biji dan jerami, teru-tama pada kalium yang tinggi
(Gambar 13). Kebalikan dari hasil
jerami, taraf hasil biji pada suplai nitrogen yang tinggi menunjukkan
pembatasan sink (jumlah biji per bulir sedikit) atau pembatasan source (mutual shading daun)
Pada kondisi lapangan interaksi antara ketersediaan
air dengan suplai nitrogen sangat penting.
Contohnya pada tanaman jagung, peningkatan suplai nitrogen pada
kelembaban tanah yang berbeda, kurva response
hasil biji jagung sama seperti pada keadaan suplai K yang berbeda
(Gambar 13).
Hasil berat kering (g/tanaman)
BIJI JERAMI 5,0 K
3
5,0 K 6
1,25 K
2 4
1,25 K
1 2 0,25 K
0,25 K
0 5 10 15
0
5 10 15
Suplai Nitrogen (mM)
Gambar 13. Pengaruh Suplai Nitrogen pada Tiga Taraf K (mM) terhadap
Hasil Biji dan Jerami Barley pada
Kultur Air (MacLeod, 1969)
Kurva response hasil tidak
saja berbeda antara organ vegetatif dan reproduktif tapi juga pada komponen hasil panen. Pada banyak tanaman, kuantitas hasil (misal
berat kering ton/ha) dan kualitas hasil (misal konsentrasi gula atau protein)
merupakan komponen hasil yang penting.
Seperti dikemukakan pada bentuk skeme Gambar 14. Pada Gambar tersebut kualitas
maksimum dapat dicapai sebelum (kurve1), sesudah (kurve 2) atau sejalan (kurve
3) dengan tercapainya kuantitas hasil maksimum (berat kering).
Contoh kurve 1 adalah
akumulasi nitrat pada bayam dan sukrose pada bit karena peningkatan pupuk
nitrogen. Contoh kurve 2 adalah
perubahan kandungan protein pada serealia akibat peningkatan tajaran pupuk N.
Kurve response hasil yang
positif merupakan hasil dari proses individu tanaman yang berbeda seperti peningkatan kerapatan tanaman dan
fotosintesis neto per unit luas daun (pengaruh pada source) atau peningkatan
jumlah buah dan biji (pengaruh pada sink).
Hasil
1 2
3
suplai pupuk
Gb 14. Skema Response Hasil Panen
Kuantitatif ( )
dan Kualitatif ( ) thd. Suplai Pupuk
Pada umumnya kerapatan
populasi tanaman mengekspresikan Leaf
Area Index (LAI) atau indeks luas daun (ILD) yang didefinisikan sebagai
luas daun tanaman per unit luas tanah (Watson, 1952). Sebagai contoh, ILD = 5 berarti satu tanaman dengan luas daun 5 m2
tumbuh pada tanah seluas 1 m2.
Sudah menjadi ketetapan bahwa
hasil tanaman meningkat jika ILD meningkat ke taraf optimum di antara
4 sampai 8. Nilai tepatnya
tergantung kepada spesies tanaman, intensitas cahaya, bentuk daun, sudut
kedudukan daun, dan faktor lainnya (Mengel dan Kirby, 1982). Pada ILD yang tinggi, pengaruh daun saling
menaungi (mutual shading) merupakan
faktor pembatas utama. Pada keadaan
suplai air terbatas maka stres kekurangan air terutama pada tempat sink, dapat
menurunkan nilai ILD optimum jauh di bawah nilai yang diakibatkan oleh efek
daun saling menaungi (mutual shading).
Jika suplai nutrisi di bawah
optimal, maka laju pertumbuhan daun dan
juga ILD terhambat karena rendahnya tingkat fotosintesis neto dan atau
perkembangan sel yang terhambat. Pada
kasus kahat fosfor pembentukan helai daun yang berukuran kecil berwarna hijau
gelap merupakan akibat perkembangan sel
yang terhambat yang menghasilkan jumlah sel yang lebih banyak per area
permukaan daun.
Unsur hara dapat
mempengaruhi fotosintesis neto dengan berbagai jalan. Seperti dirangkum pada Tabel 6. unsur hara diperlukan dalam berbagai proses
berhubungan dengan pembentukan dan fungsi kloroplas.
Tabel 6. Contoh
Peran Langsung dan Tidak Langsung Unsur Hara
dalam Fotosintesis
Proses
Unsur Hara
Pembentuk struktur
Aktivasi enzim,
organik osmoregulasi
Pembentukan kloroplas
sintesis
protein N,
S Mg, Zn, Fe, K
(Mn)
sintesis klorofil N, Mg Fe
Transport elektron
fotosistem II+I fotofosforilasi Mg, Fe, Cu, S, P Mg, Mn (K)
Fiksasi CO2
-
Mg (K, Zn)
Perpindahan pada stomata - K (Cl)
sintesis pati dan transport
gula P Mg, P (K)
Pada sel daun hijau sebagai contoh sampai 75% total
nitrogen organik ditempatkan dalam kloroplas terutama sebagai protein enzim.Kahat
unsur hara yang berpengaruh langsung pada pembentukan protein atau klorofil
akan berakibat terbentuknya kloroplas dengan efisiensi fotosintesis yang
rendah. Pada fase penyimpanan fotosintat dalam organ reproduktif seperti akar
dan umbi, bukan hanya fotosintesis neto dan ILD yang penting dalam mencapai
hasil ahir akan tetapi juga Leaf Area
Duration (LAD) atau Durasi Luas Daun (DLD) yaitu lamanya daun source mensuplai fotosintat kepada tempat sink, seperti umbi kentang, dan biji
gandum sehingga berpengaruh terhadap
hasil tanaman.
Dalam akar tanaman ubi-ubian
tidak seperti tanaman biji-bijian hu-bungan sink-source lebih labil meskipun
telah mulai proses penyimpanan. Salah satu contoh adalah pada aplikasi nitrogen
terhadap kentang. Di satu fihak aplikasi
nitrogen yang tinggi penting bagi pertumbuhan pupus dan mencapai ILD 4-6 agar
diperoleh hasil umbi yang tinggi. Di
lain fihak suplai nitrogen yang tinggi dapat memperlambat pembentukan umbi dan
fase linier pertumbuhan umbi. Interaksi
ini diperlihatkan pada Gambar 15.
Hasil umbi yang lebih rendah pada
taraf suplai nitrogen yang rendah terjadi oleh rendahnya ILD dan cepatnya
senescense daun yang menyebabkan singkatnya DLD (Durasi Luas Daun). Pada suplai nitrogen yang tinggi, ILD dan
DLD serta berat umbi segar juga lebih tinggi.
Dengan demikian tingginya hasil umbi akibat suplai nitrogen yang tinggi
hanya terjadi jika periode vegetatif tanaman cukup panjang.
LAI berat
umbi segar (ton/ha)
5 N TINGGI N TINGGI 50
4 40
3 N RENDAH 30
N
RENDAH
2 20
1
10
0
0
0 50 75
100
125
Waktu (hari setelah tanam)
Gambar
15. Indeks Luas Daun ( ) dan berat segar umbi
kentang ( ) pada dua taraf nitrogen
VII. DIAGNOSIS
KAHAT DAN KERACUNAN UNSUR HARA
7.1 Suplai Hara dan Response Pertumbuhan
Biasanya kurve pertumbuhan
(produksi bahan kering) lawan suplai unsur hara terdiri atas tiga bagian
(Gambar 16). Pada bagian pertama laju
pertumbuhan meningkat bersama peningkatan suplai unsur hara (daerah kahat).
Pada bagian kedua tingkat pertumbuahn mencapai maksimum dan tidak terpengaruh
oleh suplai unsur hara (daerah cukup).
Bagian ketiga laju pertumbuhan menurun dengan meningkatnya suplai unsur
hara (daerah keracunan)
Pertumbuhan
KAHAT CUKUP RACUN
Gambar 16. Hubungan antara suplai hara dan pertumbuhan
Pada produsksi tanaman,
suplai hara optimal dipenuhi dengan pemu-pukan
Aplikasi pupuk yang rasional memerlukan informasi tentang unsur hara
yang tersedia dalam tanah dan status unsur hara dalam tanaman.
7.2 Diagnosis
Gangguan Hara Melalui Gejala yang Terlihat
Pada umumnya gangguan hara
yang menghambat pertumbuhan dan hasil tanaman bisa diketahui dengan gejala
spesifik yang terlihat. Gejala nampak
jelas jika suatu kekahatan terjadi secara akut sehingga menekan pertumbuhan dan
hasil tanaman.
Diagnosis melalui gejala
yang terlihat memerlukan pendekatan yang sistematis seperti dirangkum pada Tabel 7. Gejala nampak terutama pada daun yang lebih
tua atau lebih muda tergantung kepada kecepatab translokasi unsur hara yang
bersangkutan. Klorosis dan nekrosis
merupakan kriteria penting untuk diagnosis.
Pada umumnya gejala kahat unsur hara lebih spesifik dibandingkan dengan
gejala keracunan, kecuali jika keracunan oleh satu unsur hara menyebabkan kahat
unsur hara lainnya.
Tabel 7. Beberapa prinsip Diagnosis Visual terhadap
Gangguan Unsur Hara *)
Bagian tanaman Gejala umum Gangguan
KAHAT
seragam N (S)
helai daun tua klorosis antar tulang atau bisul Mg (Mn)
dan dewasa nekrosis ujung dan pinggiran hangus K
antara tulang daun
Mg (Mn)
seragam Fe (S)
helai daun klorosis antar tulang atau bisul Zn (Mn)
muda dan nekrosis (klorosis)
Ca, B, Cu
pucuk berubah bentuk
Mo ( Zn, B)
KERACUNAN
SPOT Mn (B)
helai daun tua
klorosis ujung dan pinggiran hangus B, garam (gang-
dan dewasa
guan
semprotan)
klorosis,
nekrosis keracunan tidak
spesifik
*) Huruf dalam tanada kurung menunjukkan gejala
variabel
Diagnosis pada tanaman di lapangan akan lebih
komlikasi jika lebih dari satu unsur hara kahat dan atau terjadi kahat satu
unsur hara diikuti keracunan unsur hara lainnya sebagai contoh yang terjadi pada tanah masam yang
tergenang air di mana terjadi keracunan mangan dan kahat magnesium (gejala
kompleks). Diagnosis dapat lebih rumit
dengan kehadiran hama, penyakit atau gejala lain seperti gangguan mekanis
termasuk kerusakan karena penyemprotan.
Gejala gangguan hara biasanya lebih simetris pada
bagian tanaman yang sama umurnya, dan ada gradien dari daun lebih tua ke daun
lebih muda. Untuk memperoleh diagnosis
visual yang tepat diperlukan informasi tambahan misalnya pH tanah, hasil tes
unsur hara tanah, status air tanah
(kering, genangan), keadaan cuaca (temperatur rendah, frost) dan aplikasi
pupuk, pestisida.
7.3 Analisis Tanaman
Hubungan yang khas suatu
unsur hara dengan pertumbuhan tanaman diperlihatkan pada Gambar 17
Pertumbuhan
level kritis kahat level kritis
keracunan
& hasil
gejala
gejala
kahat keracunan
III
IV V
VI
cukup
II
kahat konsumsi
mewah
keracunan
I kurve bentuk C
kandungan unsur hara pada jaringan tanaman
Rank I II
II III IV V VI
Unsur
*) kahat rendah cukup tinggi racun
P (%) <
0,16 0,16-0,25 0,26-0,50 0,51-0,80 >
0,80
K (%) <1,26 1,26-1,70 1,71-2,50 2,51-2,75 >2,75
Mn (mg/kg)
< 15 15-20 21-100 100-250 >250
*) pada
daun atas kedelai (dari Bergmann, 1983)
Gambar 17. Hubungan antara kandungan hara dengan
pertumbuhan
dan hasil
kedelai
Pada Tabel 17 terdapat bagian kurve yang
menanjak di mana pertumbuhan meningkat
tajam tanpa perubahan kandungan unsur hara
(I dan II) atau peningkatan
pertumbuhan sejalan dengan kandungan unsur hara (III). Ini diikuti dengan bagian kurve yang
menunjukkan di mana pertumbuhan tidak dipengaruhi oleh unsur hara yang
bersangkutan (IV, V) dan terakhir bagian kurve di mana peningkatan kandungan
unsur hara menyebabkan keracunan dan penurunan pertumbuhan (VI).
Ada kalanya kahat Cu yang
ekstrim (Reuter et al., 1981) atau Zn
(Howeler et al., 1982) sebagai contoh,
menunjukkan kurve response bentuk C seperti pada Gambar 17 bagian I yang
diberi garis putus-putus. Pada kea-daan ini suatu unsur hara yang mendorong
peningkatan laju pertumbuhan tanaman
disertai dengan penurunan kandungannya di dalam berat kering
tanaman, sering diungkapkan sebagai
efek “Piper-Steinbjerg” (Bates, 1971).
Konsentrasi dan efek
pengenceran (dilution effect) unsur
hara dalam tanaman merupakan fenomena umum yang harus diperhatikan dalam
interpretasi kandungannya dalam bentuk antagonis ion, dan atau sinergisme
selama penyerapannya, terutama pada level kahat dan level keracunan. Sebagai contoh dua unsur hara berada dalam
level kahat, dan hanya salah satu unsur
hara tersebut yang ditambahkan. Peningkatan pertumbuhan karena penambahan unsur
hara tersebut akan menyebabkan pengenceran
unsur hara yang lainnya (kandungannya menurun) dan menyebabkan kahat tanpa
terjadi kompetisi dalam penyerapan atau di dalam tanaman.
Diagnosis gangguan nutrisi
melalui analisis tanaman dititik beratkan pada level kritis kahat dan keracunan
unsur hara dalam jaringan tanaman (li-hat gambar 17). Pertumbuhan tanaman maksimal terjadi di
antara level kritis kahat dan keracunan.
Pada prakteknya level kritis tersebut tidak terjadi tepat pada titik
yang pasti akan tetapi merupakan kisaran. Level
kritis dide-finisikan sebagai suatu level di mana pertumbuhan atau hasil
tanaman berada pada 5-10% di bawah maksimum (Bouma, 1983).
Berkaitan dengan suplai
unsur hara, umur fisiologis tanaman atau ba-gian tanaman merupakan faktor yang sangat penting
pengaruhnya terhadap kandungan unsur hara
dalam tanaman. Level unsur hara
yang menunjukkan
kategori cukup atau kritis, pada tanaman tua lebih rendah daripada tanaman
muda. Efek pengenceran ini telah
ditunjukkan pada tanaman barley (Leigh et
al., 1982). Dalam tanaman muda kandungan kalium 5-6% dari
berat kering pupus menurun menjadi sekitar 1% pada waktu matang panen, meskipun
tanaman diberi suplai kalium yang cukup.
Level kritis kahat
berbeda-beda antara spesies tanaman meskipun dari sampel organ dan umur
fisiologis yang sama. Hal ini selalu
terjadi pada kisaran cukup unsur hara.
Variasi ini terjadi akibat perbedaan metabolisme dalam tanaman. Data level cukup unsur hara pada spesies
tanaman terpilih disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Level unsur
hara pada kisaran cukup untuk beberapa
tanaman terpilih
level (% berat kering)
Spesies/organ N P K Ca Mg
Gandum (pupus 3,0-4,5
0,30-0,50 2,0-3,8 0,4-1,0 0,15-0,30
stadia bunting)
Ryegrass (pupus) 3,0-4,2 0,35-0,50
2,5-3,5 0,6-1,2 0,20-0,50
Bit (daun dewasa) 4,0-6,0
0,35-0,60 3,5-6,0 0,7-2,0 0,30-0,70
Kapas (daun
dewasa)
3,6-4,7 0,30-0,50 1,7-3,5
0,6-1,5 0,35-0,80
Tomat (daun
dewasa)
4,0-5,5 0,40-0,65 3,0-6,0
3,0-4,0 0,35-0,80
Jeruk (daun
dewasa)
2,4-3,5 0,15-0,30 1,2-2,0
3,0-7,0 0,25-0,70
level (mg/kg
berat kering)
Spesies/organ B Mo Mn Zn Cu
Gandum (pupus 5-10 0,10-0,3 35-150
20-70 5-10
stadia bunting)
Ryegrass (pupus) 6-12 0,15-0,5 40-150
20-50 6-12
Bit (daun dewasa) 40-100
0,25-1,5 35-150 20-80 7-15
Kapas (daun
dewasa)
20-80 0,60-2,0 35-150
25-80 8-20
Tomat (daun
dewasa)
40-80 0,30-1,0 40-150
30-80 6-12
Jeruk (daun
dewasa)
30-70 0,20-0,5 25-125
25-60 6-15
Terjadi interaksi antara
unsur-unsur hara dalam tanaman.
Interaksi nonspesifik dan
interaksi spesifik mempengaruhi
level kritis. Contoh inter-aksi non spesifik seperti terjadi pada kandungan N
dan P tanaman araukaria hasil penelitian Richards dan Bevege (1969) yang
menunjukkan bahwa level kritis kahat nitrogen meningkat sejalan dengan
peningkatan kandungan P dalam tanaman, dan sebaliknya.
Interaksi antara dua unsur
hara menjadi penting ketika level keduanya mendekati kisaran kahat. Peningkatan suplai salah satu unsur hara
tersebut dapat menstimulasi pertumbuhan, akan tetapi menyebabkan kahat
unsur hara yang lainnya akibat
efek pengenceran. Pada prinsipnya
interaksi nonspesifik ini terjadi untuk unsur hara yang ada dalam level kahat atau mendekati level
kritis kahat.
Contoh interaksi spesifik adalah (a) kompetisi antara K+ dan Mg2+
pada level selular yang menimbulkan resiko K mendorong kahat Mg, (b) un-sur K diganti dengan Na pada spesies
natrofilik. Interaksi spesifik penting
sekali dalam evaluasi level kritis
kahat. Sebagai contoh level kritis Mn
berbeda tidak hanya antara spesies dan kultivar dalam satu spesies, akan tetapi
pada kultivar yang sama tergantung kepada suplai silikon. Pada daun kacang level kritis keracunan Mn dapat meningkat
dari 100 mg/kg berat kering tanpa silikon, menjadi sekitar 1000 mg/kg berat
kering dengan adanya silikon (Horst dan Masrchner, 1978).
Fluktuasi faktor lingkungan
sepertti temperatur dan kelembaban tanah berpengaruh terhadap kandungan unsur
hara dalam tanaman. Faktor ini
berpengaruh terhadap ketersediaan dan penyerapan unsur hara oleh akar tanaman
dan laju pertumbuhan pupus. Pengaruh ini
lebih besar pada tanaman semusim yang memiliki perakaran dangkal dibandingkan
dengan tanaman tahunan yang memiliki sistem perakaran lebih dalam, dan memiliki
kapasitas penyangga nutrisi yang lebih besar pada bagian pupusnya. Aspek ini perlu diperhatikan dalam
interpretasi level kahat dan level keracunan pada analisi daun. Hujan dan debu merupakan faktor lingkungan
lain yang harus diperhitungkan dalam analisis daun. Pencucian beberapa unsur hara akan terjadi
pada curah hujan yang sangat tinggi.
Debu pada permukaan daun terutama pada daun tua perlu dibersihkan
sebelum analisis daun untuk mencegah kontaminasi terutama untuk analisis unsur
mikro seperti besi. Demikian pula
penggunaan pestisida yang banyak mengandung unsur hara akan menambah problema
dalam analisis daun.
7.4 Efisiensi
Unsur Hara
Perbedaan
level kritis unsur hara karena genotipe tanaman berkaitan dengan perbedaan
penggunaan unsur hara tersebut oleh tanamn.
Dalam arti fisiologis, efisiensi unsur hara dapat diekspresikan sebagai
unit bahan kering yang dihasilkan per unit unsur hara dalam berat kering (misalnya mg P/kg berat
kering). Sebagai contoh perbedaan
efisiensi nitrogen pada tanaman C3 dan C4 pada Tabel 9.
Tabel 9. Hubungan
Produksi Berat Kering dan Kandungan
Nitrogen
pada Rumput C3 dan C4
Suplai Nitrogen Berat kering Kandungan Nitrogen
(ekuivalen kg/ha) (g/pot) (% berat kering)
C3 C4 C3 C4
0
11 22 1,82 0,91
67 20 35 2,63 1,18
134
27 35 2,77 1,61
269 35 48 2,78 2,00
Berdasarkan penelitian Colman dan Lazemby (1970)
Lebih banyak bahan kering yang dihasilkan rumput
C4 dibandingkan dengan rumput C3, dan
ini merupkan fenomena umum. Tinggi-nya
efisiensi nitrogen pada tanaman C4 berkaitan mungkin dengan rendahnya
penyimpanan nitrogen dalam protein enzim yng digunakan pada kloroplas untuk
fiksasi CO2. Dalam tanaman C4
hanya sekitar 10% protein dapat larut ditemukan dalam ribulosebisfosfat
karboksilase, dibandingangkan dengan sekitar 50% pada spesies C3 (Brown,
1978). Untuk fiksasi CO2
melalui lintasan PEP karboksilase pada spesies C4 hanya sedikit protein enzim
yang diperlukan. Perbedaan kebutuhan
unsur hara yang berbeda-beda ditemukan pada kultivar, strain, dan galur dari
suatu spesies. Efisiensi unsur hara yang tinggi lebih banyak
berkaitan dengan per-tumbuhan dan aktivitas akar, dan juga berkaitan dengan transport dari akar
ke pupus.
Pada prinsipnya, efisiensi
unsur hara yang tinggi yang ditampilkan oleh level kritis kahat yang lebih
rendah pada satu genotipe dibandingkan dengan genotipe lainnya dalam satu spesies dapat didasarkan atas
beberapa mekanisme sebagai berikut :
(1) Tingkat
retranslokasi yang lebih tinggi selama pertumbuhan vegetatif
dan reproduktif
(contoh : Zn pada jagung ).
(2)
Aktivitas nitrat
reduktase yang lebih tinggi dalam daun sehingga penggunaan nitrogen untuk penyimpanan protein
lebih efisien misalnya dalam biji gandum
(Dalling et al., 1975) dan umbi kentang (Kapoor dan Lee, 1982)
(3) Proporsi
penggantian K oleh Na lebih tinggi sehingga level kritis kahat
K lebih rendah misalnya pada tomat.
(4) Proporsi unsur
hara yang tidak atau sangat sedikit dibutuhkan untuk
proses
metabolisme lebih rendah.
(5) Perbedaan rasio
pertumbuhan vegetatif pupus (source)
terhadap
pertumbuhan organ reproduktif
atau penyimpanan (sink).
Analisis kimia tanah
menunjukkan potensi ketersediaan unsur hara di mana akar dapat menyerapnya pada
kondisi yang menguntungkan untuk per-tumbuhan dan aktivitas akar. Analisis tanaman dalam arti sempit
menunjukkan status unsur hara tanaman secara aktual. Dengan demikian pada prinsipnya kombinasi
kedua metode ini akan lebih baik dalam membuat rekomendasi pemupukan daripada
hanya salah satu metode. Analisis tanaman penting sekali dalam membuat rekomendasi dengan cara DRIS (Diagnosis and Recommendation Integrated
System) dari Beaufils. Rekomendasi
ini didasarkan atas data sebanyak-banyaknya yang mungkin dapat dikumpulkan dari
suatu sifat tanah dan komposisi
tanaman. Untuk
menunjang pembuatan rekomendasi ini diperlukan pula pengembangan model
program komputer untuk prediksi kebu-tuhan pupuk yang dapat memenuhi level
relatif cukup (lihat Gambar 17) pada tanaman.
VIII. HUBUNGAN
ANTARA NUTRISI TANAMAN
DENGAN
HAMA DAN PENYAKIT
Pengaruh unsur hara terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman selalu diterangkan berkaitan dengan fungsi unsur
hara yang bersangkutan dalam metabolisme tanamn. Unsur hara juga kadang-kadang tidak jelas
pengaruh-nya terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Melalui pengaruhnya terhadap perubahan pola
pertumbuhan, morfologi dan anatomi tanaman, dan terutama komposisi kimia
tanaman, unsur hara dapat meningkatkan atau menurunkan ketahanan tanaman
terhadap hama dan penyakit. Resistensi
tanaman dapat ditingkatkan dengan jalan mengubah response tanaman terhadap
serangan parasit melalui peningkatan mekanisme penjagaan (lignifikasi) dan
sintesis toksin (phytoalexins). Ketahanan tertentu dapat terbentuk jika fase pertumbuhan tanaman inang yang
sangat rentan tidak sinkron dengan periode sangat aktif pada parasit dan hama
(disebut sebagai :” escape from attack”).
Meskipun resistensi
dikontrol oleh sifat genetik, namun telah diketahui dipengaruhi pula oleh
faktor lingkungan. Salah satu faktor
lingkungan yang mudah dimanipulasi untuk membantu pengendalian hama dan
penyakit adalah melalui pemupukan. Untuk
keperluan ini perlu pengetahuan yang memadai mengenai bagaimana pupuk dapat
meningkat-kan atau menurunkan resistensi tanaman terhadap hama dan penyakit.
Pada umumnya keseimbangan
suplai unsur hara yang dapat menampilkan
pertumbuhan optimal tanaman juga dapat mencapai resistensi yang optimal
pada tanaman. Hal ini diungkapkan pada
Gambar 18.
Perkecambahan spora pada permukaan akar atau
daun sangat distimulasi oleh kehadiran
eksudat tanaman. Tingkat aliran dan
komposisi eksudat tergantung kepada konsentrasi selular dan gradien difusi. Konsentrasi gula dan asam amino pada daun
akan tinggi jika kahat kalium.
Konsentrasi asam amino dan amida akan tinggi jika suplai nitrogen
berlebihan. Konsentrasi asimilat dalam apoplas dan permukaan daun tergantung
kepada fermeabilitas membran plasma.
Rata-rata konsentrasi asam amino dalam daun dan jaringan batang berkisar
antara 1 sampai 5 mM (Hancock dan Huisman, 1981) tetapi dapat meningkat jika
kahat boron dan kalsium (menyebabkan peningkatan fermeabilitas membran) dan
kahat kalium (menghambat sintesis polimer).
Berat kering tanaman Indeks
nilai relatif
( ) infeksi ( )
-
-
-
-
-
0 1,0
2,0
3,0
konsentrasi unsur hara (relatif)
Gb 18. Pengaruh Konsentrasi Unsur hara thd.
Pertumbuhan
(tidak diinfeksi) dan tingkat
infeksi (diinokulasi)
bakteri (Xanthomonas pelargonii) pada Pelargonium
Kebanyakan jamur parasit menginvasi apoplas dengan
melepas enzim pektolitik yang dapat melarutkan lamela tengah. Aktivitas enzim ini diham-bat oleh Ca,
sehingga dapat menerangkan tentang terjadinya korelasi antara kandungan
kalsium jaringan tanaman dengan resistensinya terhadap penyakit jamur.
Rumput-rumputan pada
umumnya, dan padi sawah pada khususnya merupakan akumulator silikon yang
utama. Peningkatan suplai silikon,
diikuti meningkatnya kandungan silikon daun dan menyebabkan penurunan
kerentanan terhadap penyakit jamur seperti rice
blast. Pembentukan senyawa silikon
organik meningkatkan stabilitas dinding sel terhadap degradasi oleh enzim,
sehingga menahan penetrasi hifa jamur.
Konsentrasi nitrogen tanaman
yang tinggi mendorong infeksi oleh parasit obligat tapi parasit fakultatif
seperti Alternaria dan Fusarium berlaku sebaliknya. Pengaruh kalium berbeda dengan nitrogen, konsentrasi kalium yang tinggi dapat
meningkatkan resistensi tanaman inang terhadap parasit obligat maupun
fakultatif.
Suplai Ca yang cukup dapat
mengurangi infeksi jamur dan ”twin stem” pada kedelai. Perlakuan Ca pada buah apel yang akan
disimpan ternyata dapat mengurangi infeksi Gloesporium
perenans.
Penyakit bakteri yang
disebabkan oleh berbagai parasit fakultatif dapat dibagi ke dalam tiga tipe
yaitu : bercak daun (leaf spot),
busuk lunak (soft rot), dan penyakit pembuluh (vascular deseases) (Grossmann, 1976). Pada leaf spot, bakteri masuk melalui
stomata, jadi lapisan epidermis kurang efektif sebagai barikade terhadaf
infeksi. Stelah memasuki daun, bakteri
memperbanyak diri pada permukaan sel.
Penggandaan bakteri ini lebih pesat pada keadaan kahat kalium dan
kalsium (Kiraly, 1976) akan tetapi tidak selalu demikian (Fuchs and Grossmann,
1972), jika level nitrogen pada keadaan kahat.
Pada penyakit busuk lunak (Erwinia,
spp, dan Xanthomonas spp), parasit
masuk melalui luka. Tingkat penyumbatan
luka sangat penting untuk resistensi tanaman inang. Tanaman yang cukup kalium memiliki tingkat
penyumbatan luka yang lebih tinggi daripada yang kahat kalium. Kahat boron yang
menyebabkan pecah-pecah pada batang dan tangkai daun menyebabkan tanaman rentan
terhadap penyakit busuk lunak.
Suplai nitrogen yang tinggi
ternyata dapat mengurangi gejala keru-sakan karena virus, meskipun virus
tersebut menyerang tanaman bersangkutan lain halnya pada tanaman yang
kekurangan nitrogen. Kompetisi nitrogen
yang berat akan terjadi antara virus dan tanaman inang yang kahat nitrogen.
Beberapa penyakit akar
seperti Fomus amosus dapat dikurangi
dengan meningkatkan suplai Mn dan mengurangi N.
Penyakit scab pada kentang dapat dikurangi dengan penurunan pH tanah dan
aplikasi Mn. Mn dapat menghambat
pertumbuhan vegetatif Streptomyces
scabies sebelum menimbulkan infeksi pada umbi kentang. Pupuk amonium dapat berpengaruh terhadap
patogen tanah, sebagai contoh amonia sangat toksik terhadap Fusarium, dan nitrit toksik terhadap Phytium dan Phytophthora.
Hama adalah binatang seperti insek, mite dan
nematode yang berbahaya terhadap tanaman pertanian. Faktor visual tanaman seperti warna
merupakan salah satu daya tarik/tolak
bagi hama. Sebagai contoh beberapa afid
menyenangi tinggal pada permukaan daun yang memantulkan warna kuning.
Tipe resistensi utama tanaman terhadap hama adalah
(a) fisik (warna, sifat permukaan, rambut), (b) mekanik (contoh :serat,
silikon), (c) kimia/biokimia (kandungan stimulan, toksin, repelen). Unsur hara dapat berpengaruh terhadap ketiga
faktor tersebut dengan tingkatan yang berbeda-beda.
Pada kondisi lapangan,
pemupukan berpengaruh tidak langsung terhadap hama dan penyakit. Pupuk dapat menjadikan tanaman lebih tinggi,
lebih rimbun sehingga menimbulkan kelembaban tertentu di lingkungannya. Pada
beberapa kasus pengendalian secara kimia lebih berhasil disertai dengan peningkatan
pupuk nitrogen, seperti pengendalian penyakit yellow rust pada gandum.
Dalam program pengendalian hama/penyakit lebih
bijaksana untuk mengurangi zat kimia yang berbahaya, dan menggantinya dengan
zat yang tidak berbahaya seperti aplikasi silikon baik melalui akar maupun
melalui daun. Pemupukan berimbang dan
cukup merupakan bagian penting dalam pengendalian hama/penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Alberts, B., Bray, D., Lewis, J., Raff, M.,
Roberts, K., and Watson, J.D. 1989. Molecular Biology of The Cell. 2nd
Ed. Garland Buplishing Inc. New York&London.
Black, C.A. 1964. Soil
Plant Relationships. John
Wiley and sons, New york.
Epstein, E.
1972. Mineral Nutririon of Plant.
Principles and Perspectives. John Wiley and Sons Inc., New
York.
Marschner, H. 1986.
Mineral Nutririon of Higher Plants.
Academic Press., Harcourt Brace
Jovanovich, Publishers, Tokyo
*
Walsh, L. M. and J.D. Beaton (ed). 1973.
Soil Testing and Plant Analysis. Soil Sci. Soc. Am. Inc. USA.
Numpang promo ya Admin^^
BalasHapusingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^