TUGAS
MAKALAH
NUTRISI
TANAMAN (PRAKTIKUM)
Analisis Tanaman Jeruk Citrus sp.
(Hingga Pengujian Kandungan Nitrogen)
Disusun Oleh :
Faisal Ari Kusdinia (NPM.
4122.1.15.11.0007)
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
Bojong
seungit Jalan Raya Bandung – Sumedang Km. 29 Tanjungsari Sumedang 45362 Jawa
Barat, Telp. 022-7911214, 7912585 ; Fax. 0227912585
2018
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rekomendasi
pemupukan adalah suatu rancangan yang
meliputi jenis dan takaran pupuk untuk tanaman pada areal tertentu. Menurut
Abdulrahman, Suhartatik, Kasno dan Setyorini (2008) banyak manfaat dan dampak
penerapan pemupukan spesifik lokasi antara lain : (1) pemberian pupuk yang
tepat takaran, tepat waktu dan jenis pupuk yang diperlukan sesuai maka
pemupukan akan lebih efisien, hasil tinggi dan pendapatan petani meningkat, (2)
pencemaran lingkungan dapat dihindari, kesuburan tanah tetap terjaga dan
produksi tanaman lestari atau berkelanjutan, (3) mengurangi biaya pembelian
pupuk.
Dasar
dalam menentukan kebutuhan pupuk adalah analisis kandungan hara dalam tanah dan
analisis kandungan hara dalam tanaman. Dari hasil kedua analisis tersebut
barulah kita dapat merekomendasikan pupuk dengan harapan nantinya tanaman akan
berproduksi maksimal.
Tanah merupakan
salah satu komponen lahan yang
mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman,
karena tanah selain berfungsi sebagai tempat/media tumbuh tanaman, menahan dan
menyediakan air bagi tanaman juga berperan dalam menyediakan unsur hara yang
diperlukan tanaman untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Pembentukan tanah
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, iklim, bahan induk,
topografi/relief, organisme dan
waktu. Perbedaan pengaruh dari berbagai faktor pembentuk tanah tersebut
akan menghasilkan karakteristik tanah baik karakteristik fisik, kimia maupun
biologi yang pada akhirnya berpengaruh
terhadap kesuburan tanah bersangkutan. Untuk menentukan tingkat
kesuburan tanah pada suatu wilayah, maka perlu kiranya untuk dilakukan analisis
tanah, sehingga kita bisa menyesuaikan komoditas yang akan ditanam pada tanah
tersebut.
Analisis
jaringan tanaman lebih praktis dilakukan untuk mengetahui status hara pada
tanaman, karena status hara pada jaringan tanaman juga merupakan gambaran
status hara dalam tanah. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa konsentrasi
suatu unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil interaksi dari semua faktor
yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari dalam tanah (Liferdi et al.
2008).). Jaringan tanaman yang biasa digunakan untuk analisis hara adalah daun.
Hal ini disebabkan karena daun merupakan bagian yang paling aktif dari
tanaman. Dari hasil analisis daun akan
dapat diperoleh petunjuk secara kuantitatif unsur hara yang diserap oleh
tanaman baik yang berasal dari tanah, air hujan dan pupuk yang ditambahkan.
Hara yang ada pada daun tidak hanya berperan dalam fotosintesis tetapi juga
menggambarkan status hara aktual dalam tanaman. Selain itu daun merupakan
jaringan yang selalu tersedia untuk di analisis. Menurut Leiwakabessy dan
Sutandi (2004) dalam Hermanto, dkk. 2011. , ada beberapa tujuan analisis
jaringan daun antara lain: (1) mendiagnosis atau memperkuat diagnosis gejala
yang terlihat, (2) mengidentifikasi gejala yang terselubung, (3) mengetahui
kekurangan hara sedini mungkin (4) sebagai alat bantu dalam menentukan
rekomendasi pupuk.
Dalam
pengambilan sampel daun tanaman umur daun sangat penting diperhatikan, karena
perubahan fungsi daun sebagai sink dan source. Daun – daun muda berfungsi
sebagai sink, sehingga harus mengimpor
hara – hara mineral dan fotosintat dari organ lain, yang berfungsi sebagai
source untuk pertumbuhan dan
perkembangan dalam jumlah yang banyak.
Sebaliknya daun – daun dewasa berfungsi sebagai source, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan sendiri dan mengekspor hara – hara mineral dan fotosintat ke organ –
organ lain yang membutuhkan (sink)
(Liferdi et al. 2006 dalam Liferdi, 2009).
1.2 Rumusan
Masalah
Bagaimanakah
cara analisis tanah dan tanaman, Berapakah kadar hara N, P dan K yang tersedia
bagi tanaman untuk melengkapi siklus hidup nya.
1.3 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah: Untuk
mengetahui cara analisis tanah dan jaringan tanaman jeruk, serta untuk
mengetahui tingkat kesuburan tanah, mengetahui kadar hara N, P, K pada tanaman
jeruk dan membuat rekomendasi pemupukan.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Tanah
alluvial atau tanah endapan, banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar
muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun kanan-kiri aliran sungai besar.
Profilnya biasanya belum jelas. Pada umumnya banyak mengandung pasir dan liat.
Tidak banyak mengandung zat-zat unsur hara. Kesuburannya sedang hingga tinggi.
Diseluruh Indonesia tanah-tanah ini merupakan tanah pertanian yang baik dan
dimanfaatkan untuk tanaman pangan musiman hingga tahunan (Rismunandar, 1993).
Tanah
endapan Aluvial atau Coluvial mudah atau agak mudah dengan atau tanpa
perkembangan profil lemah. Sifat tanah Aluvial sangat beragam tergantung sifat
bahan asal yang diendapkan. Penyebarannya tidak dipengaruhi ketinggian maupun
iklim (Hardjowigeno, 1993).
Tanah
Aluvial berkembang pada Aluvium dengan permulaan yang baru mempunyai profil
yang berkembang sangat lemah. Pada kebanyakan tanah Aluvial perubahan warna
dari horizon A ke C sulit dilihat atau tidak ada. Sebagian besar tanah ini
adalah tanah kebanyakan sifatnya diturunkan, darimana bahan-bahan yang diangkut
dan diendapkan. Teksturnya berkaitan dengan laju air mendepositkan Aluvium.
Oleh karenanya, tanah ini cenderung bertekstur kasar, dekat aliran air dan
bertekstur lebih halus di dekat pinggiran luar paparan banjir. Secara
mineralogi, tanah-tanah ini berkaitan
dengan tanah yang bertindak sebagai sumber untuk Aluvium.
Endapan-endapan aluvial baik yang diendapkan oleh sungai maupun diendapkan oleh
laut, pada umumnya mempunyai susunan mineral seperti daerah diatasnya darimana
bahan-bahan bersangkutan diangkut dan diendapkan (Foth, 1994).
Tanah
alluvial hanya meliputi lahan yang sering atau baru saja mengalami banjir atau
endapan marine akibat adanya pasang surut air laut, sehingga dapat dianggap
masih muda dan belum ada perbedaan horizon. Endapan alluvial yang sudah tua dan
menampakkan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk Inceptisol,
mungkin lebih berkembang. Suatu hal yang mencirikan pada pembentukan Aluvial
ialah bahwa sebagian terbesar bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari
sumbernya. Tekstur bahan yang diendapkan pada waktu tempat yang sama akan lebih
seragam, makin jauh dari sumbernya makin halus butir yang diangkut.
(Darmawijaya, 1990). Tanah alluvial terdiri dari endapan-endapan tebaru atau
baru dari bahan alluvial yang disebabkan karena masih mudanya belum menunjukkan
adanya perubahan-perubahan atau belum mengalami perkembangan profil (Druif,
1969).
Jeruk
merupakan salah satu buah utama di Indonesia. Tanaman jeruk merupakan jenis
tanaman buah-buahan yang tidak berumpun dan dipanen lebih dari satu kali.
Spiegel-Roy dan Goldschmidt mengatakan bahwa China dipercaya sebagai tempat
pertama kali jeruk tumbuh. Tanaman jeruk yang khas cocok untuk dikembangkan di
daerah tropis dan sub tropis sehingga mendorong usaha pengembangan tanaman ini
dan juga areal tanamnya (AAK, 1994). Menurut AAK (1994) klasifikasi botani
tanaman jeruk adalah :
Divisi: Spermatophyta
Sub divisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledonae
Ordo: Rutales
Keluarga: Rutaceae
Genus: Citrus
Spesies: Citrus
sp.
Jeruk dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-400 mdpl.
Keadaan iklim yang baik bagi tanaman jeruk adalah pada kisaran suhu udara 25 °C
- 30 °C atau rata-rata 20 °C, curah hujan tidak lebih dari 100 mm/bulan atau
1200 mm/tahun, kelembaban udara 50 % - 85% dengan minimal 3 bulan kering. Jeruk
harus ditanam di tempat terbuka atau mendapat cukup sinar matahari, dan apabila
ditanam di dataran tinggi dapat menyebabkan kulit menjadi tebal dan rasa jeruk
menjadi pahit. Keadaan tanah yang baik untuk ditanami jeruk adalah tanah yang
gembur, memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, memiliki aerasi dan
drainase yang baik, dengan nilai kemasaman (pH) 6-7.
Jeruk mempunyai pohon kecil, perdu atau semak besar,
ketinggian 2-15 m, dengan batang atau ranting berduri panjang tetapi tidak
rapat. Daun hijau abadi dengan tepi rata, tunggal, permukaan biasanya licin dan
agak berminyak. Bunga tunggal atau dalam kelompok, lima mahkota bunga
(kadang-kadang empat) berwarna putih atau kuning pucat, (stamen) banyak,
seringkali sangat harum. Buah bertipe "buah jeruk" (hesperidium),
semacam buah buni, membulat atau seperti tabung, ukuran bervariasi dengan
diameter 2-30cm tergantung jenisnya; kulit buah biasanya berdaging dengan
minyak atsiri yang banyak. Hama yang sering menyerang tanaman jeruk adalah kutu
daun, ulat Pappilio memnon, Philocnitis, sedangkan penyakit yang sering
menyerang adalah embun tepung, embun jelaga, virus keriting.
Buah dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai penyedap atau
komponen kue/puding. Aroma yang khas berasal dari sejumlah flavonoid dan
beberapa terpenoid. "Daging buah" mengandung banyak asam sitrat
(harafiah: "asam jeruk") yang memberikan rasa masam yang tajam tetapi
segar.
Nitrogen
merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat
diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian- bagian vegetatif tanaman
seperti daun, batang, dan akar, tetapi kalau terlalu banyak dapat menghambat
pembungaan dan pembuahan pada tanamannya.
Fungsi
nitrogen bagi tanaman adalah sebagai berikut :
·
Untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman.
·
Dapat
menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih
hijau (pada daun muda berwarna kuning).
·
Meningkatkan
kadar protein dalam tubuh tanaman.
·
Meningkatkan
kualitas tanaman penghasil daun-daunan.
·
Meningkatkan
berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah.
Nitrogen
diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4+ (amonium), akan
tetapi nitrat ini segera tereduksi menjadi amonium.
Defisiensi N biasanya diketahui pertama melalui warna hijau
pucat atau hijau ke kuning-kuningan, terutama pada rumput-rumputan, dan
nekrotis prematur dari daun daun yang telah tua mulai dari pucuk dan menyebar
sepanjang tulang daun ke arah leher batang dan tepi daun. Asosiasi dengan
pewarnaan hijau ini berkemungkinan disebabkan oleh kenyataan bahwa N,
bersama-sama dengan Mg, merupakan satu dari dua anasir penyusun klorofil yang
berasal dari tanah (C33H72O5N4Mg).
Cukupnya N untuk tanaman mendorong pertumbuhan vegetatif
bagian di atas tanah, meningkatkan rasio pucuk/akar, dan esensial untuk
pembentukan buah dan biji. Sebagai suatu anasir esensial asam-asam amino, N
dibutuhkan dalam sintesis protein, merupakan 12 sampai 19% dari berbagai
protein dengan rata-rata sekitar 16% atas dasar berat (O.P. Engelstad, 1997).
Karena pembentukan biji tergantung pada kadar kritik tertentu dari protein,
produksi biji secara nyata berhubungan dengan pasokan N, terutama pada tanaman-tanaman
serealia. Berlimpahnya N dalam medium pertumbuhan juga tercermin dalam kadar
protein kasar dari biji dan dalam hijauan.
Di antara unsur-unsur mineral esensial untuk pertumbuhan dan
reproduksi tanaman-tanaman hijau tingkat tinggi, terdapat lebih banyak atom
(sekitar tiga kali lipat) N dalam bahan organik kering dari pada tiap unsur
lainnya yang berasal dari tanah (tidak dari air atau atmosfer). Berdasarkan
massa, N dalam bahan tanaman sering dijumpai dalam jumlah yang lebih banyak
dari pada masing-masing unsur yang lainnya. Walaupun konsentrasi K
berkemungkinan lebih tinggi dalam sebagian bahan tanaman, N melebihi jumlah
total semua unsur mineral esensial lainnya yang berasal dari tanah dalam biji
tanaman pertanian yang umum dibudidayakan. Dengan mengingat berlimpahnya N
dalam tanaman, peranan sentralnya dalam fungsi tanaman dan reaktivitasnya dalam
biosfer, tidaklah mengherankan jika unsur ini merupakan yang paling universal
kahat untuk produksi tanaman yang optimum.(O.P. Engelstad, 1997).
2.4.1
Analisa Tanah
Pengambilan contoh tanah merupakan
tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah
yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah
dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien,
rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh
tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan
tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan Contoh tanah merupakan tahapan terpenting di
dalam program uji tanah.
Contoh tanah dapat diambil setiap
saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam namun tidak boleh dilakukan
beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah
pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah
sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang
pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.
Secara umum, contoh diambil sekali
dalam 4 tahun untuk sistem pertanaman dilpangan. Untuk tanah yang digunakan
secara intensif, contoh tanah diambil paling sedikit sekali dalam 1 tahun. Pada
tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan diambil
setiap 5 tahun sekali.
2.4.2
Analisa Jaringan Tanaman
Analisis tanaman untuk mendiagnosa dan memantau status
hara tanaman sangat di tentukan oleh pengumpulan, penanganan, dan analisis
bagian tanaman tanaman. cara serta langkah yang tepat dalam melakukan dalam
melakukan hal-hal di atas akan menghindarkan dari hasil serta interpretasi yang
salah dan tidak dapat dipercaya. Tujuan dan metode analisis tanaman. Berikut
akan dijelaskan mengenai tiga jenis analisis tanaman;
A.
Analisis
diagnostik, analisis ini dilakukan untuk mengetahui penyebab terganggunya
aktivitas tubuh tanaman. selain itu juga untuk mengkonfirmasi hasil hasil
diagnose yang didapat dari analisis tanah dan gejalan yang ditunjukkan oleh
tanaman.
B.
Monitoring,
analisis dilakukan untuk menilai kecukupan dari pemupukan serta pengaruh dari
pengelolaan yang dilakuan. Analisi ini dapat digunakan untuk menghubungkan
status hara tanaman pada tahun-tahun berikutnya dan menentukan jumlah pemupukan
yang dapat diberikan berdasarkan trend komposisi kimia tanaman.
C.
Uji
prediksi atau Prognostig, dapat dilakukan digan tiga cara.
·
Analis
dari sampel dilakukan selama masa awal pertumbuhan tanaman sebelum masa dewasa
(pertumbuhan optimal) tercapai.
·
Analisi
buah yang dapat dilakukan untuk memperkirakan perlakuan yang perlu dilakukan
pada saat penyimpanan.
·
Analisis
benih atau biji yang digunakan untuk meramalkan kekurangan yang masih dapat di
toleril pada masa tanaman selanjutnya.
Semua bentuk analisis di atas akan menunjukkan potensi kekurangan hara yang tidak dapat ditunjukkan secara jelas oleh gejala kekurangan yang ditunjukkan oelh tanaman.
Semua bentuk analisis di atas akan menunjukkan potensi kekurangan hara yang tidak dapat ditunjukkan secara jelas oleh gejala kekurangan yang ditunjukkan oelh tanaman.
3.1
Sumber Praktikum
Sumber
Metode Praktikum ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian Untan serta analisis
jaringan tanaman dilaksanakan di lab Tanah. Sumber ini di Akses pada Pukul
20.00 WIB, pada tanggal 10 Januari 2018..
Bahan
|
Alat
|
daun
Jeruk
|
Gunting
|
Amplop,
plastik
|
Mesin
penggiling/ penghalus
|
Hasil
abu daun jeruk 1 gram dan 0,25 gr
|
Timbangan
analitik
|
Aquades
|
Tabung
reaksi dan raknya
|
Ammonium
poliktad fenadat
|
Hot
plate, pipet hisap, saringan kertas
|
Larutan
HCL 20 ml
|
Gelas
beaker, pengocok, corong, shaker
|
NaOH 40%, H2SO4,
H3BO3
|
Spctofotometer, kupet, labu
ukur, flame fotometer
|
Batu
didih
|
Cawan porslen, gelas ukur, labu
kjedahl, elemeyer
|
3.3.1 Pengambilan contoh
·
Daun yang diambil sebagai sampel adalah
daun dewasa pada cabang dimana pada bagian ujungnya terdapat putik (buah muda).
·
Setelah diambil, daun dibersihkan dengan
aquades dan dikeringkan dengan tisu kemudian dimasukkan ke dalam amplop yang
sudah dilubangi.
·
Masukkan amplop ke dalam oven selama 24
jam pada suhu 70oC.
·
Setelah 24 jam, sampel daun dikeluarkan
dari amplop dan digiling dengan mesin penggiling hingga halus.
·
Masukkan sampel daun jeruk yang sudah
digiling ke dalam plastik bening serta diberi label.
·
Timbang 1 gr sampel dan masukkan ke dalam
cawan porselen dan ditanur untuk analisis P dan K dan timbang 0,25 gr sampel
untuk analisis N.
3.3.2
Analisis N
·
Pipet
10 ml ekstrak contoh ke dalam labu kjeldahl.
·
Tambahkan
batu didih, 100 ml H2O, 2 tetes
indikator (Conway) dan 15 ml NaOH 40%.
·
Siapkan
Erlenmeyer dan masukkan 10 ml H3BO3 dan 3 tetes indikator untuk
menampung destilat.
·
Lakukan
destilasi sampai volume erlemayer mencapai 50 ml dan larutan berwarna biru
muda.
·
Destilat
di titrasi dengan H2SO4 sehingga larutan berubah menjadi
warna merah muda.
·
Catat
volume titar contoh yang didapatkan
4.1.1
Hasil Analisis Tanah
Parameter
analisis
|
Nilai
|
kriteria
|
|
pH H2O
|
-
|
4,08
|
Sangat masam
|
pH KCl
|
-
|
3,91
|
Masam
|
C-Organik
|
(%)
|
6,33
|
Sangat tinggi
|
Nitrogen Total
|
(%)
|
0,59
|
Tinggi
|
Ekstraksi Bray I
|
|||
P2O5
|
(ppm)
|
43,66
|
Sangat tinggi
|
Ekstraksi NH4OAC 1N pH
: 7
|
|||
Kalium
|
(cmol (+) kg-1)
|
0,25
|
Rendah
|
Natrium
|
(cmol (+) kg-1)
|
0,36
|
Rendah
|
Kalsium
|
(cmol (+) kg-1)
|
3,66
|
Rendah
|
Magnesium
|
(cmol (+) kg-1)
|
1,69
|
Sedang
|
KTK
|
(cmol (+) kg-1)
|
27,82
|
Tinggi
|
Kejenuhan Basa
|
(%)
|
21,42
|
Rendah
|
Ekstraksi KCl 1N
|
|||
Hidrogen
|
(cmol (+) kg-1)
|
0,38
|
|
Aluminium
|
(cmol (+) kg-1)
|
1,20
|
|
Tekstur
|
|||
Pasir
|
(%)
|
3,49
|
Liat berdebu
|
Debu
|
(%)
|
43,68
|
|
Liat
|
(%)
|
52,83
|
|
Bobot isi
|
(gr/cm3)
|
1,14
|
|
kedalaman
|
(cm)
|
20
|
Perhitungan
Diketahui: luas tanah= 10000m2 ; bobot isi= 1,14
gr/cm3 ; kedalaman= 20 cm
N
total= 0,59% ; P2O5= 43,66 ppm
Ditanya: berat tanah,
N dan P2O5 ?
Berat tanah = luas
tanah x bobot isi x kedalaman
=
10000 m2 x x 20 cm
=10000 m2 x x
20 cm
= 108 x 22,8 gr tanah / ha
= 105 x 22,8 kg tanah / ha
N total = 0,59%
59 kg N ≈ 10000 kg tanah
N ≈ 105 x 22,8 kg
tanah
= 13.452 kg N dalam 105 x 22,8 kg
tanah
4.1.2 Hasil
Analisis Tanaman
Analisis N
Perhitungan
Diketahui: Volume titar contoh (Vc)= 1,6 ml; Volume blangko=
0; N H2SO4= 0,0821; berat contoh (w) = 250 mg; FK= 1
Ditanya: N % ?
N % = (Vc –Vo) x N H2SO4 x
14 x
14 x FK
= 1,6 x 0,0821 x 14 x 5 x 1
= 3,67808 %
4.2.1 Analisis
tanah
Berdasarkan
hasil analisis tanah, menunjukkan bahwa tanah yang ada di sekitar area Fakultas
Pertanian di dominasi oleh liat. Tanah yang didominasi oleh liat umumnya sulit
menyerap air, teksturnya cenderung lengket saat basah, dan membentuk gumpalan keras
saat kering, sehingga kurang cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Jika akan
dijadikan lahan pertanian, maka sesuaikan jenis tanaman yang akan di tanam,
seperti tanaman tahunan. Selain itu, harus ada penambahan unsur hara dan bahan
organik untuk memperbaiki kesuburan tanah karena umumnya tanah yang bertekstur
liat ini miskin unsur hara.
4.2.2
pH tanah
Keadaan pH tanah di sekitar area Fakultas Pertanian
tergolong sangat masam. Keadaan ini disebabkan karena komplek pertukaran pada
permukaan koloid dan
larutan tanah didominasi oleh
kation asam terutama kation Al+++ sehingga pH tanah rendah. Keadaan ini juga
didukung oleh hasil
analisis tanah menunjukkan bahwa
kebeadaan Al yang cukup tinggi. Dijelaskan oleh Hakim dkk. (1986) bahwa pada
tanah yang bereaksi masam, Al menjadi sangat larut dan merupakan penyebab
kemasaman atau penyumbang ion H+.
Ion H+ yang dibebaskan tersebut menyebabkan pH tanah rendah bagi larutan tanah.
4.2.3
Kandungan
C Organik
Berdasarkan hasil analisis
laboratorium menunjukkan bahwa kandungan C organik tanah tergolong sangat
tinggi). Bahan organik tanah adalah seluruh karbon di dalam tanah yang berasal
dari sisa tanaman/tumbuhan dan hewan yang telah mati. Kebanyakan sumber bahan
organik tanah adalah jaringan tanaman/tumbuhan. Berbeda sumber dan jumlah bahan
organik tersebut akan berbeda pula pengaruhnya terhadap bahan organik yang
disumbangkan ke dalam tanah.
4.2.4
Kandungan N Total
Berdasarkan hasil analisis
laboratorium menunjukkan bahwa kandungan N total tanah tergolong tinggi.
Keadaan ini disebabkan karena vegetasi penyumbang bahan organik ke dalam tanah,
kaya akan kandungan unsur N, serta suplai bahan organik dari vegetasi yang tumbuh
di atas tanah tersebut telah mengalami dekomposisi lanjut. Dikemukakan oleh
Nyakpa dkk, (1988) bahwa lapisan olah tanah umumnya mengandung 0,02 – 0,40 % N.
Banyaknya kandungan N tanah tersebut tergantung dari keadaan lingkungannya
seperti iklim dan macam vegetasi. Vegetasi yang tumbuh diatas tanah dan
kecepatan dekomposisinya merupakan faktor penyebab perubahan terhadap kandungan
N dalam tanah.
4.2.5
Kation-kation Basa dapat Ditukar
Berdasarkan analisis tanah,
menunjukkan bahwa kation basa yang dapat dipertukarkan seperti K, Na dan Ca
tergolong rendah, sedangkan Mg tergolong sedang. Keadaan ini disebabkan karena
mineral penyusun tanah tersebut miskin
akan kandungan kation-kation basa, disamping itu juga dapat disebabkan karena
di daerah Pontianak memiliki curuh hujan yang tinggi, sehingga kation-kation
basa tersebut telah mengalami pencucian.
Seperti yang dinyatakan oleh Anna
Yulius dkk (1985) bahwa pada tanah muda dimana pelapukan belum lanjut dan
pencucian relative kecil, maka kation basa seperti Ca dan Mg merupakan kation
yang banyak menduduki permukaan koloid, namun apabila pelapukan telah lanjut
dan pencucian yang besar karena curah hujan yang tinggi, jumlah kation-kation
basa berkurang dan mineral yang mengandung kation-kation basa tersebut akan
lenyap karena pencucian. Disamping karena faktor kandungan mineral dan proses
pencucian, juga dapat disebabkan karena kation-kation basa tersebut berkurang
karena diserap oleh tanaman dan tumbuhan (terangkut panen), dan tidak dilakukan
pengembalian kation basa baik melalui pemupukan maupun pengapuran.
4.2.6
Kapasitas
Tukar Kation (KTK)
Berdasarkan hasil analisis
laboratorium menunjukkan bahwa KTK tergolong tinggi. Keadaan ini disebabkan
karena partikel penyusun tanah didominasi oleh liat yang memiliki permukaan
koloid yang luas, sehingga KTK tanah juga tinggi. Dijelaskan oleh Hakim dkk
(1986) bahwa besarnya KTK tanah dipemgaruhi oleh sifat dan ciri tanah tersebut
yaitu: pH tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat dan bahan
organik.
4.2.7
Kejenuhan Basa (KB)
Berdasarkan hasil analisis tanah,
menunjukkan bahwa kejenuhan basa tanah tergolong rendah. Seperti dikemukakan oleh AnnaYulius dkk.
(1985) bahwa kejenuhan basa menggambarkan proporsi nisbi basa dapat
dipertukarkan pada koloid tanah. Pada tanah di daerah yang telah mengalami
pelapukan lanjut, sebagian besar
dari komplek pertukaran pada
permukaan koloid diduduki oleh kation Al. Selanjutnya dinyatakan oleh Hakim
dkk. (1986) bahwa persen KB merupakan perbandingan antara jumlah
miliekuivalen kation basa
dengan miliekuivalen KTK, bila KB tanah tergolong rendah, maka kation Al
merupakan kation yang dominan terjerap pada permukaan koloid.
4.2.8
Analisis Tanaman
A.
Nitrogen pada Daun
Nitrogen merupakan
unsur hara esensial bagi tanaman
yang diserap dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (N03-), dan sebagian besar diserap dalam bentuk nitrat (N03-). Nitrat
bermuatan negatif sehingga selalu
berada dalam larutan
tanah dan mudah diserap oleh
tanaman namun lebih
mudah juga tercuci.
Sebaliknya amonium bermuatan positif
sehingga terikat oleh
kaloid tanah, dan
tidak mudah tercuci. Amonium baru
dapat dimanfaatkan oleh tanaman melalui pertukaran ion.
Menurut Rosmarkan dan Yuwono (2002), bagian tanaman yang
berwarna hijau mengandung N protein terbanyak dan meliputi 70% - 80% dari N
total tanaman. Nitrogen asam nukleat terdapat sekitar 10% dan asam amino
terlarut hanya sebanyak 5% dari total dalam tanaman. Berdasarkan uji laboratorium
didapatkan N jaringan tanaman sebesar 3,67 %. Nilai tersebut sangat tinggi bila
dibandingkan dengan kebutuhan N oleh tanaman. Nitrogen dalam jaringan tanaman
berperan dalam pembentukan protein.
Pembentukan protein yang baik mengakibatkan klorofil pada tanaman tinggi
sehingga laju fotosintesis tanaman meningkat.
5.1
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: Tingkat kesuburan tanah
aluvial berkisar antara sedang sampai tinggi. Berdasarkan hasil analisis
laboratorium menunjukkan bahwa kandungan N total tanah tergolong tinggi.
Keadaan ini disebabkan karena vegetasi penyumbang bahan organik ke dalam tanah,
kaya akan kandungan unsur N, serta suplai bahan organik dari vegetasi yang
tumbuh di atas tanah tersebut telah mengalami dekomposisi lanjut. Nitrogen
dalam jaringan tanaman berperan dalam
pembentukan protein. Pembentukan protein yang baik mengakibatkan
klorofil pada tanaman tinggi sehingga laju fotosintesis tanaman meningkat
Diharapkan
untuk praktikum selanjutnya analisis tanah harus dilakukan dari awal sesuai
dengan prosedur yang ada supaya mahasiswa lebih mengerti mengenai
langkah-langkah dalam melakukan teknik analisis tanah.