Rabu, 14 Agustus 2019

Analisis Tanaman Jeruk Citrus sp. (Hingga Pengujian Kandungan Nitrogen)


TUGAS MAKALAH
NUTRISI TANAMAN (PRAKTIKUM)
Analisis Tanaman Jeruk Citrus sp.
 (Hingga Pengujian Kandungan Nitrogen)




Disusun Oleh :
           
Faisal Ari Kusdinia               (NPM. 4122.1.15.11.0007)




AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
Bojong seungit Jalan Raya Bandung – Sumedang Km. 29 Tanjungsari Sumedang 45362 Jawa Barat, Telp. 022-7911214, 7912585 ; Fax. 0227912585
2018
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Rekomendasi pemupukan adalah suatu  rancangan yang meliputi jenis dan takaran pupuk untuk tanaman pada areal tertentu. Menurut Abdulrahman, Suhartatik, Kasno dan Setyorini (2008) banyak manfaat dan dampak penerapan pemupukan spesifik lokasi antara lain : (1) pemberian pupuk yang tepat takaran, tepat waktu dan jenis pupuk yang diperlukan sesuai maka pemupukan akan lebih efisien, hasil tinggi dan pendapatan petani meningkat, (2) pencemaran lingkungan dapat dihindari, kesuburan tanah tetap terjaga dan produksi tanaman lestari atau berkelanjutan, (3) mengurangi biaya pembelian pupuk.
Dasar dalam menentukan kebutuhan pupuk adalah analisis kandungan hara dalam tanah dan analisis kandungan hara dalam tanaman. Dari hasil kedua analisis tersebut barulah kita dapat merekomendasikan pupuk dengan harapan nantinya tanaman akan berproduksi maksimal.
Tanah   merupakan   salah   satu komponen lahan yang mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman, karena tanah selain berfungsi sebagai tempat/media tumbuh tanaman, menahan dan menyediakan air bagi tanaman juga berperan dalam menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Pembentukan tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti, iklim, bahan induk, topografi/relief,  organisme  dan  waktu. Perbedaan pengaruh dari berbagai faktor pembentuk tanah tersebut akan menghasilkan karakteristik tanah baik karakteristik fisik, kimia maupun biologi yang pada akhirnya berpengaruh  terhadap  kesuburan  tanah bersangkutan. Untuk menentukan tingkat kesuburan tanah pada suatu wilayah, maka perlu kiranya untuk dilakukan analisis tanah, sehingga kita bisa menyesuaikan komoditas yang akan ditanam pada tanah tersebut.
Analisis jaringan tanaman lebih praktis dilakukan untuk mengetahui status hara pada tanaman, karena status hara pada jaringan tanaman juga merupakan gambaran status hara dalam tanah. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil interaksi dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari dalam tanah (Liferdi et al. 2008).). Jaringan tanaman yang biasa digunakan untuk analisis hara adalah daun. Hal ini disebabkan karena daun merupakan bagian yang paling aktif dari tanaman.  Dari hasil analisis daun akan dapat diperoleh petunjuk secara kuantitatif unsur hara yang diserap oleh tanaman baik yang berasal dari tanah, air hujan dan pupuk yang ditambahkan. Hara yang ada pada daun tidak hanya berperan dalam fotosintesis tetapi juga menggambarkan status hara aktual dalam tanaman. Selain itu daun merupakan jaringan yang selalu tersedia untuk di analisis. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi (2004) dalam Hermanto, dkk. 2011. , ada beberapa tujuan analisis jaringan daun antara lain: (1) mendiagnosis atau memperkuat diagnosis gejala yang terlihat, (2) mengidentifikasi gejala yang terselubung, (3) mengetahui kekurangan hara sedini mungkin (4) sebagai alat bantu dalam menentukan rekomendasi pupuk.
Dalam pengambilan sampel daun tanaman umur daun sangat penting diperhatikan, karena perubahan fungsi daun sebagai sink dan source. Daun – daun muda berfungsi sebagai sink,  sehingga harus mengimpor hara – hara mineral dan fotosintat dari organ lain, yang berfungsi sebagai source  untuk pertumbuhan dan perkembangan  dalam jumlah yang banyak. Sebaliknya daun – daun dewasa berfungsi sebagai source, sehingga dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan mengekspor hara – hara mineral dan fotosintat ke organ – organ lain yang membutuhkan (sink)  (Liferdi et al. 2006 dalam Liferdi, 2009).

1.2  Rumusan Masalah
Bagaimanakah cara analisis tanah dan tanaman, Berapakah kadar hara N, P dan K yang tersedia bagi tanaman untuk melengkapi siklus hidup nya.

1.3  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah: Untuk mengetahui cara analisis tanah dan jaringan tanaman jeruk, serta untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah, mengetahui kadar hara N, P, K pada tanaman jeruk dan membuat rekomendasi pemupukan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanah alluvial atau tanah endapan, banyak terdapat di dataran rendah, di sekitar muara sungai, rawa-rawa, lembah-lembah, maupun kanan-kiri aliran sungai besar. Profilnya biasanya belum jelas. Pada umumnya banyak mengandung pasir dan liat. Tidak banyak mengandung zat-zat unsur hara. Kesuburannya sedang hingga tinggi. Diseluruh Indonesia tanah-tanah ini merupakan tanah pertanian yang baik dan dimanfaatkan untuk tanaman pangan musiman hingga tahunan (Rismunandar, 1993).
Tanah endapan Aluvial atau Coluvial mudah atau agak mudah dengan atau tanpa perkembangan profil lemah. Sifat tanah Aluvial sangat beragam tergantung sifat bahan asal yang diendapkan. Penyebarannya tidak dipengaruhi ketinggian maupun iklim (Hardjowigeno, 1993).
Tanah Aluvial berkembang pada Aluvium dengan permulaan yang baru mempunyai profil yang berkembang sangat lemah. Pada kebanyakan tanah Aluvial perubahan warna dari horizon A ke C sulit dilihat atau tidak ada. Sebagian besar tanah ini adalah tanah kebanyakan sifatnya diturunkan, darimana bahan-bahan yang diangkut dan diendapkan. Teksturnya berkaitan dengan laju air mendepositkan Aluvium. Oleh karenanya, tanah ini cenderung bertekstur kasar, dekat aliran air dan bertekstur lebih halus di dekat pinggiran luar paparan banjir. Secara mineralogi, tanah-tanah ini berkaitan  dengan tanah yang bertindak sebagai sumber untuk Aluvium. Endapan-endapan aluvial baik yang diendapkan oleh sungai maupun diendapkan oleh laut, pada umumnya mempunyai susunan mineral seperti daerah diatasnya darimana bahan-bahan bersangkutan diangkut dan diendapkan (Foth, 1994).
Tanah alluvial hanya meliputi lahan yang sering atau baru saja mengalami banjir atau endapan marine akibat adanya pasang surut air laut, sehingga dapat dianggap masih muda dan belum ada perbedaan horizon. Endapan alluvial yang sudah tua dan menampakkan akibat pengaruh iklim dan vegetasi tidak termasuk Inceptisol, mungkin lebih berkembang. Suatu hal yang mencirikan pada pembentukan Aluvial ialah bahwa sebagian terbesar bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya. Tekstur bahan yang diendapkan pada waktu tempat yang sama akan lebih seragam, makin jauh dari sumbernya makin halus butir yang diangkut. (Darmawijaya, 1990). Tanah alluvial terdiri dari endapan-endapan tebaru atau baru dari bahan alluvial yang disebabkan karena masih mudanya belum menunjukkan adanya perubahan-perubahan atau belum mengalami perkembangan profil (Druif, 1969).

2.2    Tanaman Jeruk
Jeruk merupakan salah satu buah utama di Indonesia. Tanaman jeruk merupakan jenis tanaman buah-buahan yang tidak berumpun dan dipanen lebih dari satu kali. Spiegel-Roy dan Goldschmidt mengatakan bahwa China dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Tanaman jeruk yang khas cocok untuk dikembangkan di daerah tropis dan sub tropis sehingga mendorong usaha pengembangan tanaman ini dan juga areal tanamnya (AAK, 1994). Menurut AAK (1994) klasifikasi botani tanaman jeruk adalah :
Divisi: Spermatophyta
Sub divisi: Angiospermae
Kelas: Dicotyledonae
Ordo: Rutales
Keluarga: Rutaceae
Genus: Citrus
Spesies: Citrus sp.
Jeruk dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0-400 mdpl. Keadaan iklim yang baik bagi tanaman jeruk adalah pada kisaran suhu udara 25 °C - 30 °C atau rata-rata 20 °C, curah hujan tidak lebih dari 100 mm/bulan atau 1200 mm/tahun, kelembaban udara 50 % - 85% dengan minimal 3 bulan kering. Jeruk harus ditanam di tempat terbuka atau mendapat cukup sinar matahari, dan apabila ditanam di dataran tinggi dapat menyebabkan kulit menjadi tebal dan rasa jeruk menjadi pahit. Keadaan tanah yang baik untuk ditanami jeruk adalah tanah yang gembur, memiliki kandungan bahan organik yang tinggi, memiliki aerasi dan drainase yang baik, dengan nilai kemasaman (pH) 6-7.
Jeruk mempunyai pohon kecil, perdu atau semak besar, ketinggian 2-15 m, dengan batang atau ranting berduri panjang tetapi tidak rapat. Daun hijau abadi dengan tepi rata, tunggal, permukaan biasanya licin dan agak berminyak. Bunga tunggal atau dalam kelompok, lima mahkota bunga (kadang-kadang empat) berwarna putih atau kuning pucat, (stamen) banyak, seringkali sangat harum. Buah bertipe "buah jeruk" (hesperidium), semacam buah buni, membulat atau seperti tabung, ukuran bervariasi dengan diameter 2-30cm tergantung jenisnya; kulit buah biasanya berdaging dengan minyak atsiri yang banyak. Hama yang sering menyerang tanaman jeruk adalah kutu daun, ulat Pappilio memnon, Philocnitis, sedangkan penyakit yang sering menyerang adalah embun tepung, embun jelaga, virus keriting.
Buah dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai penyedap atau komponen kue/puding. Aroma yang khas berasal dari sejumlah flavonoid dan beberapa terpenoid. "Daging buah" mengandung banyak asam sitrat (harafiah: "asam jeruk") yang memberikan rasa masam yang tajam tetapi segar.

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian- bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar, tetapi kalau terlalu banyak dapat menghambat pembungaan dan pembuahan pada tanamannya.
Fungsi nitrogen bagi tanaman adalah sebagai berikut :
·         Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
·         Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau   (pada daun muda berwarna kuning).
·         Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman.
·         Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan.
·         Meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah.
Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4+ (amonium), akan tetapi nitrat ini segera tereduksi menjadi amonium.
Defisiensi N biasanya diketahui pertama melalui warna hijau pucat atau hijau ke kuning-kuningan, terutama pada rumput-rumputan, dan nekrotis prematur dari daun daun yang telah tua mulai dari pucuk dan menyebar sepanjang tulang daun ke arah leher batang dan tepi daun. Asosiasi dengan pewarnaan hijau ini berkemungkinan disebabkan oleh kenyataan bahwa N, bersama-sama dengan Mg, merupakan satu dari dua anasir penyusun klorofil yang berasal dari tanah (C33H72O5N4Mg).
Cukupnya N untuk tanaman mendorong pertumbuhan vegetatif bagian di atas tanah, meningkatkan rasio pucuk/akar, dan esensial untuk pembentukan buah dan biji. Sebagai suatu anasir esensial asam-asam amino, N dibutuhkan dalam sintesis protein, merupakan 12 sampai 19% dari berbagai protein dengan rata-rata sekitar 16% atas dasar berat (O.P. Engelstad, 1997). Karena pembentukan biji tergantung pada kadar kritik tertentu dari protein, produksi biji secara nyata berhubungan dengan pasokan N, terutama pada tanaman-tanaman serealia. Berlimpahnya N dalam medium pertumbuhan juga tercermin dalam kadar protein kasar dari biji dan dalam hijauan.
Di antara unsur-unsur mineral esensial untuk pertumbuhan dan reproduksi tanaman-tanaman hijau tingkat tinggi, terdapat lebih banyak atom (sekitar tiga kali lipat) N dalam bahan organik kering dari pada tiap unsur lainnya yang berasal dari tanah (tidak dari air atau atmosfer). Berdasarkan massa, N dalam bahan tanaman sering dijumpai dalam jumlah yang lebih banyak dari pada masing-masing unsur yang lainnya. Walaupun konsentrasi K berkemungkinan lebih tinggi dalam sebagian bahan tanaman, N melebihi jumlah total semua unsur mineral esensial lainnya yang berasal dari tanah dalam biji tanaman pertanian yang umum dibudidayakan. Dengan mengingat berlimpahnya N dalam tanaman, peranan sentralnya dalam fungsi tanaman dan reaktivitasnya dalam biosfer, tidaklah mengherankan jika unsur ini merupakan yang paling universal kahat untuk produksi tanaman yang optimum.(O.P. Engelstad, 1997).

2.4.1    Analisa Tanah
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan  Contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
Contoh tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah.
Secara umum, contoh diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem pertanaman dilpangan. Untuk tanah yang digunakan secara intensif, contoh tanah diambil paling sedikit sekali dalam 1 tahun. Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan diambil setiap 5 tahun sekali.
2.4.2    Analisa Jaringan Tanaman
Analisis  tanaman untuk mendiagnosa dan memantau status hara tanaman sangat di tentukan oleh pengumpulan, penanganan, dan analisis bagian tanaman tanaman. cara serta langkah yang tepat dalam melakukan dalam melakukan hal-hal di atas akan menghindarkan dari hasil serta interpretasi yang salah dan tidak dapat dipercaya. Tujuan dan metode analisis tanaman. Berikut akan dijelaskan mengenai tiga jenis analisis tanaman;
A.    Analisis diagnostik, analisis ini dilakukan untuk mengetahui penyebab terganggunya aktivitas tubuh tanaman. selain itu juga untuk mengkonfirmasi hasil hasil diagnose yang didapat dari analisis tanah dan gejalan yang ditunjukkan oleh tanaman.
B.     Monitoring, analisis dilakukan untuk menilai kecukupan dari pemupukan serta pengaruh dari pengelolaan yang dilakuan. Analisi ini dapat digunakan untuk menghubungkan status hara tanaman pada tahun-tahun berikutnya dan menentukan jumlah pemupukan yang dapat diberikan berdasarkan trend komposisi kimia tanaman.
C.     Uji prediksi atau Prognostig, dapat dilakukan digan tiga cara.
·         Analis dari sampel dilakukan selama masa awal pertumbuhan tanaman sebelum masa dewasa (pertumbuhan optimal) tercapai.
·         Analisi buah yang dapat dilakukan untuk memperkirakan perlakuan yang perlu dilakukan pada saat penyimpanan.
·         Analisis benih atau biji yang digunakan untuk meramalkan kekurangan yang masih dapat di toleril pada masa tanaman selanjutnya.
Semua bentuk analisis di atas akan menunjukkan potensi kekurangan hara yang tidak dapat ditunjukkan secara jelas oleh gejala kekurangan yang ditunjukkan oelh tanaman.





3.1    Sumber Praktikum
Sumber Metode Praktikum ini dilaksanakan di Fakultas Pertanian Untan serta analisis jaringan tanaman dilaksanakan di lab Tanah. Sumber ini di Akses pada Pukul 20.00 WIB, pada tanggal 10 Januari 2018..

Bahan
Alat
daun Jeruk
Gunting
Amplop, plastik
Mesin penggiling/ penghalus
Hasil abu daun jeruk 1 gram dan 0,25 gr
Timbangan analitik
Aquades
Tabung reaksi dan raknya
Ammonium poliktad fenadat
Hot plate, pipet hisap, saringan kertas
Larutan HCL 20 ml
Gelas beaker, pengocok, corong, shaker
NaOH 40%, H2SO4, H3BO3
Spctofotometer, kupet, labu ukur, flame fotometer
      Batu didih
Cawan porslen, gelas ukur, labu kjedahl, elemeyer

3.3    Prosedur Kerja
3.3.1   Pengambilan contoh
·         Daun yang diambil sebagai sampel adalah daun dewasa pada cabang dimana pada bagian ujungnya terdapat putik (buah muda).
·         Setelah diambil, daun dibersihkan dengan aquades dan dikeringkan dengan tisu kemudian dimasukkan ke dalam amplop yang sudah dilubangi.
·         Masukkan amplop ke dalam oven selama 24 jam pada suhu 70oC.
·         Setelah 24 jam, sampel daun dikeluarkan dari amplop dan digiling dengan mesin penggiling hingga halus.
·         Masukkan sampel daun jeruk yang sudah digiling ke dalam plastik bening serta diberi label.
·         Timbang 1 gr sampel dan masukkan ke dalam cawan porselen dan ditanur untuk analisis P dan K dan timbang 0,25 gr sampel untuk analisis N.
3.3.2   Analisis N
·         Pipet 10 ml ekstrak contoh ke dalam labu kjeldahl.
·         Tambahkan batu didih, 100 ml H2O, 2 tetes  indikator (Conway) dan 15 ml NaOH 40%.
·         Siapkan Erlenmeyer dan masukkan 10 ml H3BO3 dan 3 tetes indikator untuk menampung destilat.
·         Lakukan destilasi sampai volume erlemayer mencapai 50 ml dan larutan berwarna biru muda.
·         Destilat di titrasi dengan H2SO4 sehingga larutan berubah menjadi warna merah muda.
·         Catat volume titar contoh yang didapatkan



4.1.1    Hasil Analisis Tanah
Parameter analisis
Nilai
kriteria
pH H2O
-
4,08
Sangat masam
pH KCl
-
3,91
Masam
C-Organik
(%)
6,33
Sangat tinggi
Nitrogen Total
(%)
0,59
Tinggi
Ekstraksi Bray I
P2O5
(ppm)
43,66
Sangat tinggi
Ekstraksi NH4OAC 1N pH : 7
Kalium
(cmol (+) kg-1)
0,25
Rendah
Natrium
(cmol (+) kg-1)
0,36
Rendah
Kalsium
(cmol (+) kg-1)
3,66
Rendah
Magnesium
(cmol (+) kg-1)
1,69
Sedang
KTK
(cmol (+) kg-1)
27,82
Tinggi
Kejenuhan Basa
(%)
21,42
Rendah
Ekstraksi KCl 1N
Hidrogen
(cmol (+) kg-1)
0,38
Aluminium
(cmol (+) kg-1)
1,20
Tekstur
Pasir
(%)
3,49

Liat berdebu
Debu
(%)
43,68
Liat
(%)
52,83
Bobot isi
(gr/cm3)
1,14
kedalaman
(cm)
20




Perhitungan
Diketahui: luas tanah= 10000m2 ; bobot isi= 1,14 gr/cm3 ; kedalaman= 20 cm
                N total= 0,59% ; P2O5= 43,66 ppm
Ditanya:  berat tanah, N dan P2O5 ?                          
Berat tanah   = luas tanah x bobot isi x kedalaman
                     = 10000 m2 x  x 20 cm
=10000 m2 x x 20 cm
                     = 108 x 22,8 gr tanah / ha
                     = 105 x 22,8 kg tanah / ha
N total          = 0,59%
59 kg N        ≈ 10000 kg tanah
N                  ≈ 105 x 22,8 kg tanah
                     = 13.452 kg N dalam 105 x 22,8 kg tanah
4.1.2    Hasil Analisis Tanaman
Analisis N
Perhitungan
Diketahui: Volume titar contoh (Vc)= 1,6 ml; Volume blangko= 0; N H2SO4= 0,0821; berat contoh (w) = 250 mg;  FK= 1
Ditanya: N % ?
N %    = (Vc –Vo) x N H2SO4 x 14 x 14 x FK
= 1,6 x 0,0821 x 14 x 5 x 1
= 3,67808 %

4.2.1    Analisis tanah
Berdasarkan hasil analisis tanah, menunjukkan bahwa tanah yang ada di sekitar area Fakultas Pertanian di dominasi oleh liat. Tanah yang didominasi oleh liat umumnya sulit menyerap air, teksturnya cenderung lengket saat basah, dan membentuk gumpalan keras saat kering, sehingga kurang cocok untuk dijadikan lahan pertanian. Jika akan dijadikan lahan pertanian, maka sesuaikan jenis tanaman yang akan di tanam, seperti tanaman tahunan. Selain itu, harus ada penambahan unsur hara dan bahan organik untuk memperbaiki kesuburan tanah karena umumnya tanah yang bertekstur liat ini miskin unsur hara.
4.2.2   pH tanah
Keadaan pH tanah di sekitar area Fakultas Pertanian tergolong sangat masam. Keadaan ini disebabkan karena komplek pertukaran pada permukaan  koloid  dan  larutan  tanah didominasi oleh kation asam terutama kation Al+++ sehingga pH tanah rendah. Keadaan ini juga didukung   oleh   hasil   analisis   tanah menunjukkan bahwa kebeadaan Al yang cukup tinggi. Dijelaskan oleh Hakim dkk. (1986) bahwa pada tanah yang bereaksi masam, Al menjadi sangat larut dan merupakan  penyebab  kemasaman  atau penyumbang ion H+. Ion H+ yang dibebaskan tersebut menyebabkan pH tanah rendah bagi larutan tanah.
4.2.3    Kandungan C Organik
Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan C organik tanah tergolong sangat tinggi). Bahan organik tanah adalah seluruh karbon di dalam tanah yang berasal dari sisa tanaman/tumbuhan dan hewan yang telah mati. Kebanyakan sumber bahan organik tanah adalah jaringan tanaman/tumbuhan. Berbeda sumber dan jumlah bahan organik tersebut akan berbeda pula pengaruhnya terhadap bahan organik yang disumbangkan ke dalam tanah.
4.2.4    Kandungan N Total
Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan N total tanah tergolong tinggi. Keadaan ini disebabkan karena vegetasi penyumbang bahan organik ke dalam tanah, kaya akan kandungan unsur N, serta suplai bahan organik dari vegetasi yang tumbuh di atas tanah tersebut telah mengalami dekomposisi lanjut. Dikemukakan oleh Nyakpa dkk, (1988) bahwa lapisan olah tanah umumnya mengandung 0,02 – 0,40 % N. Banyaknya kandungan N tanah tersebut tergantung dari keadaan lingkungannya seperti iklim dan macam vegetasi. Vegetasi yang tumbuh diatas tanah dan kecepatan dekomposisinya merupakan faktor penyebab perubahan terhadap kandungan N dalam tanah.
4.2.5    Kation-kation Basa dapat Ditukar
Berdasarkan analisis tanah, menunjukkan bahwa kation basa yang dapat dipertukarkan seperti K, Na dan Ca tergolong rendah, sedangkan Mg tergolong sedang. Keadaan ini disebabkan karena mineral penyusun tanah tersebut  miskin akan kandungan kation-kation basa, disamping itu juga dapat disebabkan karena di daerah Pontianak memiliki curuh hujan yang tinggi, sehingga kation-kation basa tersebut telah mengalami pencucian.
Seperti yang dinyatakan oleh Anna Yulius dkk (1985) bahwa pada tanah muda dimana pelapukan belum lanjut dan pencucian relative kecil, maka kation basa seperti Ca dan Mg merupakan kation yang banyak menduduki permukaan koloid, namun apabila pelapukan telah lanjut dan pencucian yang besar karena curah hujan yang tinggi, jumlah kation-kation basa berkurang dan mineral yang mengandung kation-kation basa tersebut akan lenyap karena pencucian. Disamping karena faktor kandungan mineral dan proses pencucian, juga dapat disebabkan karena kation-kation basa tersebut berkurang karena diserap oleh tanaman dan tumbuhan (terangkut panen), dan tidak dilakukan pengembalian kation basa baik melalui pemupukan maupun pengapuran.    
4.2.6    Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa KTK tergolong tinggi. Keadaan ini disebabkan karena partikel penyusun tanah didominasi oleh liat yang memiliki permukaan koloid yang luas, sehingga KTK tanah juga tinggi. Dijelaskan oleh Hakim dkk (1986) bahwa besarnya KTK tanah dipemgaruhi oleh sifat dan ciri tanah tersebut yaitu: pH tanah, tekstur atau jumlah liat, jenis mineral liat dan bahan organik.
4.2.7    Kejenuhan Basa (KB)
Berdasarkan hasil analisis tanah, menunjukkan bahwa kejenuhan basa tanah tergolong rendah.  Seperti dikemukakan oleh AnnaYulius dkk. (1985) bahwa kejenuhan basa menggambarkan proporsi nisbi basa dapat dipertukarkan pada koloid tanah. Pada tanah di daerah yang telah mengalami pelapukan lanjut,  sebagian  besar  dari  komplek pertukaran pada permukaan koloid diduduki oleh kation Al. Selanjutnya dinyatakan oleh Hakim dkk. (1986) bahwa persen KB merupakan perbandingan antara jumlah miliekuivalen   kation   basa   dengan miliekuivalen KTK, bila KB tanah tergolong rendah, maka kation Al merupakan kation yang dominan terjerap pada permukaan koloid.
4.2.8    Analisis Tanaman
A.      Nitrogen pada Daun
Nitrogen merupakan  unsur hara esensial  bagi tanaman yang diserap dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (N03-),  dan sebagian besar diserap  dalam bentuk nitrat (N03-). Nitrat bermuatan  negatif sehingga  selalu  berada  dalam  larutan  tanah  dan  mudah diserap  oleh  tanaman  namun  lebih  mudah  juga  tercuci.  Sebaliknya  amonium bermuatan  positif  sehingga  terikat  oleh  kaloid  tanah,  dan  tidak  mudah tercuci. Amonium baru dapat dimanfaatkan oleh tanaman melalui pertukaran ion.
Menurut Rosmarkan dan Yuwono (2002), bagian tanaman yang berwarna hijau mengandung N protein terbanyak dan meliputi 70% - 80% dari N total tanaman. Nitrogen asam nukleat terdapat sekitar 10% dan asam amino terlarut hanya sebanyak 5% dari total dalam tanaman. Berdasarkan uji laboratorium didapatkan N jaringan tanaman sebesar 3,67 %. Nilai tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan kebutuhan N oleh tanaman. Nitrogen dalam jaringan tanaman berperan dalam  pembentukan protein. Pembentukan protein yang baik mengakibatkan klorofil pada tanaman tinggi sehingga laju fotosintesis tanaman meningkat.





5.1    Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut: Tingkat kesuburan tanah aluvial berkisar antara sedang sampai tinggi. Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan N total tanah tergolong tinggi. Keadaan ini disebabkan karena vegetasi penyumbang bahan organik ke dalam tanah, kaya akan kandungan unsur N, serta suplai bahan organik dari vegetasi yang tumbuh di atas tanah tersebut telah mengalami dekomposisi lanjut. Nitrogen dalam jaringan tanaman berperan dalam  pembentukan protein. Pembentukan protein yang baik mengakibatkan klorofil pada tanaman tinggi sehingga laju fotosintesis tanaman meningkat

Diharapkan untuk praktikum selanjutnya analisis tanah harus dilakukan dari awal sesuai dengan prosedur yang ada supaya mahasiswa lebih mengerti mengenai langkah-langkah dalam melakukan teknik analisis tanah.