Kamis, 29 Desember 2016

Dampak kandungan CFC di udara terhadap Ekosistem



TUGAS MATA KULIAH
EKOLOGI TANAMAN
DAMPAK CFC (Cloro Floro Carbon) DALAM KEHIDUPAN EKOSISTEM






Disusun Oleh :
Faisal Ari Kusdinia               (NPM. 4122.1.15.11.0007)





AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
Bojong seungit Jalan Raya Bandung – Sumedang Km. 29 Tanjungsari Sumedang 45362 Jawa Barat, Telp. 022-7911214, 7912585 ; Fax. 0227912585
2016




BAB I
PENDAHLUAN

1.1    Latar Belakang
Keseimbangan alam sering terganggu akibat ulah manusia, es di kutub mencair setiap harinya, hutan-hutan terbakar secara tiba-tiba oleh raoleh radiasi sinar matahari. Pemanasan global sudah mengancam bumi. Pemanasan global itu berawal dari industri yang menghasilkan bahan-bahan yang berbahaya bagi ozon seperti CO2 dan CFC. Zat yang dinamakan CFC (Cloro Floro Carbon) banyak digunakan sebagai pelarut dalam pembersih alat-alat elektronik seperti kulkas dan AC.
Rata-rata setiap rumah di belahan dunia khususnya Indonesia memiliki setidaknya satu AC dan satu kulkas. Karena AC dan Kulkas Mengeuarkan zat CFC, berdasarkan itu kita bisa bayangkan berapa banyak CFC yang digunakan diseluruh dunia. Itu belum termasuk penggunaan CFC dikantor-kantor dan gedung-gedung bertingkat. Berbagai negara di duniapun mulai mengurangi penggunaan CFC, termasuk di Indonesia. Namun, tidak semua orang benar-benar pahan bagaimana CFC dapat merusak bumi. Penyusunpun berusaha membahas lebih detail mengenai hal tersebut.

1.2    Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu zat CFC, dari mana zat tersebut berasal, apa dampak kerusakan yang ditimbulkan dari zat tersebut, dan bagai mana menggulangi atau mengurangi zat CFC.

1.3    Manfaat
Sebagai sumber wawasan mengenai zat (Cloro Floro Carbon) Bagi penulisan dan pembaca pada umumnya.

BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN

CFC adalah klorofluorokarbon, yaitu senyawa-senyawa yang mengandung atom karbon dengan klorin dan fluorin terikat padanya. Dua CFC yang umum adalah CFC-11 (Trichloromonofluoromethane atau Freon 11) dan CFC-12 (Dichlorodifluoromethane). CFC merupakan zat-zat yang tidak mudah terbakar dan tidak terlalu toksik. Satu buah molekul CFC memiliki masa hidup 50 hingga 100 tahun dalam atmosfer sebelum dihapuskan.
CFC berasal dari alat-alat rumah tangga seperti AC, dan kulkas. AC pun tidak hanya terdapat dirumah pribadi saja, tetapi di berbagai gedung-gedung hamper setiap ruangannya menggunakan AC, di kendaraan pribadipun menggunakan AC. Semkin banyak penggunakan AC maka semakin banyak pula zat CFC yang dikeluarkan. Dampak zat CFC bagi kehidupan manusia dan lingkunganpun sangat berdampak negatif, seperti CFC dapat merusak lapisan ozon. Pada lapisan atmosfir yang tinggi, ikatan C-Cl akan terputus menghasilkan radikal-radikal bebas klorin. Radikal-radikal inilah yang merusak ozon, CFC juga bisa menyebabkan pemanasan global. Satu molekul CFC-11 misalnya, memiliki potensi pemanasan global sekitar 5000 kali lebih besar ketimbang sebuah molekul karbon dioksida.
Dilihat dari dampak negatif yang ditimbulkan dar zat CFC tersebut, sehingga perlu adanya penggulangan. Seperti, Kurangi penggunan peralatan elektronik (AC atau kulkas) dan kendaraan bermotor yang dapat menghasilkan gas karbon dioksida dan gas lain perusak atmosfer, gunakan teknologi ramah lingkungan, memakai kendaraan bermotor yang sudah lolos uji emisi bahkan meninggalkan kendara pribadi dan beralih menggunakan kendaraan masal, dan reboisasi hutan (menanam kembali hutan yang gundul).




BAB III
PEMBAHASAN

3.1         CFC (Cloro Floro Carbon)
CFC adalah klorofluorokarbon, yaitu senyawa-senyawa yang mengandung atom karbon dengan klorin dan fluorin terikat padanya. CFC merupakan gabungan dari tiga senyawa organik, yaitu karbon, khlor, fluor. Ia sering dipakai untuk kaleng aerosol, nampan hamburger yang menyerupai aluminium, kulkas, dan barang-barang sejenis yang ternyata dapat merusak kehidupan bumi. CFC adalah bahan kimia yang sulit terurai dan berumur panjang. Sama halnya dengan plastik, mereka tetap berada di sekitar kita dan terus memperburuk atmosfer. Pada kebanyakan produk, CFC telah digantikan posisinya oleh HCFC, zat serupa CFC yang juga terbuat dari air. Dikenal pula dengan sebutan Freon.
Jika Anda mencari benda-benda berbahan dasar CFC dewasa ini agak sulit. Ia sudah lama berlalu dari kehidupan manusia. Bahan tersebut dilarang pakai di sebagian besar negara industri sejak munculnya perjanjian internasional pada pertengahan 1990. Kebijakan tersebut kemudian diikuti oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
Tetapi, kabar baiknya, keadaan itu hari ini jauh lebih baik. Lembaga ilmiah internasional yang beranggotakan sekitar 300 ilmuwan senior, Scientific Assessment of Ozone Depletion, melaporkan untuk pertama kalinya pada musim gugur tahun ini kandungan CFC12 di lapisan ozon menurun. Dua CFC yang umum adalah CFC-11 (Trichloromonofluoromethane atau freon 11) dan CFC-12 (Dichlorodifluoromethane). CFC merupakan zat-zat yang tidak mudah terbakar dan tidak terlalu toksik. Satu buah molekul CFC memiliki masa hidup 50 hingga 100 tahun dalam atmosfer sebelum dihapuskan.

3.2    Kegunaan CFC
Pada zaman sekarang, banyak sekali kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, barang yang dibutuhkan oleh masyarakat sekarang banyak sekali yang menggunakan CFC. Sebagian dari mereka menggunakan CFC dengan cara yang tidak terkira banyaknya. Selama bertahun-tahun, senyawa-senyawa kimia tersebut secara luas dipakai untuk berbagai keperluan, seperti:
A.    Alat-alat pendingin ruangan (air conditioner/AC)
CFC yang digunakan pada alat pendingin ruangan (air conditioner/AC) lebih dikenal dengan freon yang digunakan sebagai pendingin.
B.     Media pendingin di lemari es
Sama halnya seperti AC, pada kulkas terdapat CFC yang digunakan sebagai pendingin walaupun tidak berpengaruh terlalu banyak coba bayangkan apabila seluruh masyarakat di dunia ini menggunakan lemari es berapa banyak CFC yang terbuang tiap harinya.
C.     Bahan pelarut
CFC yang terdapat pada bahan pelarut banyak digunakan bagi kilang-kilang elektronik. sebagai pelarut untuk pembersih dan untuk tujuan pengeringan minyak.
D.    Bahan dorong
CFC digunakan sebagai bahan dorong dalam penyembur (aerosol), diantaranya kaleng semprot pengharum ruangan, penyemprot rambut, minyak wangi (parfum).
E.     Proses pembuatan plastic
Untuk menghasilkan plastik busa seperti busa polistirena atau poliuretana yang memuai
Selain itu CFC juga banyak digunakan sebagai blowing agent dalam proses pembuatan foam (busa), sebagai cairan pembersih (solvent), bahan aktif untuk pemadam kebakaran, bahan aktif untuk fumigasi di pergudangan, pra-pengapalan, dan produk-produk pertanian dan kehutanan.

3.3    Struktur, Sifat, dan Produksi CFC
Seperti pada alkana sederhana, karbon di CFC dan HCFC adalah tetrahedral. Karena atom fluorin dan klorin sangat berbeda dalam ukuran dari hidrogen dan satu sama lain, metana berasal CFC menyimpang dari simetri tetrahedral sempurna.
Sifat fisik CFC dan HCFC yang merdu oleh perubahan jumlah dan identitas atom halogen. Pada umumnya mereka adalah volatile, tetapi kurang daripada alkana induk. Gejolak penurunan dikaitkan dengan polaritas molekul yang disebabkan oleh halida dan polarisabilitas halida, yang mendorong interaksi antarmolekul. Dengan demikian, metana mendidih pada -161°C sedangkan mendidih fluoromethanes antara -51,7 (CF2H2) dan -128°C (CF4). Para CFC memiliki titik didih masih lebih tinggi karena klorida bahkan lebih terpolarisasi dari fluoride. Karena polaritas mereka, CFC adalah pelarut berguna.
Para CFC jauh lebih mudah terbakar dari metana, sebagian karena mengandung lebih sedikit ikatan CH dan sebagian karena, dalam kasus klorida dan bromida, halida dirilis memadamkan radikal bebas yang mempertahankan api. Kerapatan CFC yang selalu lebih tinggi dari alkana yang sesuai. Secara umum kepadatan senyawa ini berkorelasi dengan jumlah klorida. CFC dan HCFC biasanya dihasilkan oleh pertukaran halogen mulai dari metana diklorinasi dan etana.  Derivatif brominasi dihasilkan oleh reaksi-reaksi radikal bebas dari chlorofluorocarbon, menggantikan obligasi CH dengan ikatan C-Br.

3.4    Dampak Dari Penggunaan CFC
CFC dapat merusak lapisan ozon. Pada lapisan atmosfir yang tinggi, ikatan C-Cl akan terputus menghasilkan radikal-radikal bebas klorin. Radikal-radikal inilah yang merusak ozon. CFC sekarang ini telah digantikan oleh senyawa-senyawa yang lebih ramah lingkungan.
CFC juga bisa menyebabkan pemanasan global. Satu molekul CFC-11 misalnya, memiliki potensi pemanasan global sekitar 5000 kali lebih besar ketimbang sebuah molekul karbon dioksida. Di Indonesia, manifestasi pemanasan global, antara lain, terganggunya siklus hidro-orologis yang telah merusak sebagian besar sumber daya air (SDA) di Indonesia. Juga, meluasnya areal lahan kering. Itu harus disikapi dengan pencarian bibit unggul tanaman pangan lahan kering. Juga, meluasnya lahan bera (lahan yang tidak bisa ditanami) sebagai akibat terjangan intrusi air laut.
Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Cimate Change (IPCC) memublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya sangat mengejutkan. Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 - 0,3o C. Jika peningkatan suhu itu terus berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (32 tahun dari sekarang) lapisan es di kutub-kutub bumi akan habis meleleh.
Jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat. Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan. Napas tersengal oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air laut. Luapan air laut makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.
Ozon mengabsorpsi radiasi ultraviolet yang dipancarkan matahari. Radiasi ini mempunyai panjang gelombang di bawah 400 nm. Spektrum dari radiasi ini, yang terletak pada panjang  gelombang di antara 290 nm - 320 nm, lebih dikenal dengan istilah radiasi UV-B. Telah terbukti bahwa peningkatan dosis  radiasi UV-B yang mencapai bumi mengakibatkan meningkatnya kasus penyakit kanker kulit, menurunkan hasil panen, dan sangat mempengaruhi kehidupan plankton dan larva ikan laut Di lapisan stratosfer ozon merupakan lapisan pelindung yang melindungi bumi dari spektrum radiasi matahari yang berbahaya untuk kehidupan.
Tanpa adanya filter dari lapisan ozon, akan lebih banyak radiasi UV-B yang menembus atmosfer dan akan mencapai ke permukaan bumi. Beberapa studi eksperimen terhadap tumbuhan, binatang, dan uji klinis terhadap manusia menunjukkan adanya efek yang berbahaya bila terpapar radiasi UV-B secara berlebihan. Di permukaan bumi atau di lapisan troposfer ozon merupakan gas polutan yang keberadaannya harus diusahakan minimum. Karena di permukaan bumi, ozon bisa berkontak langsung dengan lingkungan atau kehidupan dan menunjukkan sisi destruktifnya. Oleh karena itu, ozon di lapisan ini Biasa disebut “ozon Jelek” karena ozon bereaksi sangat kuat dengan molekul lain, ozon dengan konsentrasi tinggi berbahaya bagi kehidupan  
Beberapa studi mendokumentasikan adanya efek yang berbahaya dari ozon terhadap produksi panen, pertumbuhan, hutan dan kesehatan manusia. Efek ini kontras dengan efek ozon stratosfer yang menguntungkan. Oleh sebab itu, keberadaan ozon di atmosfer mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan di bumi ini. Mengingat hal tersebut maka keberadaan ozon di atmosfer harus selalu dipantau agar dapat diupayakan  tindakan-tindakan antisipasi yang diperlukan.

3.4.1    Dampak CFC bagi Tubuh
Jika udara yang terpapar CFC terhirup, akan mengganggu kesehatan (menimbulkan keracunan). Efek yang timbul diantaranya :
a.       Susah bernapas (penyebab dada sesak nafas).
b.      Sakit tenggorokan akut.
c.       Gangguan penglihatan.
d.      Nyeri perut akut.
e.       Bengkaknya tenggorokan.
f.       Hidung, bibir, lidah, seperti terbakar.
g.      Mata seperti terbakar.
h.      Infeksi kerongkongan.
i.        Muntah darah.
j.        Darah dalam feses.
k.      Detak jantung tidak normal.

3.4.2    Dampak CFC Terhadap Lingkungan
CFC mengakibatkan lapisan ozon menipis. Berikut dampak dari penipisan lapisan pelindung bumi tersebut, seperti berikut :
a.       Meningkatnya sinar ultraviolet B (UV B). Bahaya sinar ultraviolet yang sampai ke bumi karena lapisan ozon yang rusak, dapat mengakibatkan kanker kulit dan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit.
  1. Radiasi sinar ultraviolet di laut, misalnya. Dapat mempengaruhi populasi hewan laut. Sehingga hasil laut bisa berkurang.
  2. Radiasi sinar ultraviolet di darat mengakibatkan turunnya kualitas tanaman. Karena daya tahan tanaman tersebut juga lemah, jadi berefek pada jumlah yang dihasilkannya (hasil panen) dan kualitas yang kurang baik.
  3. Merusak imunitas tubuh hewan
  4. Terjadinya global warming. Inilah akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca yang dihasilkan dari berbagai aktifitas manusia. Suhu bumi yang meningkat berdampak pada perubahan iklim yang tak menentu. CFC berperan dalam terjadinya efek rumah kaca yang dapat meningkatkan suhu bumi (pemanasan global).
3.5    Penanggulangan CFC
Seperti yang telah kita ketahui, Dunia mulai memperhatikan dampak CFC terhadap bumi kita.  Sejak tahun 1975, dikhawatirkan aktivitas manusia akan mengancam lapisan ozon.  Oleh karena itu, atas permintaan “United Nations Environment Programme” (UNEP), WMO memulai Penyelidikan Ozon Global dan Proyek Pemantauan untuk mengkoordinasi pemantauan dan penyelidikan ozon dalam jangka panjang.  Semua data dari pemantauan di seluruh dunia diantarkan ke Pusat Data Ozon Dunia di Toronto, Kanada, yang tersedia kepada masyarakat ilmiah internasional.
Pada tahun 1977, pertemuan pakar UNEP mengambil tindakan Rencana Dunia terhadap lapisan ozon.  Dan tahun 1987, ditandatangani Protokol Montreal,  suatu perjanjian untuk perlindungan terhadap lapisan ozon. Protokol ini kemudian diratifikasi oleh 36 negara termasuk Amerika Serikat.
Pada tahun 1990 Pelarangan total terhadap penggunaan CFC sejak diusulkan oleh Komunitas Eropa (sekarang Uni Eropa) pada tahun 1989, yang juga disetujui oleh Presiden AS, George Bush.  Dan tahun 1991, untuk memonitor berkurangnya ozon secara global, National Aeronautics and Space Administration (NASA) meluncurkan Satelit Peneliti Atmosfer yang digunakan untuk mengukur variasi ozon pada berbagai ketinggian dan menyediakan gambaran jelas pertama tentang kimiawi atmosfer di atas.
Pada tahun 1995, lebih dari 100 negara setuju untuk secara bertahap menghentikan produksi pestisida metil bromida di negara-negara maju. Bahan ini diperkirakan dapat menyebabkan pengurangan lapisan ozon hingga 15 persen pada tahun 2000.  Kemudian ditahun yang sama, disetujui CFC tidak diproduksi lagi di negara maju pada akhir tahun dan dihentikan secara bertahap di negara berkembang hingga tahun 2010.  Hidrofluorokarbon atau HCFC, yang lebih sedikit menyebabkan kerusakan lapisan ozon bila dibandingkan CFC, digunakan sementara sebagai pengganti CFC. 
Indonesia telah menjadi negara yang turut menandatangani Konvensi Vienna maupun Protokol Montreal sejak ditetapkannya Keputusan Presiden No 23 Tahun 1992. Berdasarkan Keputusan Presiden itu, Indonesia juga punya kewajiban untuk melaksanakan program perlindungan lapisan ozon (BPO) secara bertahap.
Secara nasional Indonesia telah menetapkan komitmen untuk menghapus penggunaan BPO (Bahan Perusak Lapisan Ozon) pada akhir tahun 2007, termasuk menghapus penggunaan freon dalam alat pendingin pada tahun 2007. Untuk mencapai target penghapusan CFC pada tahun 2007, Indonesia telah menyelenggarakan beberapa program. Dana untuk program penghapusan CFC diperoleh dalam bentuk hibah dari Dana Multilateral Montreal Protocol (MLF), di mana UNDP menjadi salah satu lembaga pelaksana. Dengan dukungan dari UNDP, Indonesia telah melaksanakan 29 proyek investasi tersendiri di sektor busa dan 14 proyek investasi tersendiri di sektor pendinginan.  Pekerjaan di kedua sektor ini telah membantu mengurangi produksi CFC Indonesia sebanyak 498 ton metrik dan 117 ton metrik di masing-masing sektor.
Hal ini juga didukung oleh Peraturan Departemen Industri No.33 Tahun 2007 yang akan melarang penggunaan CFC (klorofloro karbon atau freon) untuk proses manufaktur mulai Juli 2008.  Indonesia berencana untuk melarang impor metil bromida dan CFC yang merupakan BPO, mulai 1 Januari 2008, atau dua tahun lebih cepat dari tenggat waktu yang ditargetkan Protokol Montreal untuk penghapusan CFC di negara-negara berkembang, dan tujuh tahun lebih cepat untuk penghapusan metil bromida.
Sesungguhnya penipisan ozon ini dipicu dari tingginya pemakaian CFC, namun guna menormalkan kembali kondisi ozon, diperlukan kerja sama yang baik dari semua pihak.  Tindakan yang dapat kita lakukan saat ini demi memelihara lapisan ozon, misalnya mulai mengurangi atau tidak menggunakan lagi produk-produk rumah tangga yang mengandung zat-zat yang dapat merusak lapisan pelindung bumi dari sinar UV ini.  Untuk itu, diperlukan upaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dalam program perlindungan lapisan ozon, pemahaman mengenai penanggulangan penipisan lapisan ozon, memperkenalkan bahan, proses, produk, dan teknologi yang tidak merusak lapisan ozon. Bila tidak, maka proses penipisan ozon akan semakin meningkat dan mungkin saja akan menyebabkan lapisan ini tidak dapat dikembalikan lagi ke bentuk aslinya.
Walaupun begitu, tetap saja penggunaan CFCtidak akan mudah lepas begitu saja dari kehidupan manusia.  Penghapusan penggunaan CFC di Indonesia, tampaknya tidak mudah dilakukan.  Terutama karena alat-alat pendingin yang ada sekarang, misalnya kulkas dan AC, mayoritas masih menggunakan tekhnologi berbasis CFC.  Untuk mengantisipasi penggunaan CFC berlebihan, telah ditemukan cara yang dinilai sangat bermanfaat.  Yakni melakukan daur ulang CFC, dan mencari bahan alternatif pengganti.
Mendaur ulang CFC, dibutuhkan alat yang disebut Recovery CFC. Alat canggih seharga 60 juta rupiah ini,  dinilai sangat membantu mengurangi kebocoran molekul CFC ke udara.  Cara kerja alat Recovery CFC, sangat sederhana. CFC lama di dalam alat pendingin, tak perlu lagi diganti. Tapi cukup mendaur ulang, sehingga menghasilkan CFC baru. Namun mengurangi dampak penggunaan CFC, tak hanya dilakukan dengan cara daur ulang.  Namun juga dapat melalui penggunaan bahan alternatif pengganti.  Salah satunya Hydro Floro Carbon atau HFC.





BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


4.1    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah freon adalah salah satu zat yang berbahaya yang berpotensi mengakibatkan pemanasan global. Kebocoran freon tidak akan menimbulkan dampak yang serius bagi kesehatan manusia. Ketika freon (CFC) terlepas ke atmosfer, maka molekul CFC akan terurai atom C yang akan mengakibatkan  timbulnya karbon monoksida (CO). Ketika CO terbentuk, maka mereka akan menarik lagi satu atom O dari ozon-ozon (O3) lain sehingga menciptakan CO2, oleh karena itu ozon sebagai pelindung bumi dari sinar ultraviolet menjadi rusak, sementara CO2 memiliki efek rumaha kaca yang dapat menahan panas di bumi,dengan demikian bumi akan semakin panas.

4.2    Saran
Setelah mengetahui bahaya dari freon setidaknya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh Freon , mulai sekarang kurangi penggunaan Freon seperti yang terdapat pada AC, lemari pendingin dan lain-lain. Agar dampak dari pemanasan global tidak akan menjadi semakin parah dengan penggunaan zat yang berpotensi menimbulkan pemanasan global.