TUGAS
MATA KULIAH
EKOLOGI
TANAMAN
DAMPAK CFC (Cloro Floro Carbon)
DALAM KEHIDUPAN EKOSISTEM
Disusun Oleh :
Faisal Ari Kusdinia (NPM.
4122.1.15.11.0007)
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
Bojong
seungit Jalan Raya Bandung – Sumedang Km. 29 Tanjungsari Sumedang 45362 Jawa
Barat, Telp. 022-7911214, 7912585 ; Fax. 0227912585
2016
BAB
I
PENDAHLUAN
1.1 Latar
Belakang
Keseimbangan alam sering terganggu akibat ulah manusia, es
di kutub mencair setiap harinya, hutan-hutan terbakar secara tiba-tiba oleh
raoleh radiasi sinar matahari. Pemanasan global sudah mengancam bumi. Pemanasan
global itu berawal dari industri yang menghasilkan bahan-bahan yang berbahaya
bagi ozon seperti CO2 dan CFC. Zat yang dinamakan CFC (Cloro Floro
Carbon) banyak digunakan sebagai pelarut dalam pembersih alat-alat elektronik
seperti kulkas dan AC.
Rata-rata setiap rumah di belahan dunia khususnya Indonesia
memiliki setidaknya satu AC dan satu kulkas. Karena AC dan Kulkas Mengeuarkan
zat CFC, berdasarkan itu kita bisa bayangkan berapa banyak CFC yang digunakan
diseluruh dunia. Itu belum termasuk penggunaan CFC dikantor-kantor dan
gedung-gedung bertingkat. Berbagai negara di duniapun mulai mengurangi
penggunaan CFC, termasuk di Indonesia. Namun, tidak semua orang benar-benar
pahan bagaimana CFC dapat merusak bumi. Penyusunpun berusaha membahas lebih
detail mengenai hal tersebut.
1.2 Tujuan
Agar
mahasiswa dapat mengetahui apa itu zat CFC, dari mana zat tersebut berasal, apa
dampak kerusakan yang ditimbulkan dari zat tersebut, dan bagai mana menggulangi
atau mengurangi zat CFC.
1.3 Manfaat
Sebagai
sumber wawasan mengenai zat (Cloro
Floro Carbon) Bagi penulisan dan pembaca pada umumnya.
BAB
II
KERANGKA
PEMIKIRAN
CFC adalah klorofluorokarbon, yaitu senyawa-senyawa yang
mengandung atom karbon dengan klorin dan fluorin terikat padanya. Dua CFC yang
umum adalah CFC-11 (Trichloromonofluoromethane atau Freon 11) dan CFC-12
(Dichlorodifluoromethane). CFC merupakan zat-zat yang tidak mudah terbakar dan
tidak terlalu toksik. Satu buah molekul CFC memiliki masa hidup 50 hingga 100
tahun dalam atmosfer sebelum dihapuskan.
CFC berasal dari alat-alat rumah tangga seperti AC, dan
kulkas. AC pun tidak hanya terdapat dirumah pribadi saja, tetapi di berbagai
gedung-gedung hamper setiap ruangannya menggunakan AC, di kendaraan pribadipun
menggunakan AC. Semkin banyak penggunakan AC maka semakin banyak pula zat CFC
yang dikeluarkan. Dampak zat CFC bagi kehidupan manusia dan lingkunganpun
sangat berdampak negatif, seperti CFC dapat merusak lapisan ozon. Pada lapisan
atmosfir yang tinggi, ikatan C-Cl akan terputus menghasilkan radikal-radikal
bebas klorin. Radikal-radikal inilah yang merusak ozon, CFC juga bisa
menyebabkan pemanasan global. Satu molekul CFC-11 misalnya, memiliki potensi
pemanasan global sekitar 5000 kali lebih besar ketimbang sebuah molekul karbon
dioksida.
Dilihat dari dampak negatif yang ditimbulkan dar zat CFC
tersebut, sehingga perlu adanya penggulangan. Seperti, Kurangi
penggunan peralatan elektronik (AC atau kulkas) dan kendaraan bermotor yang
dapat menghasilkan gas karbon dioksida dan gas lain perusak atmosfer, gunakan
teknologi ramah lingkungan,
memakai
kendaraan bermotor yang sudah lolos uji emisi bahkan meninggalkan kendara
pribadi dan beralih menggunakan kendaraan masal, dan reboisasi hutan (menanam
kembali hutan yang gundul).
BAB
III
PEMBAHASAN
3.1
CFC
(Cloro Floro Carbon)
CFC adalah klorofluorokarbon, yaitu
senyawa-senyawa yang mengandung atom karbon dengan klorin dan fluorin terikat
padanya. CFC merupakan gabungan dari tiga senyawa organik, yaitu karbon, khlor,
fluor. Ia sering dipakai untuk kaleng aerosol, nampan hamburger yang menyerupai
aluminium, kulkas, dan barang-barang sejenis yang ternyata dapat merusak
kehidupan bumi. CFC adalah bahan kimia yang sulit terurai dan berumur panjang.
Sama halnya dengan plastik, mereka tetap berada di sekitar kita dan terus
memperburuk atmosfer. Pada kebanyakan produk, CFC telah digantikan posisinya
oleh HCFC, zat serupa CFC yang juga terbuat dari air. Dikenal pula dengan
sebutan Freon.
Jika Anda mencari benda-benda
berbahan dasar CFC dewasa ini agak sulit. Ia sudah lama berlalu dari kehidupan
manusia. Bahan tersebut dilarang pakai di sebagian besar negara industri sejak
munculnya perjanjian internasional pada pertengahan 1990. Kebijakan tersebut
kemudian diikuti oleh negara-negara berkembang, termasuk Indonesia
Tetapi, kabar baiknya, keadaan itu
hari ini jauh lebih baik. Lembaga ilmiah internasional yang beranggotakan
sekitar 300 ilmuwan senior, Scientific Assessment of Ozone Depletion,
melaporkan untuk pertama kalinya pada musim gugur tahun ini kandungan CFC12 di
lapisan ozon menurun. Dua CFC yang umum adalah CFC-11
(Trichloromonofluoromethane atau freon 11) dan CFC-12
(Dichlorodifluoromethane). CFC merupakan zat-zat yang tidak mudah terbakar dan
tidak terlalu toksik. Satu buah molekul CFC memiliki masa hidup 50 hingga 100
tahun dalam atmosfer sebelum dihapuskan.
3.2
Kegunaan CFC
Pada zaman sekarang, banyak sekali
kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi, barang yang dibutuhkan oleh
masyarakat sekarang banyak sekali yang menggunakan CFC. Sebagian dari mereka
menggunakan CFC dengan cara yang tidak terkira banyaknya. Selama bertahun-tahun,
senyawa-senyawa kimia tersebut secara luas dipakai untuk berbagai keperluan,
seperti:
A. Alat-alat pendingin ruangan (air
conditioner/AC)
CFC yang digunakan pada alat pendingin ruangan (air
conditioner/AC) lebih dikenal dengan freon yang digunakan sebagai pendingin.
B. Media pendingin di lemari es
Sama halnya seperti AC, pada kulkas terdapat CFC yang
digunakan sebagai pendingin walaupun tidak berpengaruh terlalu banyak coba
bayangkan apabila seluruh masyarakat di dunia ini menggunakan lemari es berapa
banyak CFC yang terbuang tiap harinya.
C. Bahan pelarut
CFC yang terdapat pada bahan pelarut banyak digunakan bagi
kilang-kilang elektronik. sebagai pelarut untuk pembersih dan untuk tujuan
pengeringan minyak.
D. Bahan dorong
CFC digunakan sebagai bahan dorong dalam penyembur
(aerosol), diantaranya kaleng semprot pengharum ruangan, penyemprot rambut,
minyak wangi (parfum).
E. Proses pembuatan plastic
Untuk menghasilkan plastik busa seperti busa polistirena
atau poliuretana yang memuai
Selain itu CFC juga banyak digunakan sebagai blowing agent
dalam proses pembuatan foam (busa), sebagai cairan pembersih (solvent), bahan
aktif untuk pemadam kebakaran, bahan aktif untuk fumigasi di pergudangan,
pra-pengapalan, dan produk-produk pertanian dan kehutanan.
3.3
Struktur, Sifat, dan Produksi CFC
Seperti pada alkana sederhana, karbon di CFC dan HCFC adalah
tetrahedral. Karena atom fluorin dan klorin sangat berbeda dalam ukuran dari
hidrogen dan satu sama lain, metana berasal CFC menyimpang dari simetri
tetrahedral sempurna.
Sifat fisik CFC dan HCFC yang merdu
oleh perubahan jumlah dan identitas atom halogen. Pada umumnya mereka adalah
volatile, tetapi kurang daripada alkana induk. Gejolak penurunan dikaitkan
dengan polaritas molekul yang disebabkan oleh halida dan polarisabilitas
halida, yang mendorong interaksi antarmolekul. Dengan demikian, metana mendidih
pada -161°C sedangkan mendidih fluoromethanes antara -51,7 (CF2H2)
dan -128°C (CF4). Para CFC memiliki titik didih masih lebih tinggi
karena klorida bahkan lebih terpolarisasi dari fluoride. Karena polaritas
mereka, CFC adalah pelarut berguna.
Para CFC jauh lebih mudah terbakar
dari metana, sebagian karena mengandung lebih sedikit ikatan CH dan sebagian
karena, dalam kasus klorida dan bromida, halida dirilis memadamkan radikal
bebas yang mempertahankan api. Kerapatan CFC yang selalu lebih tinggi dari
alkana yang sesuai. Secara umum kepadatan senyawa ini berkorelasi dengan jumlah
klorida. CFC dan HCFC biasanya dihasilkan oleh pertukaran halogen mulai dari
metana diklorinasi dan etana. Derivatif
brominasi dihasilkan oleh reaksi-reaksi radikal bebas dari chlorofluorocarbon,
menggantikan obligasi CH dengan ikatan C-Br.
3.4
Dampak Dari Penggunaan CFC
CFC dapat merusak lapisan ozon. Pada lapisan atmosfir yang
tinggi, ikatan C-Cl akan terputus menghasilkan radikal-radikal bebas klorin.
Radikal-radikal inilah yang merusak ozon. CFC sekarang ini telah digantikan
oleh senyawa-senyawa yang lebih ramah lingkungan.
CFC juga bisa menyebabkan pemanasan global. Satu molekul
CFC-11 misalnya, memiliki potensi pemanasan global sekitar 5000 kali lebih
besar ketimbang sebuah molekul karbon dioksida. Di
Indonesia, manifestasi pemanasan global, antara lain, terganggunya siklus
hidro-orologis yang telah merusak sebagian besar sumber daya air (SDA) di Indonesia.
Juga, meluasnya areal lahan kering. Itu harus disikapi dengan pencarian bibit
unggul tanaman pangan lahan kering. Juga, meluasnya lahan bera (lahan yang
tidak bisa ditanami) sebagai akibat terjangan intrusi air laut.
Baru-baru ini, Inter-governmental Panel on Cimate Change
(IPCC) memublikasikan hasil pengamatan ilmuwan dari berbagai negara. Isinya
sangat mengejutkan. Selama tahun 1990-2005, ternyata telah terjadi peningkatan
suhu merata di seluruh bagian bumi, antara 0,15 - 0,3o C. Jika peningkatan suhu itu terus
berlanjut, diperkirakan pada tahun 2040 (32 tahun dari sekarang) lapisan es di
kutub-kutub bumi akan habis meleleh.
Jika bumi masih terus memanas, pada tahun 2050 akan terjadi
kekurangan air tawar, sehingga kelaparan pun akan meluas di seantero jagat.
Udara akan sangat panas, jutaan orang berebut air dan makanan. Napas tersengal
oleh asap dan debu. Rumah-rumah di pesisir terendam air laut. Luapan air laut
makin lama makin luas, sehingga akhirnya menelan seluruh pulau. Harta benda
akan lenyap, begitu pula nyawa manusia.
Ozon mengabsorpsi radiasi ultraviolet yang dipancarkan
matahari. Radiasi ini mempunyai panjang gelombang di bawah 400 nm. Spektrum
dari radiasi ini, yang terletak pada panjang
gelombang di antara 290 nm - 320 nm, lebih dikenal dengan istilah
radiasi UV-B. Telah terbukti bahwa peningkatan dosis radiasi UV-B yang mencapai bumi mengakibatkan
meningkatnya kasus penyakit kanker kulit, menurunkan hasil panen, dan sangat
mempengaruhi kehidupan plankton dan larva ikan laut Di lapisan stratosfer ozon
merupakan lapisan pelindung yang melindungi bumi dari spektrum radiasi matahari
yang berbahaya untuk kehidupan.
Tanpa adanya filter dari lapisan ozon, akan lebih banyak
radiasi UV-B yang menembus atmosfer dan akan mencapai ke permukaan bumi.
Beberapa studi eksperimen terhadap tumbuhan, binatang, dan uji klinis terhadap
manusia menunjukkan adanya efek yang berbahaya bila terpapar radiasi UV-B
secara berlebihan. Di permukaan bumi atau di lapisan troposfer ozon merupakan
gas polutan yang keberadaannya harus diusahakan minimum. Karena di permukaan
bumi, ozon bisa berkontak langsung dengan lingkungan atau kehidupan dan
menunjukkan sisi destruktifnya. Oleh karena itu, ozon di lapisan ini Biasa
disebut “ozon Jelek” karena ozon bereaksi sangat kuat dengan molekul lain, ozon
dengan konsentrasi tinggi berbahaya bagi kehidupan
Beberapa studi mendokumentasikan adanya efek yang berbahaya
dari ozon terhadap produksi panen, pertumbuhan, hutan dan kesehatan manusia.
Efek ini kontras dengan efek ozon stratosfer yang menguntungkan. Oleh sebab
itu, keberadaan ozon di atmosfer mempunyai arti yang sangat penting bagi
kehidupan di bumi ini. Mengingat hal tersebut maka keberadaan ozon di atmosfer
harus selalu dipantau agar dapat diupayakan
tindakan-tindakan antisipasi yang diperlukan.
3.4.1
Dampak CFC bagi Tubuh
Jika
udara yang terpapar CFC terhirup, akan mengganggu kesehatan (menimbulkan
keracunan). Efek yang timbul diantaranya :
b. Sakit
tenggorokan akut.
c. Gangguan
penglihatan.
d. Nyeri
perut akut.
e. Bengkaknya
tenggorokan.
f. Hidung,
bibir, lidah, seperti terbakar.
g. Mata
seperti terbakar.
h. Infeksi
kerongkongan.
i.
Muntah darah.
j.
Darah dalam feses.
k. Detak
jantung tidak normal.
3.4.2
Dampak CFC Terhadap
Lingkungan
CFC mengakibatkan
lapisan ozon menipis. Berikut dampak dari penipisan lapisan pelindung bumi
tersebut, seperti berikut :
a. Meningkatnya
sinar ultraviolet B (UV B). Bahaya
sinar ultraviolet yang sampai ke bumi karena lapisan ozon yang rusak, dapat
mengakibatkan kanker kulit dan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit.
- Radiasi sinar ultraviolet di laut, misalnya. Dapat mempengaruhi populasi hewan laut. Sehingga hasil laut bisa berkurang.
- Radiasi sinar ultraviolet di darat mengakibatkan turunnya kualitas tanaman. Karena daya tahan tanaman tersebut juga lemah, jadi berefek pada jumlah yang dihasilkannya (hasil panen) dan kualitas yang kurang baik.
- Merusak imunitas tubuh hewan
- Terjadinya global warming. Inilah akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca yang dihasilkan dari berbagai aktifitas manusia. Suhu bumi yang meningkat berdampak pada perubahan iklim yang tak menentu. CFC berperan dalam terjadinya efek rumah kaca yang dapat meningkatkan suhu bumi (pemanasan global).
3.5
Penanggulangan CFC
Seperti yang
telah kita ketahui, Dunia mulai memperhatikan dampak CFC terhadap bumi
kita. Sejak tahun 1975, dikhawatirkan
aktivitas manusia akan mengancam lapisan ozon.
Oleh karena itu, atas permintaan “United Nations Environment Programme”
(UNEP), WMO memulai Penyelidikan Ozon Global dan Proyek Pemantauan untuk
mengkoordinasi pemantauan dan penyelidikan ozon dalam jangka panjang. Semua data dari pemantauan di seluruh dunia
diantarkan ke Pusat Data Ozon Dunia di Toronto, Kanada, yang tersedia kepada
masyarakat ilmiah internasional.
Pada tahun
1977, pertemuan pakar UNEP mengambil tindakan Rencana Dunia terhadap lapisan
ozon. Dan tahun 1987, ditandatangani
Protokol Montreal, suatu perjanjian
untuk perlindungan terhadap lapisan ozon. Protokol ini kemudian diratifikasi
oleh 36 negara termasuk Amerika Serikat.
Pada tahun 1990
Pelarangan total terhadap penggunaan CFC sejak diusulkan oleh Komunitas Eropa
(sekarang Uni Eropa) pada tahun 1989, yang juga disetujui oleh Presiden AS,
George Bush. Dan tahun 1991, untuk
memonitor berkurangnya ozon secara global, National Aeronautics and Space
Administration (NASA) meluncurkan Satelit Peneliti Atmosfer yang digunakan
untuk mengukur variasi ozon pada berbagai ketinggian dan menyediakan gambaran
jelas pertama tentang kimiawi atmosfer di atas.
Pada tahun
1995, lebih dari 100 negara setuju untuk secara bertahap menghentikan produksi
pestisida metil bromida di negara-negara maju. Bahan ini diperkirakan dapat
menyebabkan pengurangan lapisan ozon hingga 15 persen pada tahun 2000. Kemudian ditahun yang sama, disetujui CFC
tidak diproduksi lagi di negara maju pada akhir tahun dan dihentikan secara
bertahap di negara berkembang hingga tahun 2010. Hidrofluorokarbon atau HCFC, yang lebih
sedikit menyebabkan kerusakan lapisan ozon bila dibandingkan CFC, digunakan
sementara sebagai pengganti CFC.
Indonesia telah
menjadi negara yang turut menandatangani Konvensi Vienna maupun Protokol
Montreal sejak ditetapkannya Keputusan Presiden No 23 Tahun 1992. Berdasarkan
Keputusan Presiden itu, Indonesia juga punya kewajiban untuk melaksanakan
program perlindungan lapisan ozon (BPO) secara bertahap.
Secara nasional
Indonesia telah menetapkan komitmen untuk menghapus penggunaan BPO (Bahan
Perusak Lapisan Ozon) pada akhir tahun 2007, termasuk menghapus penggunaan
freon dalam alat pendingin pada tahun 2007. Untuk mencapai target penghapusan
CFC pada tahun 2007, Indonesia telah menyelenggarakan beberapa program. Dana
untuk program penghapusan CFC diperoleh dalam bentuk hibah dari Dana
Multilateral Montreal Protocol (MLF), di mana UNDP menjadi salah satu lembaga pelaksana.
Dengan dukungan dari UNDP, Indonesia telah melaksanakan 29 proyek investasi
tersendiri di sektor busa dan 14 proyek investasi tersendiri di sektor
pendinginan. Pekerjaan di kedua sektor
ini telah membantu mengurangi produksi CFC Indonesia sebanyak 498 ton metrik
dan 117 ton metrik di masing-masing sektor.
Hal ini juga
didukung oleh Peraturan Departemen Industri No.33
Tahun 2007 yang akan melarang penggunaan CFC (klorofloro karbon atau freon)
untuk proses manufaktur mulai Juli 2008.
Indonesia berencana untuk melarang impor metil bromida dan CFC yang
merupakan BPO, mulai 1 Januari 2008, atau dua tahun lebih cepat dari tenggat
waktu yang ditargetkan Protokol Montreal untuk penghapusan CFC di negara-negara
berkembang, dan tujuh tahun lebih cepat untuk penghapusan metil bromida.
Sesungguhnya
penipisan ozon ini dipicu dari tingginya pemakaian CFC, namun guna menormalkan
kembali kondisi ozon, diperlukan kerja sama yang baik dari semua pihak. Tindakan yang dapat kita lakukan saat ini
demi memelihara lapisan ozon, misalnya mulai mengurangi atau tidak menggunakan
lagi produk-produk rumah tangga yang mengandung zat-zat yang dapat merusak
lapisan pelindung bumi dari sinar UV ini.
Untuk itu, diperlukan upaya meningkatkan kesadaran dan partisipasi aktif
masyarakat dalam program perlindungan lapisan ozon, pemahaman mengenai
penanggulangan penipisan lapisan ozon, memperkenalkan bahan, proses, produk,
dan teknologi yang tidak merusak lapisan ozon. Bila tidak, maka proses
penipisan ozon akan semakin meningkat dan mungkin saja akan menyebabkan lapisan
ini tidak dapat dikembalikan lagi ke bentuk aslinya.
Walaupun
begitu, tetap saja penggunaan CFCtidak akan mudah lepas begitu saja dari
kehidupan manusia. Penghapusan
penggunaan CFC di Indonesia, tampaknya tidak mudah dilakukan. Terutama karena alat-alat pendingin yang ada
sekarang, misalnya kulkas dan AC, mayoritas masih menggunakan tekhnologi
berbasis CFC. Untuk
mengantisipasi penggunaan CFC berlebihan, telah ditemukan cara yang dinilai
sangat bermanfaat. Yakni melakukan daur
ulang CFC, dan mencari bahan alternatif pengganti.
Mendaur ulang CFC,
dibutuhkan alat yang disebut Recovery CFC. Alat canggih seharga 60 juta rupiah
ini, dinilai sangat membantu mengurangi
kebocoran molekul CFC ke udara. Cara kerja alat Recovery
CFC, sangat sederhana. CFC lama di dalam alat pendingin, tak perlu lagi
diganti. Tapi cukup mendaur ulang, sehingga menghasilkan CFC baru. Namun
mengurangi dampak penggunaan CFC, tak hanya dilakukan dengan cara daur ulang. Namun juga dapat melalui penggunaan bahan
alternatif pengganti. Salah satunya
Hydro Floro Carbon atau HFC.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah
freon adalah salah satu zat yang berbahaya yang berpotensi mengakibatkan
pemanasan global. Kebocoran freon tidak akan menimbulkan dampak yang serius
bagi kesehatan manusia. Ketika freon (CFC) terlepas ke atmosfer, maka molekul
CFC akan terurai atom C yang akan mengakibatkan timbulnya karbon
monoksida (CO). Ketika CO terbentuk, maka mereka akan menarik lagi satu atom O
dari ozon-ozon (O3) lain sehingga menciptakan CO2, oleh karena itu ozon sebagai
pelindung bumi dari sinar ultraviolet menjadi rusak, sementara CO2 memiliki
efek rumaha kaca yang dapat menahan panas di bumi,dengan demikian bumi akan
semakin panas.
4.2
Saran
Setelah mengetahui bahaya dari freon setidaknya untuk
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh Freon , mulai sekarang kurangi
penggunaan Freon seperti yang terdapat pada AC, lemari pendingin dan lain-lain.
Agar dampak dari pemanasan global tidak akan menjadi semakin parah dengan
penggunaan zat yang berpotensi menimbulkan pemanasan global.