BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan dari suatu tanaman
dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal
sendiri terdiri atas segala sesuatu yang berkaitan dengan fisiologi tanaman
tersebut baik itu keturunan dan semacamnya, sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang mendukung tanaman dari luar tubuh tanaman itu sendiri untuk tumbuh
dan berkembang salah satunya ZPT (Zat Pengatur Tubuh) atau hormon. Meskipun
sebenarnya tanaman memiliki hormon di dalam tubuhnya, tanamun hormon atau ZPT
tersebut tidak cukup baik untuk proses tumbuh dan berkembang bagi tanaman itu
sendiri. Zat
pengatur tumbuh (ZPT) merupakan hormon sintetis dari luar tubuh tanaman. Zat
pengatur tumbuh memiliki fungsi untuk merangsang perkecambahan, pertumbuhan
akar, dan tunas. Zat pengatur tumbuh dapat dibagi menjadi beberapa golongan
yaitu auksin, sitokinin, giberelin, dan inhibitor
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemakaian ZPT
atau pengaplikasian terhadap tanaman, antara lain adalah dosis, kedewasaan tanaman,
dan lingkungan. Pemberian ZPT pada tanaman yang belum dewasa justru akan
memperburuk pertumbuhannya,ada yang menyebabkan tanaman tersebut menjadi
kerdil, tidak tumbuh, layu bahkan mati. Semua ini disebabkan karena secara
fisiologis tanaman tersebut belum mampu berbunga. Faktor lingkungan yaitu suhu,
kelembaban, curah hujan, cuaca, dan cahaya sangat berpengaruh terhadap aplikasi
ZPT. Bila kondisi lingkungan sesuai dengan kebutuhan tanaman, ZPT yang
diberikan akan dapat segera diserap tanaman. Penggunaan dosis ZPT yang tepat
dapat mempengaruhi proses pembungaan tanaman. Dosis yang kurang atau berlebihan
menyebabkan pengaruh ZPT menjadi hilang, sedangkan dosis yang tinggi akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh dapat mempengaruhi
aktivitas jaringan pada berbagai organ atau sistem organ tanaman. Zat pengatur
tumbuh tidak memberi tambahan unsur hara karena bukan pupuk. Fungsi ZPT dalam
jaringan tanaman adalah mengatur proses fisiologis pembelahan dan pemanjangan
sel, serta mengatur pertumbuhan akar, batang, daun, bunga, dan buah.
1.2
Rumusan Masalah
Zat pengatur tubuh atau hormone
sangat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan terhadap tanaman,
sehingga dalam makalah ini akan membahas, apa itu ZPT, ada berapa jenis-jenis
ZPT, bagaimana pengaruh tiap ZPT tersebut terhadap tanaman dan bagaimana
penggunaan ZPT tersebut sehingga dapat membuat tanaman tumbuh dan berkembang
dengan baik.
1.3
Tujuan
Dalam makalah ini bertujuan agar mengetahui
jenis-jenis ZPT, bagaimana
pengaruh
ZPT tersebut terhadap tanaman serta bagaimana penggunaan ZPT terhadap tanaman.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Penemuan Hormon
Terdapatnya atau peran zat pengatur tumbuh di tumbuhan
pertama kali dikemukan oleh Charles Darwin dalam bukunya “The Power of movement
in plants.” Beliau melakukan percobaan dengan rumput Canari (Phalaris
canariensis) dengan memberinya sinar dari samping dan ternyata terjadi
pembengkokan ke arah datangnya sinar . Bagian yang tidak mendapat sinar terjadi
pertumbuhan yang lebih cepat daripada yang mendapat sinar sehingga terjadi
pembengkokkan. Tetapi jika ujung kecambah dari rumput Canari dipotong akan tidak
terjadi pembengkokan. Sehingga dianalisa bahwa jika ujung kecambah mendapat
cahaya dari samping akan menyebabkan terjadi pemindahan “pengaruh atau sesuatu
zat” dari atas ke bawah yang menyebabkan terjadinya pembengkokkan. Boysen-jemsen
(1913) melakukan penelitian dengan koleoptil Avena (kecambah dari biji
rumput-rumputan) menyatakan “pemindahan pengaruh adalah pemindahan zat alami
yang dihasilkan dalam koleoptil Avena. Paal (1919) menguatkan pendapat dengan
menyatakan bahwa “ujung batang adalah merupakan pusat pertumbuhan
2.2
Pengertian Hormon Tumbuhan
(Fitohormon)
Hormon merupakan zat pengatur tumbuh, yaitu molekul organik
yang dihasilkan oleh satu bagian tumbuhan dan ditransportasikan ke bagian lain
yang dipengaruhinya. Hormon pada tumbuhan (fitohormon) adalah sekumpulan
senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun
dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per
liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau
mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Hormon
tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat rendah menjadi
prekursor (“pemicu”) proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan sendiri dirangsang
pembentukannya melalui signal berupa aktivitas senyawa-senyawa reseptor sebagai
tanggapan atas perubahan lingkungan yang terjadi di luar sel. Kehadiran
reseptor akan mendorong reaksi pembentukan hormon tertentu. Apabila konsentrasi
suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat tertentu, atau mencapai suatu
nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah gen yang semula tidak aktif
akan mulai berekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian
dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup jenisnya.
2.3
Pengertian Zat Pengatur Tubuh
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah hormon tumbuhan sintetik
yang diproduksi di pabrik dengan meniru karakter hormon tanaman. Oleh karena
itu, meskipun ZPT itu sintetik, khasiat dan fungsinya sama dengan hormon yang
diproduksi oleh tanaman. ZPT yang diproduksi sendiri oleh tanaman disebut phytohormone (hormon tanaman). Phytohormone adalah zat organik yang di
sintesis oleh tanaman, ditraslokasikan ke bagian tanaman lain, dan dalam
konsentrasi yang sangat rendah secara efektif mempengaruhi proses fisilogi
tanaman. Ada beberapa kelompok Phytohormone atau ZPT yaitu: Auksin, Giberelin,
Sitokinin, Etilen, dan Asam absitat (ABA).
2.4
Jenis-Jenis Zat Pengatur Tubuh
(Hormon)
2.4.1 Auksin
Istilah auksin pertama kali
digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan
pembengkokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi
akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang
mengandung auksin. Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol
asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap
sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4-kloro IAA) yang ditemukan
pada benih muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui
pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada
daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil. Auksin disintesis di apeks
tajuk dan ujung akar yang akan ditransportasikan melalui poros embrio.
Auksin
memiliki sifat mudah rusak jika terkena cahaya langsung (Riyadi, 2014).
Beberapa auksin alami (organik) adalah Indole-3-Acetic Acid (IAA) dan Indole
Butyric Acid (IBA), 4-kloro IAA, dan Phenylacetic acid (PAA). Auksin sintetik
banyak macamnya, yang umum dikenal adalah Nephtaleine Acetic Acid (NAA), Asam
Beta-Naftoksiasetat (BNOA), 2,4-Dichlorophenoxy Acetic Acid (2,4-D), dan Asam
4-Klorofenoksiasetat (4-CPA), 2-Methyl-4 Chlorophenoxy Acetic Acid (MCPA),
2,4,5-T dan 3,5,6-Trichloro Picolinic Acid (Picloram) (Gunawan, 1987 dan
Riyadi, 2014).
2.4.2
Giberelin
Giberelin
pertama kali ditemukan oleh seorang ahli patologi Jepang, Kurosawa, ketika
meneliti penyakit tanaman padi yang disebut Bakane. Penyakit tersebut
disebabkan oleh jamur Gibberella fujikuroi, yang dikenal juga sebagai Fusarium
moniliforme. Dari hasil penelitiannya didapat bahwa jamur tersebut mengeluarkan
suatu substansia atau zat yang sekarang dikenal dengan nama giberelin.
Giberelin, pertama kali zat ini diambil yaitu jamur Gibberella fujikuroi, yang
dikenal juga sebagai Fusarium moniliforme merupakan organisme penyebab penyakit
“foolish seedling” pada padi. Tanaman padi yang diserang terlihat lebih tinggi
daripada yang lain. Gejala ini ternyata diakibatkan karena suatu zat yang
dikeluarkan oleh jamur tersebut. Tahun 1938, Yabuta dan Sumuki berhasil
mendapatkan giberelin dari jamur tersebut.
Gibberellin adalah jenis hormon tumbuh yang mula-mula
diketemukan di Jepang oleh Kurosawa pada tahun 1926. Penelitian lanjutan
dilakukan oleh Yabuta dan Hayashi (1939). Ia dapat mengisolasi crystalline
material yang dapat menstimulasi pertumbuhan pada akar kecambah. Dalam tahun
1951, Stodola dkk melakukan penelitian terhadap substansi ini dan menghasilkan
"Gibberelline A" dan "Gibberelline X". adapun hasil
penelitian lanjutannya menghasilkan GA1, GA2, dan GA3. Pada saat yang sama
dilakukan pula penelitian di Laboratory of the Imperial Chemical Industries di
Inggris sehingga menghasilkan GA3 (Cross, 1954 dalam Weaver 1972).
2.4.3
Sitokinin
Skoog (1955) melakukan penelitian
dengan cara memisahkan jaringan empulur Nikotiana tabaccum dari unsur-unsur
pembuluh dan korteks kemudian menempatkannya dalam suatu medium pertumbuhan dan
hasilnya adalah tidak terjadi pembelahan sel pada jaringan empulur tersebut.
Tetapi jika jaringan pembuluh ditempatkan sedemikian rupa sehingga
bersinggungan dengan jaringan empulur, maka jaringan empulur akan melakukan
pembelahan sel lagi. Lewat penelitian selanjutnya Skoog menamakan zat yang
dapat memacu proses pembelahan sel tersebut diberikan pakan ukuran 01.
2.4.4
Etilen
Di awal abad 20, buah jeruk dan
anggur diperam di dalam gudang yang dilengkapi dengan kompor minyak tanah.
Semula petani buah mengira bahwa hawa panas itu yang mematangkan buah, tetapi
dugaan tersebut tidak terbukti ketika mereka mencoba metode baru menggunakan
kompor yang dilengkapi dengan pembersih (tanpa polusi) yang menghasilkan
buah-buah yang tidak cepat matang. Ahli biologi tumbuhan menduga bahwa
pematangan buah yang disimpan di dalam gudang tersebut sebenarnya berkaitan
dengan produksi etilen yaitu gas hasil pembakaran minyak tanah. Sekarang
diketahui bahwa tumbuhan secara alami menghasilkan etilen yang merupakan ZPT
yang berperan memacu penuaan termasuk pematangan buah.
Faktor lingkungan, termasuk panjang
hari yang pendek memacu gugurnya daun juga oleh pada musim gugur dan suhu yang
rendah. Rangsangan dari faktor lingkungan ini menyebabkan perubahan
keseimbangan antara etilen dan auksin. Auksin mencegah absisi dan tetap
mempertahankan proses metabolisme daun, tetapi dengan bertambahnya umur daun
jumlah etilen yang dihasilkan juga akan meningkat. Sementara itu, sel-sel yang
mulai menghasilkan etilen akan mendorong pembentukan lapisan absisi.
Selanjutnya etilen merangsang lapiasan absisi terpisah dengan memacu sintesis
enzim yang merusak dinding-dinding sel pada lapisan absisi. Gugur daun pada
musim gugur merupakan adaptasi tumbuhan untuk mencegah kehilangan air melalui
penguapan pada musim salju karena pada saat itu akar tidak mampu menyerap air
pada tanah yang membeku.
2.4.5
Asam absitat (ABA).
Musim dingin atau masa kering
merupakan waktu dimana tanaman beradaptasi menjadi dorman (penundaan
pertumbuhan). Pada saat itu, ABA yang dihasilkan oleh kuncup menghambat
pembelahan sel pada jaringan meristem apikal dan pada cambium pembuluh sehingga
menunda pertumbuhan primer maupun sekunder. ABA juga memberi sinyal pada kuncup
untuk membentuk sisik yang akan melindungi kuncup dari kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan. Dinamai dengan asam absisat karena diketahui bahwa ZPT ini
menyebabkan absisi/rontoknya daun tumbuhan pada musimgugur. Nama tersebut telah
popular walaupun para peneliti tidak pernah membuktikan kalau ABA terlibat
dalam gugurnya daun.
Pada kehidupan
suatutumbuhan,merupakan hal yang menguntungkanuntuk menunda/menghentikan
pertumbuhan sementara. Dormansi biji sangat penting terutama bagi tumbuhan
setahun di daerah gurun atau daerah semiarid, karena proses perkecambahan
dengan suplai air terbatas akan mengakibatkan kematian. Sejumlah faktor
lingkungan diketahui mempengaruhi dormansi biji, tetapi pada banyak tanaman ABA
tampaknya bertindak sebagai penghambat utama perkecambahan. Biji-biji tanaman
setahun tetap dorman di dalam tanah sampai air hujan mencuci ABA keluar dari
biji.
2.5
Mekanisme Kerja Hormon
Tanaman secara alamiah tanaman sudah
mengandung hormon pertumbuhan seperti Auksin, giberelin dan Sitokin yang dalam
tulisan ini diistilahkan dengan hormon endogen. Kebanyakan hormon endogen di
tanaman berada pada jaringan meristem yaitu jaringan yang aktif tumbuh seperti
ujung-ujung tunas/tajuk dan akar. Tetapi karena pola budidaya yang intensif
yang disertai pengelolaan tanah yang kurang tepat maka kandungan hormon endogen
tersebut menjadi rendah/kurang bagi proses pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman. Akibatnya sering dijumpai pertumbuhan tanamaman lambat, kerontokan
bunga/ buah, ukuran umbi/buah kecil yang merupakan sebagian tanda kekurangan
hormon (selain kekurangan zat lainnya seperti unsur hara). Oleh karena itu
penambahan hormon dari luar (hormon eksogen) seperti produk hormonik yang
mengandung hormon Auksin, Giberelin dan Sitokinin organik (Non sintetik/kimia)
mutlak diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan generatif
tanaman yang optimal.
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme
kerja hormonik (Auksin, giberelin dan Sitokinin) pada tanaman, berikut
diuraikan secara global dan sederhana. Pemberian Auksin eksogen (hormonik) akan
meningkatkan permeabilitas dinding sel yang akan mempertinggi penyerapan unsur
, diantaranya unsur N, Mg, Fe, Cu untuk membentuk chlorofil yang sangat
diperlukan untuk mempertinggi fotosintesis. Dengan fotosintesis yang semakin
meningkat akan dihasilkan hasil fotosintesis yang meningkat dan bersama dengan
auxin akan bergerak ke akar untuk memacu pembentukan giberelin dan Sitokinin di
akar yang akan membantu pembentukan dan perkembangan akar . Penambahan
kandungan Auksin eksogen di akar akan meningkatkan tekanan turgor akar sehingga
giberelin dan Sitokinin endogen di akar akan diangkut ke atas/ bagian tajuk
tanaman.
Adanya penambahan Sitokinin dan
giberelin eksogen maka terjadi peningkatan kandungan Sitokinin dan giberelin
ditanaman (tajuk) dan akan meningkatkan jumlah sel (oleh hormon Sitokinin) dan
ukuran sel (oleh hormon giberelin) yang bersama-sama dengan hasil fotosintat
yang meningkat di awal penanaman akan mempercepat proses pertumbuhan vegetatif
tanaman (termasuk pembentukan tunas-tunas baru) selain juga mengatasi
kekerdilan tanaman.
Seiring dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, hasil fotosentesis akan meningkat terus dan ditambah kandungan giberelin dan sitokinin eksogen akan meningkatkan perbandingan C/N yang menyebabkan peralihan dari masa vegetatif ke generatif dengan terbentuknya kuncup bunga/buah atau umbi. Pada saat terbentuk bunga atau buah, jika kandungan auksin rendah maka sel-sel antara tangkai bunga/buah dengan ranting/cabang akan berubah menjadi jaringan mati yaitu jaringan gabus sehingga bunga/buah mudah rontok. Dengan penambahan Auxin Eksogen akan menghambat perubahan sel-sel tersebut menjadi jaringan gabus sehingga kerontokkan dapat dicegah/dikurangi. Pada fase generatif ini penambahan hormon sitokinin dan giberelin eksogen akan meningkatkan kapasitas jaringan penyimpanan hasil fotosintesa yang dipanen (umbi, buah dll) yaitu sitokinin akan memperbanyak sel jaringan penyimpanan dan giberelin akan memperbesar sel jaringan penyimpanan sehingga mampu menerima hasil-hasil fotosintesa lebih banyak yang berakibat ukuran jaringan penyimpanan (buah) lebih besar (semangka, kentang, dll) atau bernas (padi, jagung dll).
Seiring dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, hasil fotosentesis akan meningkat terus dan ditambah kandungan giberelin dan sitokinin eksogen akan meningkatkan perbandingan C/N yang menyebabkan peralihan dari masa vegetatif ke generatif dengan terbentuknya kuncup bunga/buah atau umbi. Pada saat terbentuk bunga atau buah, jika kandungan auksin rendah maka sel-sel antara tangkai bunga/buah dengan ranting/cabang akan berubah menjadi jaringan mati yaitu jaringan gabus sehingga bunga/buah mudah rontok. Dengan penambahan Auxin Eksogen akan menghambat perubahan sel-sel tersebut menjadi jaringan gabus sehingga kerontokkan dapat dicegah/dikurangi. Pada fase generatif ini penambahan hormon sitokinin dan giberelin eksogen akan meningkatkan kapasitas jaringan penyimpanan hasil fotosintesa yang dipanen (umbi, buah dll) yaitu sitokinin akan memperbanyak sel jaringan penyimpanan dan giberelin akan memperbesar sel jaringan penyimpanan sehingga mampu menerima hasil-hasil fotosintesa lebih banyak yang berakibat ukuran jaringan penyimpanan (buah) lebih besar (semangka, kentang, dll) atau bernas (padi, jagung dll).
2.6
Macam-Macam
ZPT (Hormon) Yang Terdapat Pada Tumbuhan
2.6.1
Auksin
Aukin merupakan senyawa asetat (gugus indol) yang terdapat
pada indol, contohnya pada tanaman bawang merah (Allium cepa).Konsentrasi
auksin lebih banyak terdapat pada daerah yang tidak terkena cahaya. Bagi
tanaman (batang) yang tidak terkena cahaya akan mengalami pertumbuhan yang
lebih cepat dibandingkan bagian lain yang terkena cahaya matahari akibat adanya
auksin ini. Pada tumbuhan, auksin dapat ditemukan di embrio biji, meristem
tunas apical, dan daun-daun muda. Selain berpengaruh menigkatkan laju
pemanjangan sel pada pertumbuhan seperti di uraikan di atas, auksin juga
merupakan hormone pengatur fisiologi yang dapat digunakan untuk memacu
pembentukan buah tanpa penyerbukan (disebut partenokarpi).
2.6.2
Giberelin
Giberelin merupakan hormon yang mirip dengan auksin. Hormone
ini ditemukan Oleh P. kurosawa (tahun 1926, di Jepang) pada jamur Giberella
fujikuroi. Giberelin di produksi oleh tumbuhan di meristem tunas
apical, akar, daun muda, dan embrio. Fungsi giberelin: memacu pertumbuhan buah
tanpa biji (partenokarpi), menyebabkan tanaman mengalami pertumbuhan raksasa, meyebabkan
tanaman berbunga sebelum waktunya (tidak pada musimnya), memacu pembentukan
cambium pada tanaman dikotil, mematahkan dormansi buah dan biji.
2.6.3
Sitokinin
Sitokinin ditemukan pada batang tembakau Oleh Skoog dan
Miller.Struktur kimia sitokinin mirip dengan adenine (basa nitrogen yang
terdapat pada DNA dan ATP). Selain dapat ditemukan di batang, sitokinin
juga dapat di hasilkan di dalam akar dan akan diangkut ke organ yang lain.
Fungsi Sitokinin, antara lain: memacau pembelahan sel, mempercepat pelebaran
daun, mempercepat tumbuhnya akar, memacu pertunasan lateral pada pucuk batang,
menunda pengguguran daun, Bungan, dan buah.
2.6.4
Etilen
Etilen merupakan satu-satunya hormone tumbuhan yang
berbentuk gas.Gas etilen mempercepat pemasakan buah, contohnya pada buah tomat,
pisang, apel, dan jeruk.Buah-buah tersebut dipetik dalam keadaan masih mentah
dan berwarna hijau.Selanjutnya, buah-buah tersebut dikemas dalam bentuk kotak
berventilasi dan diberi gas etilen untuk mempercepat pemasakan buah sehingga
buah sampai ditempat tujuan dalam keadaan masak.Selain itu, gas etilen juga
menyebabkan penebalan batang dan memacu pembungaan.Oleh karena itu, etilen
dapat ditemukan pada jaringan buah yang sedang matang, buku batang, daun, dan
bunga yang menua.
2.6.5
Asam
Absisat
Salah satu fungsi asam absisat adalah menghambat pertumbuhan
tumbuhan. Pada musim tertentu pertumbuhan akan terhambat. Hal itu merupakan
adaptasi pertumbuhan terhadap perubahan linkungan yang tidak memungkinkan bagi
tumbuhan untuk tumbuh. Asam absisat dapat ditemukan pada daun, batang, akar ,
dan buah biji. Fungsi lain asam absisat adalah membantu tumbuhan mengatasi dan
bertahan pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (masa dormansi).
Dalam keadaan dorman, tumbuhan terlihat seperti mati, tetapi setelah kondisi
lingkungan menguntungkan, ia akan tumbuh lagi dan mucul tunas-tunas baru.
Contohnya adalah pohon jati yang meranggas pada musim kemarau.
2.7
Pengaruh ZPT (Hormon) Pada Tumbuhan
2.7.1
ZPT
(Hormon) Sitokinin
Hormon Sitokinin berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan
diferensiasi akar, mendorong pembelahan sel dan pertumbuh-an secara umum,
mendorong perkecambahan, dan menunda penuaan. Cara kerja hormon Sitokinin yaitu
dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman.
Sitokinin juga dapat menunda penuaan daun, bungan, dan buah dgn cara mengontrol
dgn baik proses kemunduran yg menyebabkan kematian sel-sel tanaman. Hormon
Sitokinin diproduksi pada akar. Sitokinin sering juga dengan kinin, merupakan
nama generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya merangsang pembelahan
sel (sitokinesis) (Gardner, dkk.,
1991). Selanjutnya dijelaskan kinin disintesis dalam akar muda, biji dan
buah yang belum masak dan jaringan pemberi makan (misalnya endosperm
cair). Buah jagung, pisang, apel, air
Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang
kompleks yaitu tunas lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola
pertumbuhan ini merupakan hasil interaksi antara auksin dan sitokinin dengan
perbandingan tertentu. Sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke tajuk,
sedangkan auksin dihasilkan di kuncup terminal kemudian diangkut ke bagian
bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat aktivitas meristem lateral yang
letaknya berdekatan dengan meristem apikal sehingga membatasi pembentukan
tunas-tunas cabang dan fenomena ini disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar
yang terdapat di bagian bawah tajuk (daerah yang berdekatan dengan akar)
biasanya akan tumbuh memanjang dibandingkan dengan tunas aksilar yang terdapat
dekat dengan kuncup terminal. Hal ini menunjukkan ratio sitokinin terhadap
auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan.
Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga
merupakan salah satu cara tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan
tunas, misalnya jumlah akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam
jumlah banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin ini akan menyebabkan sistem
tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak. Interaksi antagonis ini
umumnya juga terjadi di antara ZPT tumbuhan lainnya.
2.7.2
ZPT (Hormon) Auksin
Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar,
pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan
memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah
hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman.nama lain dari hormon ini adalah
IAA atau asam indol asetat. Letak dari hormon auksin ini terletak pada ujung
batang dan ujung akar.
Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam proses
mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang,
mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat
pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. kerja hormon auksin ini
sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin.tumbuhan yang pada salah
satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena
kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari
oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat.sehingga
hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar
matahari atau yang disebut dengan fototropisme.
Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon yang banyak
atau sedikit kita harus mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi pada tanaman
sehingga kita lebih mudah untuk mengetahuinya. sedangkan untuk tanaman yang
diletakkan ditempat yang terang dan gelap diantaranya untuk tanaman yang
diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhan tanamannya sangat cepat selain itu
tekstur dari batangnya sangat lemah dan cenderung warnanya pucat kekuningan.hal
ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar matahari.
sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat
pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan
ditempat gelap,tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar
kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar
matahari.
Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel
dan juga memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk
memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga
memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun
dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yg masuk secara
osmosis.
2.7.3
Giberelin
Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110 macam
senyawa giberelin yang biasanya disingkat sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan
angka yang terdapat padanya, misalnya GA6 . Giberelin dapat diperoleh dari biji
yang belum dewasa (terutama pada tumbuhan dikotil), ujung akar dan tunas , daun
muda dan cendawan. Sebagian besar GA yang diproduksi oleh tumbuhan adalah dalam
bentuk inaktif, tampaknya memerlukan prekursor untuk menjadi bentuk aktif. Pada
spesies tumbuhan dijumpai kurang lebih 15 macam GA. Disamping terdapat pada
tumbuhan ditemukan juga pada alga, lumut dan paku, tetapi tidak pernah dijumpai
pada bakteri. GA ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidak seperti auksin
pergerakannya bersifat tidak polar.
Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi
berfungsi sebagai prekursor pada sintesis GA. Kemampuannya untuk meningkatkan
pertumbuhan pada tanaman lebih kuat dibandingkan dengan pengaruh yang
ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan secara tunggal. Namun demikian auksin
dalam jumlah yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA dapat memberikan efek
yang maksimal. Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil tumbuhan
monokotil akan tumbuh cepat jika diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada
tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada tanaman kubis tinggi
tanamannya bisa mencapai 2 m. Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan
tumbuh normal setelah diberi GA.
Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang,
tetapi juga terlibat dalam proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya
auksin (Gambar 4). Pada beberapa tanaman pemberian GA bisa memacu pembungaan
dan mematahkan dormansi tunas-tunas serta biji. Disintesis pada ujung batang
dan akar, giberelin menghasilkan pengaruh yang cukup luas. Salah satu efek
utamanya adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh GA umumnya
meningkatkan kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut
belum diketahui secara pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan auksin,
giberelin akan mempengaruhi perkembangan buah misalnya menyebabkan tanaman
apel, anggur, dan terong menghasilkan buah walaupun tanpa fertilisasi.
Diketahui giberelin digunakan secara luas untuk menghasilkan buah anggur tanpa
biji pada varietas Thompson. Giberelin juga menyebabkan ukuran buah anggur
lebih besar dengan jarak antar buah yang lebih renggang di dalam satu gerombol
Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji
pada banyak tanaman. Biji-biji yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk
berkecambah seperti suhu rendah akan segera berkecambah apabila disemprot
dengan giberelin. Diduga giberelin yang terdapat di dalam biji merupakan
penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang menyebabkan
pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah cukup akan
menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang
mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di
dalam biji. Pada beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi antagonis
dengan ZPT lainnya misalnya dengan asam absisat yang menyebabkan dormansi biji.
2.7.4
Asam absisat (ABA)
Pada kehidupan suatu tumbuhan, merupakan hal yang
menguntungkan untuk menunda/menghentikan pertumbuhan sementara. Dormansi biji
sangat penting terutama bagi tumbuhan setahun di daerah gurun atau daerah
semiarid, karena proses perkecambahan dengan suplai air terbatas akan
mengakibatkan kematian. Sejumlah faktor lingkungan diketahui mempengaruhi
dormansi biji, tetapi pada banyak tanaman ABA tampaknya bertindak sebagai
penghambat utama perkecambahan. Biji-biji tanaman setahun tetap dorman di dalam
tanah sampai air hujan mencuci ABA keluar dari biji. Sebagai contoh, tanaman
dune primroses (bunga putih) dan tanaman matahari (bunga kuning) di gurun Anza
– Borrego (California), biji-bijinya akan berkecambah setelah hujan deras .
Sebagamana telah dibahas di atas bahwa giberelin juga
berperan dalam perkecambahan biji. Pada banyak tumbuhan, rasio ABA terhadap
giberelin menentukan apakah biji akan tetap dorman atau berkecambah. Hal yang
sama juga terdapat pada kasus dormansi kuncup yang pertumbuhannya dikontrol
oleh keseimbangan konsentrasi antar ZPT. Sebagai contoh pada pertumbuhan kuncup
dorman tanaman apel, walaupun konsentrasi ABA pada kenyataannya lebih tinggi,
tetapi gibberellin dengan konsentrasi yang tinggi pada kuncup yang sedang
tumbuh menunjukkan pengaruh yang sangat kuat pada penghambatan pertumbuhan
tunas dorman. Selain perannya pada dormansi, ABA berperan juga sebagai “ stress
plant growth hormon” yang membantu tanaman tersebut menghadapi kondisi yang
tidak menguntungkan, misalnya pada saat tumbuhan mengalami dehidrasi, ABA
diakumulasikan di daun dan menyebabkan stomata menutup. Hal ini walaupun
mengurangi laju fotosintesis, tumbuhan akan terselamatkan dari kehilangan air
lebih banyak melalui proses transpirasi.
2.8
Cara Pembuatan Zat Pengatur Tubuh
(Hormon)
Pembuatan
hormon khusunya yang alami atau terbuat dari tumbuhan dapat dilakukan dengan
mudah, tetapi apabila prosedur pembuatan hormon salah maka hormonpun akan
gagal. Inilah beberapa contoh pembuatan hormon alami.
2.8.1
ZPT Auksin
Berikut ini cara pembuatan / mendapatkan
hormon auksn
Alat
|
Bahan
|
Blender
|
Rebung Bambu 1 Kg
|
Jerigen 5 Liter
|
Gula Kelapa 1 Kg
|
Pisau
|
Air panas 1 Liter
|
Cara
Pembuatan:
-
Blender
Rebung Bambu sampai halus.(Usahakan
Rebung dari jenis Bambu Tali)
-
Iris
Gula kelapa, kemudian masukan ke dalam Jerigen.
-
Seduh
dengan air panas, kocok – kocok sampai larut.
-
Masukan
Rebung Bambu.
-
Aduk
kembali selama 10 – 15 menit.
-
Tutup
rapat Jerigen selama 12 – 15 hari.
Cara pemakaian : Dosis 10 ml per 1
liter air.
2.8.2
ZPT Sitokinin
Berikut ini cara pembuatan /
mendapatkan hormon sitokinin
Alat
|
Bahan
|
Blender
|
Keong mas 1 Kg
|
Jerigen 5 liter
|
Gula kelapa 1 Kg
|
Pisau
|
Air panas 1 Liter
|
Cara
Pembuatan:
-
Rebus
Keong mas lalu ambil dagingnya saja.
-
Blender
daging Keong Mas sampai halus.
-
Iris
Gula Kelapa lalu masukan ke dalam Jerigen.
-
Seduh
dengan air panas 1 liter, kemudian diamkan
sampai benar – benar dingin.
-
Jika
telah dingin, masukan daging Keong Mas.
-
Campurkan
semua bahan sambil di aduk – aduk selama 5 – 10 menit.
-
Tutup
rapat Jerigen.
-
Fermentasikan
selama 12 – 15 hari.
-
Jika
keluar buih/busa dan ada sejenis kapang / fungi / jamur putih di permukaannya
itu tandanya proses berhasil.
Cara
pemakaian : Dosis 10 ml per 1 liter air
2.8.3
ZPT Giberelin
Berikut
ini cara pembuatan / mendapatkan hormon giberelin
Alat
|
Bahan
|
Blender
|
Bonggol pisang 1 kg
|
Jerigen 5 liter
|
Gula kelapa 1 kg
|
Pisau
|
Air panas 1 liter
|
Cara Pembuatan:
-
Blender
Bonggol pisang sampai halus.
-
Iris
Gula kelapa, kemudian masukan ke dalam Jerigen.
-
Seduh
dengan air panas, kocok – kocok sampai larut.
-
Masukan
Bonggol pisang.
-
Aduk
kembali selama 10 – 15 menit.
-
Tutup
rapat Jerigen selama 12 – 15 hari.
Cara pemakaian : Dosis 10 ml per 1
liter air.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya Zat
Pengatur Tumbuh atau Hormon. Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah hormon tumbuhan
sintetik yang diproduksi di pabrik dengan meniru karakter hormon tanaman. Ada
beberapa jenis hormon seperti Auksin, Sitonkinin, Giberelin, Etilen, Asam
Absitat, semua jenis hormon tersebut memiliki peran dan fungsinya masing-masing
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman. Namun, yang harus kita
perhatikan adalah pada saat pemberian ZPT atau Hormon terhadap tanaman, karena
apabila pemberian ZPT berlebihan ataupun kurang maka respon tanaman ada yang
pertumbuhannya terhambat, batang dan daun menguning, atau hormon satu dengan
yang lainnya tidak berpungsi sampai menyebabkan kematian pada tanaman dan
bukannya tanaman tumbuh tetapi tanaman pertumbuhannya menjadi terhambat.
Saat ini hormon dipasaran dijual bersamaan dengan pupuk
untuk tanaman dan kebanyakan menggunakan kimia. Tetapi hormon atau ZPT bisa
dengan mudah kita buat hanya mengandalkan tanaman yang ada seperti, bawang,
labu, air kelapa dan masih banyak lagi. Meskipun alat dan pembuatannya mudah, hormon
yang terbuat dari tanaman harus pembuatannya harus benar-benar bersih dan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan serta diperhatikan pada saat
penyimpanan untuk mendapatkan ZPT atau Hormon yang bagus.
3.2
Saran
Saran yang dapat diambil adalah
penggunaan hormon atau ZPT sebaiknya hanya untuk kebutuham berskala besar,
karena beberapa jenis hormon sudah terdapat dalam tanaman itu sendiri. Dan
lebih menggunakan penggunaan hormon yang berasal dari tanaman atau katalain
membuat hormon sendiri supaya mengurasi pencemaran lingkungan.